Blog Posts » General » Motivasi dan Agresi
Motivasi dan Agresi
A. MOTIVASI
1. DEFINISI MOTIVASI
Apakah motif itu? Apa bedanya dengan motivasi?
Pada dasarnya, motif merupakan dorongan atau daya upaya yang mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah penggerak dari motif itu sendiri. Hal-hal yang mempengaruhi motif itulah yang disebut motivasi.
? Pengertian Motivasi Menurut Psikologi
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Baron 1992). Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi:
1. Perspektif Behavioral, menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi. Insentif adalah stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan. Dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer, dkk, 2000).
2. Perspektif Humanistis, menekankan pada kapasitas individu untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka dan peka terhadap orang lain. Berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow diberi perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.
3. Perspektif Kognitif, pemikiran individu akan memandu motivasinya, juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk & Ertmer, 2000; Zimmerman & Schunk, 2001).
4. Perspektif Sosial, kebutuhan afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab.
Menurut Mc. Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Di sini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.
Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan 3 hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi, yaitu : keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.
Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.
Motivasi secara harafiah yaitu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu dapat tercapai.
2. FAKTOR PENDORONG MOTIVASI
? Motiv untuk berhubungan dengan orang lain
? Motiv untuk berkuasa
? Motiv untuk berprestasi
? Motiv untuk bergabung
? Motiv untuk keamanan
? Motiv status
3. BENTUK MOTIVASI
Memotivasi orang lain, bukan sekedar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya. Berdasar tingkatannya motivasi dibagi menjadi :
1. Fear motivation, motivasi yang didasarkan atas ketakutan. Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang patuh pada bos karena takut dipecat.
2. Achievement motivation, motivasi karena ingin mencapai sesuatu. Motivasi ini sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu.
3. Inner motivation, motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam, yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya.
Berdasar asalnya, motivasi dibagi menjadi :
1. Motivasi Intrinsik, adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu (tujuan) itu sendiri, motivasi yang didasarkan pada sebuah ?nilai? dari kegiatan yang dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar. Misalnya: murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu sendiri. Ada 2 jenis motivasi intrinsik:
a. Determinasi diri, individu ingin percaya bahwa ia melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.
b. Pilihan personal, pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
2. Motivasi Ekstrinsik, melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan (reward) dan hukuman. Contohnya : guru memberi reward permen kalau murid bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Karena dengan memberikan pujian atau hadiah dapat meningkatkan perasaan bahwa dirinya kompeten.
4. TEORI-TEORI MOTIVASI
1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Maslow pendapat bahwa manusia mempunyai 5 tingkat (hierarki kebutuhan), yaitu : kebutuhan fisiologikal (physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs), aktualisasi diri (self actualization).
Istilah ?hierarki? dapat diartikan sebagai tingkatan. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua, sebelum kebutuhan tingkat pertama terpenuhi, yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.
Namun, kenyataan pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam dan pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurutnya karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori ?ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim ?ERG? . Akronim ?ERG? merupakan dari : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Teori yang dikembangkan dikenal dengan ? Model Dua Faktor? dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau ?pemeliharaan?.
Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku.
5. Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Misal, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul ?Work And Motivation? mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai ? Teori Harapan?. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah upaya yang dikenal dengan ?hukum pengaruh? yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan.
9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, para ilmuwan terus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
10. Optimal Arousal Theory
Robert M. Yerkes dan J.D. Dodson, pada tahun 1908 menyampaikan Optimal Arousal Theory atau teori tentang tingkat motivasi optimal, yang menggambarkan hubungan empiris antara rangsangan (arousal) dan kinerja (performance). Teori ini menyatakan bahwa kinerja meningkat sesuai dengan rangsangan tetapi hanya sampai pada titik tertentu, ketika tingkat rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu (Yerkes & Dodson, 1908).
Homeostatis adalah proses suatu sistem menstabilkan dirinya sendiri dan isi-isinya dalam suatu rentangan keterbatasan yang dapat ditoleransi dan bahkan berubah-ubah dengan cara menurunkan tegangan.
? HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN DAN MOTIVASI
Motivasi pada dasarnya bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik, tetapi juga orientasi yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.
B. AGRESI
1. DEFINISI AGRESI
Buss (dalam Edmund & Kendrick 1980) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah suatu respon memberikan stimulasi yang berbahaya kepada orang lain termasuk semua penyerangan fisik, menghina dan umpatan verbal. Berkowitz (1995) menyebutkan bahwa secara umum para ahli yang menulis mengenai masalah agresi.yang berorientasi penelitian mengartikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Scheneiders (1955), ia mengatakan bahwa agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.
Agresif menurut Baron (dalam Koeswara,1988) adalah tingkah laku yang ditunjukkan untuk melukai dan mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangya tingkah laku tersebut.
Perilaku agresif menurut David O. Sars (1985) adalah setiap perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.
Agresi menurut Murray, didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai suatu pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang atau benda yang biasa dilakukan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.
2. FAKTOR PENYEBAB AGRESI
Menurut Sears, Taylor dan Peplau (1997), perilaku agresif disebabkan oleh dua faktor utama yaitu adanya serangan serta frustasi. Serangan merupakan salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam bentuk serangan verbal atau serangan fisik. Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.
Menurut Berkowitz (2003) dalam bukunya yang berjudul emosional behavior menyatakan bahwa adanya persaingan atau kompetisi juga dapat menjadi penyebab munculnya perilaku agresif.
Menurut Koeswara (1998), faktor penyebab individu berperilaku agresif bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan menjadi faktor sosial, faktor lingkungan, faktor situasional, faktor hormon, alkohol, obat-obatan (faktor yang berasal dari luar individu ) dan sifat kepribadian (faktor-faktor yang berasal dari dalam individu), yaitu :
a. Penyebab social
? Frustasi, yakni suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya.
? Profokasi, dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya yang diisaratkan oleh ancaman tersebut.
b. Penyebab dari lingkungan
? Polusi Udara, bau busuk dan kebisingan dapat menimbulkan perilaku agresi tetapi tidak selalu demikian tergantung dari berbagai faktor lain.
? Kesesakan (crowding), meningkatkan kemungkinan untuk perilaku agresif terutama bila sering timbul kejengkelan, iritasi, dan frustasi karenanya.
c. Penyebab situasional
? Bangkitan seksual, yaitu film porno yang ?ringan? dapat mengurangi tingkat agresif, film porno yang ?keras? dapat menambah agresif.
? Rasa nyeri dapat menimbulkan dorongan agresi yaitu untuk melukai atau mencelakakan orang lain. Dorongan itu kemudian dapat tertuju kepada sasaran apa saja yang ada.
d. Alkohol dan obat-obatan
Ada petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Individu yang menerima alkohol dalam takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak menerima alkhohol atau menerima alkhohol dalam taraf yang rendah. Alkohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya.
e. Sifat kepribadian
Menurut Baron, setiap individu akan berbeda dalam cara menentukan dirinya untuk mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa yang memiliki sifat karakteristik yang berortientasi untuk menjauhkan diri dari pelanggaran-pelanggaran.
Menurut Davidoff perilaku agresif dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Faktor biologis
? Gen, berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresif.
? Sistem otak, sistem otak yang tidak terlibat dalam agersi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit netral yang mengendalikan agresi.
? Kimia darah, (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.
2. Faktor lingkungan
? Kemiskinan, individu yang hidup dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan.
? Anoniomitas, terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak punya identiras diri). Jika seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak terikat dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati dengan orang lain.
? Suhu udara yang panas, suhu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresifitas.
3. Kesenjangan generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara keduanya adalah salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.
4. Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahan yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak (Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, 1991). Pada saat amarah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.
5. Peran belajar model kekerasan
Model pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan setelah mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton akan semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai bagi dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.
6. Proses pendisiplinan yang keliru
Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk. Keadaan seperti akan membuat individu menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi.
