Blog Posts » Umum » Intelegensi
Intelegensi
PEMBAHASAN
A. KEMAMPUAN MENTAL
1. PENGERTIAN
Kemampuan mental adalah kemampuan dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak, dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.
2. HAL YANG TERMASUK KEMAMPUAN MENTAL DALAM INDIVIDU
a. Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan individu utk berfikir & bertindak secara terarah, serta mengolah & menguasai lingkungan secara efektif (sarwono, 2000).
b. Bakat
kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yg sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tsb (Notoatmodjo, 1997).
c. Kreativitas
kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.
B. INTELEGENSI
1. PENGERTIAN
Intelegensi adalah kemampuan seseorang atau kemampuan mental dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara mental, berfikir abstrak dan rasional dengan menerapkan pengetahuan untuk menghadapi situasi baru sehingga dapat mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapinya sebagai upaya dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI
a. Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes Iqnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang di adopsi. IQ mereka berkorelasi antara 0,40 ? 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 ? 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mereka tidak pernah saling kenal.
b. Faktor Lingkungan (Faktor Pembentukan)
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
c. Faktor Minat
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
d. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.
e. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.
3. MACAM-MACAM TES INTELEGENSI
a. Stanford-binet inteligence scale
Materi yang terdapat dalam Skala Stanford ? Binet berupa sebuah kotak berisi bermacam-macam benda mainan tertentu yang akan disajikan kepada anak-anak, dua buah buku kecil yang memuat cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan untuk mencatat jawaban dan skornya, dan sebuah manual/petunjuk pelaksanaan pemberian tes.
Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia-II sampai dengab Usia Dewasa-Superior. Diantara Usia-II dan Usia-V, tesnya meningkat dengan interval setengah tahunan, sedangkan diantara Usia-V dan Usia-XIV, level usia mengingkat dengan interval satu tahunan. Level-level selanjutnya dimaksudkan sebagai level Dewasa-Rata-rata dan level Dewasa-Superior I, II, dan III. Setiap level usia dalam skala ini berisi enam tes, kecuali untuk level Dewasa-Rata-rata yang berisi delapan tes. Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran yang kecil itulah disusun urutan soal dari yang paling mudah sampai yang paling sukar.
Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu, pemberian tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut. Penyajian tesnya sendiri mengandung kerumitan yang spesifik bagi masing-masing individu yang dites. Tidak ada individu yang dikenai semua soal dalam tes karena setiap subjek diberi hanya soal dalam tes yang berada dalam cakupan level usia yang sesuai dengan level intelektualnya masing-masing.
Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa (Anastasi, 1976 dalam Azwar 1996) sekalipun terdapat level usia Dewasa Superior dalam tesnya, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak. Untuk memperoleh angka IQ skor pada skala Stanford-binet diubah atau dikonversikan dengan bantuan suatu tabel konversi. IQ yang dihasilkan oleh skala ini merupakan IQ-deviasi yang mempunyai rata-rata (mean) sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 16.
Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi emat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu penalaran verbal (kosakata, keganjilan), penalaran kuantitatif (tes kuantitatif, rangkaian angka), penalaran visual abstrak (melipat kertas, mengkopi), memori jangka pendek (memori kalimat, memori sajian urutan benda).
b. The Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)
WAIS-R terdiri dari skala verbal dan skala performansi. Skala Verbal terdiri dari:
1. Informasi
Berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dari lingkungan sosial dan budaya sehari-hari dimana ia berada.
2. Rentang Angka
Berupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan secara lisan dan subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.
3. Kosa Kata
Berisi 40 kata-kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan sampai kepada yang paling sulit.
4. Hitungan
Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar.
5. Pemahaman
Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman umum.
6. Kesamaan
Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.
Untuk skala performansi adalah sebagai berikut:
1. Kelengkapan Gambar
Subjek diminta menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang jumlahnya 21 kartu.
2. Susunan Gambar
Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri dari beberapa kartu yang disajikan dalam urutan yang tidak teratur.
3. Rancangan Balok
Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal.
