Blog Posts » Umum » Cara berpikir filsafat, Cabang dan Aliran Filsafat
Cara berpikir filsafat, Cabang dan Aliran Filsafat
1. Pengertian Berpikir Filsafat:
a. Kritis
Adalah sikap yang senantiasa mempertanyakan sesuatu (berdialog), mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, hingga akhirnya di temukan hakikat.
b. Rasional
Sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal), selalu menggunakan nalar ketika berpikir atau bertindak atau kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri.
c. Logis
Sikap yang digunakan untuk melakukan pembuktian, berpikir sesuai kenyataan atau kegiatan berpikir yang berjalan menurut pola, alur dan kerangka tertentu.
Dalam berpikir membutuhkan ketrampilan untuk bisa mengerti fakta, memahami konsep, saling keterkaitan atau hubungan, sesuatu yang tersurat dan tersirat, alasan, dan menarik kesimpulan.
d. Konseptual
Merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia, menyingkirkan hal-hal khusus, konkrit, individual, sehingga terbentuk konsep dan teori yang terumuskan secara obyektif, permanen dan universal.
e. Radikal
Berpikir mendalam atau sampai ke akar-akarnya sampai pada hakikat atau substansi yang dikirkan.
f. Koheren
Berpikir secara konsisten; tidak acak; tidak kacau; dan tidak fragmentaris, atau
sesuai dengan kaidah berpikir logis, menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.
g. Sistematis
Pendapatnya saling berhubungan secara teratur dan terkandung ada maksud dan tujuan tertentu.
h. Komperhensif
Mencakup atau menyeluruh dalam menjelaskan alam semesta secara keseluruhan.
i. Spekulatif
Cara berpikir sistematis tentang segala yang ada, memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneka ragam, atau disebut juga upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.
j. Bebas
Berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terkekang, bebas dari prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius.
2. Cabang-Cabang Filsafat:
a. Metafisika/ ontologi
Metafisika dan ontologi berkaitan dengan persoalan tentang hakikat terdalam pada suatu realitas atau hakikat yang ada (segala sesuatu yang ada) yang membahas tentang masalah keberadaan sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya.
b. Logika
Adalah pengkajian untuk berfikir secara sahih.
Logika dipakai untuk menarik kesimpulan dari suatu proses berpikir berdasar cara tertentu, yang mana proses berpikir di sini merupakan suatu penalaran untuk menghasilkan suatu pengetahuan.
c. Epistemologi
Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti ?pengetahuan?). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Epistemologi membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas atau kebenaran pengetahuan.
d. Etika
Etika berkaitan dengan persoalan moralitas tentang pertimbangan-pertimbangan tindakan-tindakan baik dan buruk, susila dan tidak susila, etis dan tidak etis dalam hubungan antar manusia.
3. Aliran-Aliran Filsafat:
a. Empirisme
(Empereikos = pengalaman), Empirisme adalah aliran yang berpendapat bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman. Empirisme menganggap bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman).
b. Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris, atau dengan kata lain bahwa pengetahuan hanya berasal dari pikiran atau rasio.
c. Idealisme
Aliran ini berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.
Menurut idealisme obyektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materiil, yang ada secara abadi diluar manusia, sesuatu yang bukan materiil itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Dalam bentuknya yang amat primitif pandangan ini menyatakan bentuknya dalam penyembahan terhadap pohon, batu dan sebagainya.
Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.
d. Materialisme
Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide. Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Misal, menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada. Menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari padanya. Atau seperti kata Marx ?Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan fikiran.? Maksudnya sifat/fikiran seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya, ?masyarakat sekelilingnya? ?ini menjadi materi atau sebab yang mendorong terciptanya fikiran dalam individu tersebut.
e. Fenomenologi
Fenomenologi merupakan ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak (phainomenon). Jadi, fenomenologi mempelajari suatu yang tampak atau apa yang menampakkan diri. Fenomenologi berusaha memahami realitas sebagaimana adanya dalam kemurniannya. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, fenomenologi telah memberikan kontribusi yang berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Fenomenologi berusaha mendekati objek kajiannya secara kritis serta pengamatan yang cermat, dengan tidak berprasangka oleh konsepsi-konsepsi manapun sebelumnya. Oleh karena itu, oleh kaum fenomenolog, fenomenologi dipandang sebagai rigorous science (ilmu yang ketat).
f. Eksistensialisme
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.