3. BENTUK AGRESI
Murray (dalam Nurmaliah 1995) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku agresif menjadi tiga yaitu
a. Bentuk emosional verbal, meliputi sikap membenci, baik yang diekspresikan dalam kata-kata maupun tidak, seperti marah, terlibat dalam pertengkaran, mengutuki, mengkritik di depan umum, mencemooh, mencaci maki, menghina, menyalahkan, menertawakan, dan menuduh secara jahat.
b. Bentuk fisik bersifat sosial, meliputi perbuatan berkelahi atau membunuh dalam rangka mempertahankan diri atau mempertahankan objek cinta, balas dendam terhadap penghinaan, berjuang dan berkelahi untuk mempertahankan negara, dan membalas orang yang melakukan penyerangan.
c. Bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial), meliputi perbuatan perampokan, menyerang, membunuh, melukai, berkelahi tanpa alasan, membalas penderitaan secara brutal dengan pengrusakan yang berlebihan, menentang otoritas resmi, melawan atau mengkhianati negara dan perilaku kekerasan secara seksual.
4. TEORI-TEORI AGRESI
1. Teori Frustasi-agresi (frustration-aggression hypothesis)
2. Teori bawaan
a Teori Naluri
? Freud dalam teori psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri Agresi atau tanatos ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros. Jika Naluri Sex berfungsi untuk melanjutkan keturunan , Naluri Agresi berfungsi untuk mempertahankan jenis. Kedua Naluri tersebut berada dalam alam ketidak sadaran Khususnya pada bagian dari kepribadian yang disebut id dapat dipenuhi. Kendalinya terletak pada bagian lain dari kepribadian yang dinamakan Super ego yang mewakili norma norma yang ada dalam masyarakat dan ego yang berhadapan dengan kenyataan.
? K Lorenz 1976 Agresi merupakan bagian dari naluri hewan yang diperlukan untuk survival ( bertahan ), dalam proses evolusi. Agresi ini bersifat adaptif menyesuaikan diri terhadap lingkungan, bukan destruktif ( merusak lingkungan ).
b Teori Biologi
Teori biologi menjelaskan agresi dari proses faal maupun teori genetika (ilmu keturunan). Yang mengajukan proses faal antara lain adalah Moyer 1976 yang berpendapat bahwa perilaku agresif ditentukan oleh proses tertentu yang terjadi di otak dan susunan syaraf pusat. Demikian pula hormon laki-laki ( testoteron ) dipercaya sebagai pembawa sifat agresif .
Teori biologi yang meninjau perilaku agresif dari ilmu genetika dikemukakan oleh Lagerspetz ( 1979 ). Ia mengawinkan sejumlah tikus putih yang agresif dan tikus putih yang tidak agresif. Sesuai dengan hukum Mendel setelah 26 generasi diperoleh 50% tikus yang agresif dan 50% yang tidak agresif. Teori genetika ini juga dibuktikan melalui identifikasi ciri-ciri agresif pada pasangan pasangan kembar identik, kembar non identik dan saudara saudara kandung non kembar.Hasilnya adalah bahwa ciri-ciri yang sama paling banyak terdapat antara pasangan kembar identik ( Rushton Russel & Wells 1984 )
3. Teori Lingkungan
a Teori Frustrasi ?Agresi Klasik
Teori ini dikemukakan oleh Dollard dkk (1939) dan Miller (1941) ini berpendapat bahwa agresi dipicu oleh frustasi. Frustasi itu sendiri artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Sehingga akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek. Dengan demikian agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi. Menurut formulasi ini, agresi bukan dorongan bawaan, tetapi karena frustasi merupakan kondisi yang cukup universal, agresi merupakan dorongan yang harus disalurkan.
b Teori Frustasi ? Agresi Baru.