4. Perakitan Objek
Terdiri dari potongan-potongan langkap bentuk benda yang dikenal sehari-hariyang disajikan dalam susunan tertentu.
5. Simbol Angka
Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai simbolnya sendiri-sendiri. Subjek diminta menulis symbol untuk masing-masing angka di bawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat dia lakukan selama 90 detik.
c. The Wechsler Inteligence Scale for Children-Revised (WISC-R)
Skala Wechsler pertama terbit tahun 1939. Ada tiga macam skala Wechsler:
1. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) di tahun 1949. Banyak soal diambil langsung dari tes orang dewasa. WISC third edition Untuk usia 6-16 tahun 11 bulan.
2. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) di tahun 1955. Untuk usia 16-74 tahun.
3. Wechsler Preeschool and Primary Scale of Intelligence-Revised tahun 1989. Tes ini untuk rentang usia 3-7 tahun 3 bulan.
Masing-masing skala terdiri dari minimum lima subtes dan maksimum tujuh subtes. Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes.
Kekurangan skala Wechsler: kurangnya pendasaran teoritis yang menyulitkan penemuan basis interpretasi yang koheren. Selain itu juga komposisi skala-skala ini tampak menganggap bahwa domain kemampuan yang dipilih oleh subtesnya dalam semua tingkat umur sama.
Skala Verbal :
Information
Comprehension
Arithmetic
Similarities
Vocabulary
Digit Span
Skala Performansi :
Picture
Picture Arrangement
Block Design
Object Assembly
Coding
Mazez
Pemberian skor pada subtes WISC-R didasarkan atas kebenaran jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar tersebut. Skor tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui table norma sehingga akhirnya diperoleh satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-deviasi untuk keseluruhan skala.
a. WPPSI-R
Yaitu Wechsler Preschool and Primary Scale. Untuk usia 3 tahun sampai 7 tahun 3 bulan.
b. Advance Progressive Matrices
Disusun oleh J.C Raven pada tahun 1943,
J Bentuk yang tersedia:
Tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya non-verbal. Set 1 disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir soal tes.
J Aspek yang diukur:
Tes APM dimaksudkan untuk mengungkap kemampuam efisiensi intelektual. Tes APM ini sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior.
J Tujuan
J Untuk mengatur tingkat intelegensi, di samping untuk tujuan analisis klinis.
c. Colours Progressive Matrices
J Bentuk yang tersedia:
Bentuk tes CPM ada dua macam yaitu berbentuk cetakan buku dan yang lainnya berbentuk papan dan gamabr-gambarnya tidak berbeda dengan yang di buku cetak. Materi tes terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set Ab dan set B. item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup. Tugas testi adalah memilih salah satu diantara gambar ini yang tepat untuk menutupi kekosongan pada gambar besar. Pada dasarnya kedua bentuk tersebut dalam pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. (Raven, 1974) Kedua bentuk tes CPM dicetak berwarna, dimaksudkan untuk menarik dan memikat perhatian anak-anak kecil. (Raven, 1974)
J Aspek yang diukur
J Raven berpendapat bahwa tes CPM dimaksudkan untuk mengungkap aspek:
1. berpikir logis
2. kecakapan pengamatan ruang
3. kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi
4. kemapuan berpikir secara analogi.
J Tujuan
Tes CPM dapat digunakan untuk mengungkap taraf kecerdasan bagi anak-anak yang berusia 5 samapai 1 tahun. Di samping itu juga digunakan untuk orang-orang yang lanjut usia dan bahkan utnuk anak-anak defective.
d. Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Scale 2 and 3 From A and From B
J Bentuk yang tersedia : Buku soal dan lembar jawaban yang terpisah.
J Aspek yang diukur : Tes ini mengukur factor kemampuan mental umum (g-factor)
J Tujuan
Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan factor kemampuan mental umum atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.
e. The Standard Progressive Matrices (SPM)
Merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual ataupun kelompok. Skala ini dirancang oleh J.C. Raven dan terbit pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum.
SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:
Grade I : Kapasitas intelektual Superior.
Grade II : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata
Grade III : Kapasitas intelektual Rata-rata.
Grade V : Kapasitas intelektual Terhambat.
Grade IV : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.
f. The Kauffman Assesment Battery for Children (K-ABC)
Kumpulan tes ini menghasilkan empat skor global: Pemrosesan Berurutan, Simultan, Komposit, dan Pemrosesan Mental. Pemrosesan Simultan dipresentasikan tujuh subtes sementara Pemrosesan Berurutan dipresentasikan oleh tiga subtes. K-ABC dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengetesan bagi kelompok-kelompok khusus, seperti anak-anak cacat dan anak-anak dari kelompok minoritas kultural dan bahasa, dan untuk membantu diagnosis ketidakmampuan belajar.
Terfokus pada pengolahan informasi. K-ABC merupakan rangkaian tes yang relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun. Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari University of Alabama. Karena kurang mengandalkan kemampuan verbal, K-ABC bisa merupakan pengukuran pilihan untuk anak-anak yang kemahiran bahasa inggrisnya terbatas atau pendengarannya rusak.
Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah:
? Sequential Processing Scale
Yaitu skala yang mengungkap kemampuan memecahkan permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal di antara stimulus.
? Simultaneous Processing Scale
Skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama.
Baterai dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequential dan Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan Non-verbal Scale.
a. Kaufman Addolesent And Adult Inteligence Test (KAIT)
Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahun atau lebih. Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang inteligensi cair dan kristal. Skala yang dikristalisasikan mengukur konsep-konsep yang didapat dari proses sekolah dan akulturasi. Skala cairan mengukur kemampuan untuk menyelesaikan problem-problem baru. Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluatif perencanaan yang menjadi ciri pemikiran orang dewasa.
g. Kaufman Brief Inteligence Test (K-BIT)
Tes ini mencakup usia 4 hingga 90 tahun. Tes ini dirancang sebagai instrumen penyaringan yang cepat untuk memperkirakan tingkat fungsi intelektual.
C. BAKAT
1. PENGERTIAN BAKAT
Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh kemampuan atau keterampilan, yang relative bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut juga talent.
2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BAKAT
a. Hereditas
Faktor hereditas atau bawaan ini biasanya dapat berpengaruh pada bakat seseorang, misal ayahnya seorang pelukis, maka bakat tersebut berkemungkinan untuk menurun pada sang anak.
b. Keadaan lingkungan seseorang
Misalnya kesempatan, sarana prasarana, dorongan dan dukungan orang tua, taraf social ekonomi orang tua.
c. Keadaan diri orang itu sendiri
Misalnya minatnya terhadap suatu bidang, keinginan untuk berprestasi.
3. MACAM-MACAM TES BAKAT
a. DAT (Differential Aptitude Test)
Tes ini disusun oleh George K. Binnett, Harold G. Seashore. Alexander G. Wesman
Tes ini dibuat dengan maksud untuk mendapat prosedur penilaian yang ilmiah, terintegrasi, dan standard, bagi murid-murid sekolah pria dan wanita pada grade 8-12. karena dengan dasar IQ saja dipandang sudah tidak memadai lagi. Hal tersebut dilatarbelakangi dengan makin sadarnya para ahli psikologi bahwa kemampuan mental tidak hanya terdiri dari satu faktor saja, tapi banyak faktor. Jadi dibutuhkan tes yang mengukur bermacam-macam faktor ini, dan tidak menghasilkan skor tunggal saja, tapi juga beberapa skor sesuai dengan kemampuan yang diukur.
DAT ini merupakan seri tes yang terdiri dar 7 tes, yaitu:
1. Verbal Reasoning
2. Numerical Ability
3. Abstract Reasoning
4. Space Relation
5. Mechanical Reasoning
6. Clerical Speed and Accuracy
7. Language Usage
b. SAT (Scholastic Aptitude Test)
Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu.
Tes bakat skolastik ini umumnya memiliki empat jenis soal. Yaitu, tes verbal atau bahasa, tes numerik atau angka, tes logika, dan tes spasial atau gambar.
Tes bahasa berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, dan tes pengelompokan kata.
Tes angka berfungsi mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita.
Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika diagram.