Burnstein & Worchel (1962) yang membedakan frustasi dan iritasi. Iritasi (gelisah, sebal), frustasi (kecewa, putus asa). Frustasi lebih memicu agresi daripada iritasi. Selanjutnya Berkowitz (1978, 1989) mengatakan bahwa frustasi menimbulkan kemarahan dan emosi marah inilah yang memicu agresi. Marah itu sendiri baru timbul jika sumber frustasi dinilai mempunyai alternatif perilaku lain dari pada perilaku yang menimbulkan frustasi itu.
c Teori direct experience / teori balajar sosial
Anderson & Bushman menyatakn bahwa manusia tidak lahir dengan sejumlah respons-respons agresif tetapi mereka harus memperoleh respons ini dengan cara mengalaminya secara langsung (direct experience) atau dengan mengobservasi tingkah laku manusia lainnya. Individu yang tidak mempunyai sifat agresif cenderung akan menampilkan perilaku agresif jika ia telah mempelajarinya dari lingkungannya. Sebaliknya, individu yang mempunyai sifat agresif cenderung tidak akan menampilkan perilaku agresif jika lingkungannya tidak mendukung atau mengajarinya berperilaku agresif. Hal ini dibuktikan melalui eksperimen klasik dengan boneka Bobo yang dilakukan oleh Bandura & Ross (Bandura, Ross, & Ross, 1961). Dalam eksperimen ini, pada kelompok murid TK yang pertama ditampillkan video yang berisi perilaku agresif (memukul, menendang, membanting boneka Bobo) sedangkan pada kelompok murid TK yang kedua ditampilkan video yang tidak berisi perilaku agresif. Hasilnya, kelompok murid TK yang pertama berperilaku jauh lebih agresif dibandingkan dengan kelompok murid TK yang kedua bahkan mereka meniru adegan-adegan yang terdapat dalam video yang berisi perilaku agresif.
Selain itu, penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa pada hewan yang lebih rendah, banyak respons yang selama ini dianggap instinctive murni ternyata sebenarnya adalah respons yang dipelajari. Contoh: seekor kucing muda memburu tikus bukan karena instingnya tetapi karena mereka mempelajari perilaku itu dengan melihat kucing lain yang lebih tua (Kuo, 1930). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif lebih merupakan perilaku yang dipelajari dari lingkungan (nurture) daripada perilaku yang diwariskan (nature).
4. Teori Kualitas Lingkungan
Menentukan reaksi positif atau negatif terhadap lingkungan. Salah satu dari teori ini adalah Teori Kualitas Fisik (ambient condition). Rihardjani dan Ancok menyajikan beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku, yaitu : kebisigan, temperature, kualitas udara, pencahayaan dan warna. Menurut Ancok, keadaan bising dan temperature yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. Sedangkan menurut Holahan tingginya suhu atau polisi udara paling tidak dapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku
KESIMPULAN
Motivasi adalah upaya penggerak motif untuk mencapai tujuan dan pemberi semangat. Sedangkan agresi adalah suatu penyerangan yang menimbulkan rasa ketidaknyaman pada objek yang diserang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Santrock, John, W. 2004. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill Co.
Santrock, John, W. 2008. Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
2. http://www.psikologizone.com/motivasi-dalam-pendidikan
3. http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/
4. Baron, R.A., Byrne, D., & Branscombe, N.R. (2006). Social psychology (11th ed.). Boston: Pearson Education, Inc.
5. Sarwono, S.W. (2002). Psikologi sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
6. Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
7. Wortman, C.B., Loftus, E.F., & Weaver, C. (1999). Psychology (5th ed.). Boston: McGraw-Hill College.
8. http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/01/01/brk,20050101-01,id.html
9. http://ruangpsikologi.com/perilaku-agresi
10. http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html
11. Scheneider, Alexander. A. 1955. Personal Adjusment and Mental Healty. New York : Holt, Rinehart dan winston.
12. Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia. Bandung : PT Erasco.
13. David, Jonathan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.
14. Abidin, Zainal. 2005. Penghakiman Massa. Jakarta : Erlangga.
15. Berkowitz, Leonard. 2003. Emotional Behavior ( buku kesatu ). Terjemahkan oleh Hartantni waro susiatni. Jakarta : PPM.
16. http: // www. E- psikologi. Com/ epsi/ individual detail. Asp ?id= 380.
17. http://www.a741k.web44.net/PERILAKU%20AGRESIF%20REMAJA.htm
18. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/
19. http://betterandthebest.wordpress.com/2010/04/02/teori-teori-agresi/
20. http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_5143/title_teori-motivasi/
21. http://niandre7lovely.wordpress.com/category/psikologi/