Sedangkan tes spasial atau tes gambar, berfungsi mengukur daya logika (imajinasi) ruang yang dimiliki seseorang. Tes ini terdiri dari tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan
gambar dan tes identifikasi gambar.
c. GATB (General Aptitude Test Battery)
Diciptakan oleh Charles E. Odell dari United States Employes Services. Tes ini digunakan untuk konseling pekerjaan si States Employment Service Office.
D. SYARAT-SYARAT TES YANG BAIK
1. Validitas
Validitas berarti kualitas yang paling terpenting dalam suatu tes. Validitas tes menunjuk kepada pengertian apakah hasil sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan dan hingga mana tes tersebut telah mengukurnya. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat tepat mengukur kemampuan testee dengan benar dan sesungguhnya.
Terdapat 4 jenis validitas, yaitu:
a. Validitas Isi
Yaitu untuk mengetahui kajituan dari suatu instrumen ditinjau dari segi isi instrumen tersebut yang dilakukan dengan jalan membandingkan isi instrumen dengan komponen-komponen yang harus diukur.
b. Validitas Susunan
Untuk mengetahui apakah suatu instrumen memenuhi syarat-syarat validitas susunan atau tidak, maka harus membandingkan susunan instrumen tersebut dengan syarat-syarat penyusunan instrumen yang baik.
c. Validitas Bandingan
Kejituan suatu instrumen dilihat dari korelasinya terhadap keadaan yang sebenarnya dari responden tersebut saat pengukuran dilakukan.
d. Validitas Ramalan
Kejituan dari suatu instrumen ditinjau dari kemampuan instrumen tersebut meramalkan keadaan individu pada masa yang akan datang.
2. Realibilitas
Reliabilitas menunjuk kepada ketetapan dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Konsep reliabilitas mendasari kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari kelompok itu mungkin berubah karenanya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reliabilitas adalah:
a. Sebelum mengadakan tes harus diperhatikan terlebih dahulu keadaan fisik dan lingkungan di sekitar testi.
b. Jika korelasi mendekati satu atau kurang dari satu maka ketetapannya reliable tapi kalau korelasi lebih dari satu maka tidak reliable.
3. Kesukaran
Tingkat kesukaran dalam suatu tes merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan, karena tes psikologis berbeda dengan tes hasil belajar. Jika soal yang diberikan dalam tes psikologis terlalu mudah, maka semua akan dijawab dengan baik. Tapi tidak akan bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya begitu juga dengan soal yang begitu rumit. Misalnya pada tes intelegensi (IQ) yang sudah ditentukan tingkat kesukarannya untuk umur tertentu, soal tes IQ untuk murid SD akan berbeda dengan murid SMP. Kesukaran item didefinisikan sebagai persentase manusia yang menjawab item dengan benar.Kesukaran item ditentukan beberapa hal antara lain umur siswa. Dalam keadaan lain kesukaran item digunakan untuk menentukan tingkatan, tujuan testing untuk membedakan antara siswa yang memiliki berbagai tingkat pengetahuan mengenai suatu subyek.
4. Diskriminasi
Dalam analisis beda, arah kecendrungan alternatif jawaban pada item dipilih menjadi dua, jawaban satu dan dua. Pembagian arah jawaban tes tidak mengandung arti bahwa jawaban satu lebih baik daripada jawaban dua. Pembagian tersebut hanya sebagai kode. Bila kemungkinan jawaban suatu item terdiri dari dua alternatif, maka penentuan arah jawaban dapat dilakukan dengan mudah.
5. Balance
Suatu tes yang baik harus seimbang. Semua aspek yang akan di ukur tak hanya menumpuk pada suatu item tertentu hingga hasil tes dapat mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya yang harus diungkapkan.
6. Efisiensi dan Objektivitas
Efisiensi dapat berarti waktu yang diperlukan untuk menjawab item-item atau pertanyaan dalam melaksanakan tes dipergunakan dengan secepat mungkin
Objetivitas berarti dalam pelaksanaan tes seharusnya diperoleh skor yang sesuai dengan kemampuan testi atau bersifat apa adanya (objektif)
Penilaian dengan objektivitas disebut dengan penilaian objektif. Suatu tes yang objektif akan memberikan hasil yang sama bila dinilai oleh tester yang berbeda. Tipe tes yang objektif yang paling lazim adalah beri pertanyaan multiple choice, semua jawabannya bersifat khas dan telah ditentukan sebelumnya. Tipe lainnya yaitu tes yang berisi pertanyaan-pertanyaan ?true and false? dimana seseorang akan mengisi blangko dengan suatu cara atau ungkapan-ungkapan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tipe lain misalnya:
a. Multiple choice item
Multiple choice item terdiri dari stem dan nomor respon yang mungkin. Stem mungkin kalimat yang tidak lengkap atau pertanyaan. Jika stem merupakan kalimat yang tidak lengkap, tugas siswa adalah melengkapi dengan pernyataan yang paling tepat. Jika item merupakan pertanyaan, kita harus memberikan alternatif jawaban yang mungkin. Siswa disuruh memilih alternatif yang benar atau paling tepat. Alternatif jawaban terdiri dari jawaban yang benar dan beberapa pengecoh.
b. True -False item
True False item adalah kalimat deklarative, siswa menilai pernyataan yang disajikan benar atau salah. Erdapat beberapa argumen mengenai True-False item ini; pertama True-False item ini hanya dapat mengukur pengetahuan saja. Argumen kedua True-False item bersifat ambigo. Seringkali ke ambigo-an ini dirasakan oleh siswa yang tidak mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjawapab item. Argumen ketiga pendidik yakin bahwa siswa dapat memperoleh skor tinggi dengan menebak, karena hanya dua pilihan maka siswa mempunyai kesempatan 50 % untuk mendapatkan jawaban benar atau salah dengan menebak.
c. Matching Item
Matching terdiri dari dua paralel daftar, yang satu berisi stimulus atau stem yang lain berisi respon yang mngkin.Tugas siswa adalah mencocokkkan bentuk dari dua daftar, hal ini adalah menyeleksi respon ang paling cocok untuk setiap stimulus. Stimulus dapat menggunakan pernyataan verbal. Bagaimanapun, matching item cocock untuk beberapa tipe materi.
d. Short answer
Short answer memberikan beberapa tipe item yang akan direspon siswa dengan kata, phrase, kalimat, simbol atau nomer. Short-answer item yang sering digunakan adalah melengkapi item dengan kalimat atau beberapa kata yang hilang.
e. Essay Question.
Essai question terdiri dari pernyataan, seringkali beberapa kalimat panjang yang menggambarkan situasi dan atau problem. Tugas siswa adalah menulis essay untuk menjawab problem yang dituju. Jawaban ini mungkin satu paragraf atau beberapa halaman. Perbedaan antara short answer dengan essay question adalah panjangnya respon yang dibutuhkan. Pada essay question lebih ditekankan pada mengorganisasikan dan menggabungkan materi. Problem dapat dilakukan pendekatan dengan berbagai cara.
f. Problems
Dalam beberapa cara problem memberikan fungsi yang sama dalam kursus matematika dan science sebagai essay question yang dikerjakan dalam studi sosial dan kursus humanity. Situasi dan atau beberapa informasi disajikan dan tugas siswa adalah memberikan solusi.
7. Kespesifikan
Suatu tes psikologis dilakukan untuk dapat mengungkapkan kompetensi seseorang, seperti tes intelegensi harus dapat mengungkapkan kemampuan dasar dan intelegensi orang tersebut, demikian juga dengan tes bakat yang harus mampu mengungkapkan bakat yang dimiliki seseorang.
8. Kecepatan
Mengacu kepada waktu dalam pelaksanaan tes. Waktu dalam pelaksanaan tes itu tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Untuk menentukan tes yang baik dan efisien
maka dapat dipertimbangkan melalui try out.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryabrata, Sumardi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Jaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Dewa Ketut Sukardi. 1997. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rinneka Cipta.
Amir Daien Indrakusuma. 1993. Evaluasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.
Sobur, Alex. (2003) Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia.