Mobile Blog Multi-User http://meg.anggit.com/ High Performance Code by anggit.com Tue, 07 Jun 2011 00:44:32 +0700 Mobile Blog Multi-User v.1.0 en-ID Wilhelm Wund/blog/post/99/wilhelm-wund.htmlTue, 07 Jun 2011 00:44:32 +0700/blog/post/99/wilhelm-wund.htmlMaximilian Wilhelm Wundt (16 Agustus 1832 - 31 Agustus 1920) adalah seorang Jerman dokter medis, psikolog, ahli fisiologi, filsuf, dan profesor, yang dikenal saat ini sebagai salah satu tokoh pendiri psikologi modern. Ia secara luas dianggap sebagai &quot;bapak psikologi eksperimental &quot;. [3] [4] [5] Pada tahun 1879, Wundt mendirikan salah satu laboratorium formal pertama untuk penelitian psikologis di Universitas Leipzig . <br /><br />Dengan membuat laboratorium ini ia mampu mengeksplorasi sifat keyakinan agama, mengidentifikasi gangguan mental dan perilaku abnormal, dan peta kawasan yang rusak di otak manusia. Dengan melakukan ini dia mampu membangun psikologi sebagai ilmu yang terpisah dari topik yang lain. Dia juga membentuk pertama jurnal untuk penelitian psikologis di 1881.<br /><br />Sumber: Maximilian Wilhelm Wundt (Stanford Encyclopedia of Philosophy)<br /><br />Wilhelm Wundt dilahirkan di desa Neckerau di Baden, Jerman pada tanggal 16 Agustus 1832.. Yang putra seorang pendeta Lutheran, ia sendirian dan rajin anak laki-laki Dia roomed dengan dan diajari oleh asisten ayahnya, pendeta gereja itu. Ia dikirim ke sekolah asrama pada 13, dan universitas di 19. <br /><br />Ia belajar kedokteran di T?bingen, Heidelberg, dan Berlin, meskipun lebih tertarik pada aspek ilmiah dari dalam karir medis. Pada tahun 1857, ia diangkat dozent (instruktur) di Heidelberg, di mana dia kuliah di fisiologi,. Dari 1858-1864 ia juga menjabat sebagai asisten untuk terkenal Helmholtz fisiolog, dan mempelajari dan kimia stimulasi saraf otot. <br /><br />1864, ia menjadi profesor asisten di Heidelberg. Dalam Tiga tahun kemudian, ia memulai program yang ia sebut psikologi fisiologis, yang berfokus pada perbatasan antara fisiologi dan psikologi, yaitu indera dan reaksi - suatu kepentingan terinspirasi oleh karya Weber dan Fechner. catatan kuliah Nya pada akhirnya akan menjadi pekerjaan utama, Prinsip Fisiologis Psikologi (Grundz?ge physiologischen der Psychologie), yang akan diterbitkan pada tahun 1873 dan 1874. <br /><br />Seperti Fechner dan banyak orang lain pada saat itu, Wundt menerima ide Spinozan paralelisme psikofisik: fisik peristiwa mental, mitra dan setiap mental acara fisik. Mitra Setiap Dan ia percaya, seperti Fechner, bahwa ketersediaan stimuli terukur (dan reaksi) bisa membuat peristiwa psikologis terbuka untuk sesuatu seperti metodologi eksperimental dalam sebuah cara yang sebelumnya filsuf seperti Kant dianggap tidak mungkin. <br /><br />Metode yang Wundt dikembangkan adalah semacam introspeksi eksperimental: Peneliti adalah untuk hati-hati mengamati beberapa acara sederhana - yang dapat diukur untuk kualitas, intensitas, atau durasi - dan merekam tanggapan untuk variasi peristiwa-peristiwa. (Perhatikan bahwa dalam filsafat Jerman pada waktu itu, sensasi dianggap peristiwa psikologis, dan karena itu &quot;internal&quot; untuk pikiran, meskipun sensasi adalah sesuatu yang &quot;luar&quot; pikiran Wundt. Oleh karena itu apa yang kita sebut observasi dipanggil oleh introspeksi!) <br /><br />Untuk melanjutkan ceritanya, Wundt kemudian menjadi kursi dari &quot;filsafat induktif&quot; di Zurich pada tahun 1874, dan kemudian profesor filsafat di Leipzig pada 1875. Di sanalah ia akan tinggal dan bekerja untuk tahun berikutnya 45! <br /><br />Pada tahun 1875, sebuah ruangan disisihkan untuk Wundt untuk demonstrasi di apa yang sekarang kita sebut sensasi dan persepsi. Ini adalah tahun yang sama bahwa William James akan mendirikan sebuah laboratorium serupa di Harvard bisa. Kami merayakan tahun itu sebagai pendiri psikologi eksperimental! <br /><br />Pada tahun 1879, Wundt dibantu mahasiswa pascasarjana pertama pada penelitian psikologis benar - tonggak lain sudah. Pada tahun 1881, ia memulai jurnal Philosophische upaya Studien. Pada 1883, ia mulai kursus untuk pertama berjudul dihargai eksperimental psikologi. Dan 1894 di, nya dengan pendirian resmi dari &quot;Lembaga Psikologi Eksperimental&quot; di Leipzig - seperti pertama di dunia. <br /><br />Wundt dikenal semua orang sebagai keras, bekerja, dan sangat metodis peneliti tenang, serta baik dosen sangat:. Yang terakhir komentar adalah dari standar hari, yang sangat berbeda dari hari ini Dia akan pergi dalam suara rendah selama beberapa jam pada suatu waktu, tanpa catatan atau audio-visual pembantu dan tanpa berhenti untuk pertanyaan dicintai-Nya. siswa dia, tapi kami tidak akan ragu mengkritik dia karena tidak cukup menghibur! <br /><br />Hal ini penasaran untuk dicatat bahwa selama jangka waktu yang sama sibuk, Wundt juga menerbitkan empat buku dalam filsafat filsafat! Perlu diingat bahwa, pada saat ini, psikologi tidak dianggap sesuatu yang terpisah dari. Bahkan, Wundt menolak ide ketika seseorang menyarankan untuk dia! <br /><br />Penelitian yang dilakukan oleh Wundt dan sekarang banyak murid-muridnya sebagian besar pada sensasi dan persepsi, dan dari mereka, yang bersangkutan kebanyakan visi,. Di samping itu ada penelitian tentang waktu reaksi, perhatian, perasaan, dan asosiasi. Secara keseluruhan, ia diawasi 186 disertasi doktor , sebagian besar dalam psikologi. <br /><br />Di antara lebih dikenal murid-muridnya adalah Oswald K?lpe dan Hugo Munsterberg (siapa James diundang untuk mengajar di Harvard), para behavioris Rusia Bekhterev dan Pavlov, serta mahasiswa Amerika seperti Hall (&quot;bapak&quot; psikologi perkembangan di Amerika), James McKeen Cattell , Lightner Witmer (pendiri psikologis klinik pertama di Amerika Serikat, di U of Penn), dan penafsir utama Wundt ke dunia berbahasa Inggris, EB Titchener. Titchener terutama bertanggung jawab untuk menafsirkan Wundt buruk! <br /><br />Kemudian karirnya, Wundt menjadi tertarik dalam atau psikologi sosial budaya. Bertentangan dengan apa yang banyak orang percaya, Wundt tidak berpikir bahwa studi eksperimental sensasi adalah menjadi semua dan mengakhiri semua psikologi! Bahkan, ia merasa bahwa itu hanya permukaan, dan tambahan bahwa sebagian besar psikologi tidak begitu setuju dengan metode eksperimental. <br /><br />Sebaliknya, ia merasa bahwa kami harus pendekatan psikologi budaya melalui produk yang dihasilkan - mitologi, misalnya, praktek-praktek budaya dan ritual, seni dan sastra .... Dia menulis sepuluh volume V?lkerpsychologie, diterbitkan antara tahun 1900 dan 1920, yang mencakup ide tahap-tahap perkembangan budaya, dari primitif, ke totem, melalui usia pahlawan dan dewa-dewa, dengan umur manusia modern. <br /><br />Pada 1920, ia menulis Erlebtes dan Erkanntes, otobiografinya,. Singkat Beberapa waktu kemudian pada tanggal 31 Agustus 1920, ia meninggal.<br /><br />Wilhelm Wundt (1832-1920) dilahirkan di Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga intelektual. Ia menamatkan studi kesarjanaannya dan memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran dan tertarik pada riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian di bidang psikofisik bersama-sama dengan Johannes Mueller an Hermann von Helmholtz. Karya utamanya pada masa-masa ini adalah Grundzuege der Physiologischen Psychologie (Principles of physiological psychology) pada tahun 1873-1874. <br /><br />Wundt memperoleh posisi sebagai professor dan mengajar di Universitas Leipzig dimana ia mendirikan Psychological Institute. Laboratorium psikologi didirikan pada tahun 1879, menandai berdirinya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedungnya hancur dalam PD2.<br /><br />Selama di Leipzing, Wundt adalah seorang pengajar yang sangat produktif, membimbing 200 mahasiswa disertasi, mengajar lebih dari 24.000 mahasisiwa, serta menulis secara teratur.Pada tahun 1900 ia memulai karya besarnya, Voelkerpsychologie, yang baru diakhirinya pada tahun 1920, tahun dimana ia wafat. Karya ini berisi pemikirannya tentang sisi lain dari psikologi, yaitu mempelajari individu dalam society, tidak hanya inidvidu dalam laboratorium. Karya ini dapat dikatakan sebagai jejak pertama Psikologi Sosial.<br /><br />Pemikiran Wundt terbagi atas beberapa point penting:<br />Adanya ?an alliance between two science?, yaitu fisiologi dan psikologi. Fisiologi adalah ilmu yang menginformasikan fenomena kehidupan sebagaimana yang kita persepsikan melalui penginderaan eksternal sedangkan psikologi adlaah yang memungkinkan manusia melihat ke dalam dirinya dari sisi internal dirinya sendiri. Terkait dengan ikatan kedua cabang ilmu ini, ada beberapa pemikiran penting: <br />Secara metodologi aliansi ini berarti apparatus dan teknik pengukuran yang ada di bidang fisiologi diaplikasikan kepada bidang psikologis, misalnya dengan waktu reaksi. Berdasarkan hal inilah, Wundt menamakan cabang ilmu baru yang ditemukannya ini sebagai psikologi eksperimental. Bagi Wundt metode eksperimen lebih ?layak? digunakan untk eksplorasi mind daripada yang biasa digunakan, yaitu ?introspection?. Sebenarnya secara tradisional, Wundt bergantung pada observasi introspektiv dari alam sekitar dan dunia, dimana dipisahkan antara usaha untuk mengidentifikasi elemen-elemn mental dan mengidentifikasi proses mental yang mengintegrasikan elemen-elemen tersebut ke dalam pengalaman atau obyek yang koheren.<br />Dengan aliansi ini psikologi menjadi lebih terbantu untuk menghadapi tantangan dunia natural science. Ilmu psikologi yang secara tradisional mempelajari soul (jiwa), kini mendapat justifikasinya selama elemen soul tsb di jabarkan ke dalam elemen fisiologis terkecil, misalnya susunan system syaraf. Maka dimungkinkan juga terjadinya reduksionism operasi mental ke dalam operasi neurologis.<br />Melalui aliansi dengan ilmu yang lebih mapan kedudukannya seperti ilmu fisiologis, psikologi lebih mudah diterima dalam khasanah ilmu pengetahuan sebagai sebuah ilmu yang mandiri<br />Pandangan tentang psikologi sebagai ilmu dan metodenya.<br />Pemahaman Wundt tentang psikologi relatif konstan, yaitu ?..as the study of the mind and the search for the laws that govern it..? (Leahey, 2000 : 253). Namun demikian, pandangannya mengenai metode paling tepat untuk menggali mind dan ruang lingkup mind itu sendiri berubah sejalan dengan perkembangan kematangan intelektualitasnya.<br /><br />Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind mencakup proses-proses ketidaksadaran / unconciousness (sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen adalah jalan untuk membawa penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness) kepada proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen adalah cara untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup natural science yang obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt mengakui bahwa metode eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas fenomena-fenomena mendasar ini masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari ?study of the mind?. <br /><br />Research Method for Psychology, adalah fokus pemikiran Wundt selanjutnya. Idenya tentang metode juga berkembang sejalan dengan kematangan proses intelektualnya.<br /><br />Metode yang pertama kali dianjurkan Wundt sebagai strategi ilmiah untuk eksplorasi psikologis adalah eksperimental self-observation/introspection, pengembangan dari metode perenungan (armchair subjective introspection) yang sering dipakai dalam filsafat. Metode ini dilakukan oleh Wundt dg cara sangat terkontrol sehinga dapat direplikasi. Metode ini dilakukan di bawah pengawasan ketat dari seorang eksperimenter yang terlatih. Subyek dimasukkan ke dalam situasi lab yang terkontrol dan diminta melaporkan secara sistematis pengalaman yang dihasilkan dari situasi tersebut. Eksperimenter mencatat hasil ini secara mendetil.<br /><br />Metode eksperimental introspection di atas sangat diutamakan oleh Wundt dalam penelitian-penelitiannya pada masa ia memahami mind sbagai studi yang mencakup unconsciousness. Metode ini dianggap lebih unggul daripada introspeksi yang tradisional (armchair introspection) karena lebih mampu menjangkau tahap unconsciousness daripada yang terakhir.Selain eksperimental introspection, Wundt menemukan metode lain, yaitu comparative-psychological dan historical-psychological. Metode eksperimental introspection hanya bermanfaat pada subyek dewasa yang normal. Untuk anak-anak, binatang, dan individu dengan gangguan kejiwaaan dilakukan comparative-psychological guna melihat perbedaan mental mereka. Sedangkan historical-psychological adalah metode untuk melihat perbedaan mental individu dari ras dan kebangsaan yang berbeda. Sebagai seorang yang dipengaruhi pemikiran Darwin, Wundt percaya bahwa perkembangan psikologis individu dapat dipelajari dengan cara melihat sejarah perkembangan manusia itu sendiri. Pada saat pandangan Wundt tentang mind terfokus pada level kesadaran, metode introspection mulai dibatasi penggunaannya, dan Wundt beralih pada metode eksperimen laboratorium modern, dimana yang dipentingkan adalah kemungkinan duplikasi yang eksak.<br /><br />Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya, Principles of Physiological Psychology dan Voelkerpsychologie.<br /><br />Principles of Physiological Psychology, dalam karyanya ini Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan abnormalitas kesadaran.<br /><br />Hasil eksperimen tentang ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam ingatan manusia (mind), fakta bahwa ide yang bermakna akan lebih diingat daripada yang muncul secara random, serta karakteristik dari kesadaran manusia yang bersifat selektif. Konsep penting yang muncul adalah apperception, suatu bentuk operasi mental yang mensintesakan elemen mental menjadi satu kesatuan utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan judgement. Studi Wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi : <br />Pleasant vs unpleasant<br />High vs low arousal<br />Concentrated vs relaxed attention<br /><br />Teori ini dikenal sebagai the three dimensional theory namun bersifat kontroversial.Ide tentang abnormalitas kesadaran dari Wundt dibangun melalui diskusi-disksui dengan para psikiater terkenal masa itu, Kretschmer dan Kraepelin. Ide Wundt tentang schizoprenic adalah hilangnya kontrol appersepsi dan kontrol dalam proses atensi. Akibatnya proses berpikir hanya bersifat rangkaian asosiasi ide yang tidak terkontrol. <br /><br />Voelkerpsychologie, adalah karyanya yang berfokus pada metode historical psychological. Mind individu adalah hasil dari sebuah perkembangan species yang panjang. Maka usaha untuk memahami perkembangan mind harus dilakukan dengan cara menjajagi perkembangan sejarah peradaban manusia. Sejarah adalah cara untuk sampai pada psikologi manusia secara intuitif.<br /><br />Dalam eksplorasi sejarah perkembangan ini, Wundt sampai pada kajian yang detil dan sistematis tentang perkembangan bahasa manusia. Hasil kajian ini dianggap sebagai prestasi besar dalam dunia psikologi dan meletakkan dasar bagi bidang psikolinguistik. Wundt memandang bahasa dalam dua seginya, dari aspek linguistik dan aspek kognitif. Bahasa menggambarkan bagaiamana proses kognitif berjalan dan menggambarkan juga tingkat abstraksi individu. <br /><br />Jasa utama Wundt dalam bidang psikologi adalah usahanya untuk memperjuangkan diterimanya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri. Ide-ide Wundt sendiri tidak bertahan lama dan bahkan murid-muridnya tidak banyak mempopulerkan pemikirannya. Dalam konteks perkembangan psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu,Wundt lebih tepat dianggap sebagai seorang figur transisi yang menjembatani aspek filosofis dari psikologi di masa lalu dengan ciri terapan dan natural science dari psikologi di masa depan. Para murid Wundt juga lebih tertarik untuk mengembangkan psikologi ke dua arah tsb : natural science dan applied science.<br /><br />BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu. Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam baru menangis dan meronta. Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai / perbuatan-perbuatan kita sehari-hari itu. disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam). Dengan begitu diperlukan pembahasan mengenai teori-teori emosi yang dapat mendukung dalam pengkajian tentang konsep emosi itu sendiri dari berbagai sudut pandang para tokoh dan ilmuwan, salah satunya teori emosi yang di kemukakan oleh James-Lange pada makalah ini. I.2 Sasaran dan Tujuan Masalah Penyusunan makalah ini memiliki beberapa tujuan dan sasaran. Sasaran dari penyusunan makalah ini adalah praktisi pendidikan khususnya bagi praktisi pendidikan luar biasa. Sedangkan tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain : ? Mengetahui teori emosi yang dikemukakan oleh James-Lange ? Berusaha mengupas dan membuka wawasan mengenai konsep emosi yang berkaitan dengan pendidikan. ? Memenuhi salah satu tugas mata kuliah hambatan Emosi BAB II PEMBAHASAN II.1 Konsep Dasar Emosi A.Definisi emosi Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan senang atau perasaan tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita sehari-hari itu disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau samar-samar saja. Emosi adalah sebagai sesuatu suasana yang kompleks (a complex feeling state) dan getaran jiwa ( a strid up state ) yang menyertai atau munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku. (Syamsudin, 2005:114). Sedangkan menurut Crow &amp; crow (1958) (dalam Sunarto, 2002:149) emosi adalah ?An emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.? Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kualitatif yang tidak jelas batasnya. Pada suatu saat tertentu, suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi juga dapat dikatakan sebagai emosi. Jadi, sukar sekali kita mendefinisikan emosi. Oleh karena itu, yang dimaksudkan dengan emosi di sini bukan terbatas pada emosi atau perasaan saja, tetapi meliputi setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai dengan warna efektif, baik pada tingkat yang lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang (mendalam). Jadi emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Emosi sebagai suatu peristiwa psikologis mengandung ciri ? ciri sebagai berikut : ? Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnya, seperti pengamatan dan berpikir. ? Bersifat fluktuatif ( tidak tetap ). ? Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera. Mengenai ciri ? ciri emosi ini dapat dibedakan antara emosi anak dan emosi pada orang dewasa sebagai berikut : Emosi Anak Emosi Orang Dewasa 1. Berlangsung singkat dan berakhir tiba - tiba 1. Berlangsung lebih lama dan berakhir dengan lambat 2. Terlihat lebih hebat dan kuat 2. Tidak terlihat hebat / kuat 3. Bersifat sementara / dangkal 3. Lebih 4. Lebih sering terjadi 4. Jarang terjadi 5. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya 5. Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya B. Penggolongan Emosi Membedakan satu emosi dari emosi lainnya dan menggolongkan emosi-emosi yang sejenis ke dalam satu golongan atau satu tipe adalah sangat sukar dilakukan karena hal-hal yang berikut ini: 1.Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut) menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan apakah seseorang sedang takut atau sedang marah. 2.Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara. Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kali mungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari. 3.Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya didasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keadaan emosinya sendiri. Jadi, &quot;takut&quot; adalah emosi yang timbul terhadap suatu bahaya, &quot;marah&quot; adalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang menjengkelkan. 4.Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukar dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan. C. Pertumbuhan Emosi Pertumbuhan dan perkembangan emosi, seperti juga pada tingkah laku lainnya, ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia hampir mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa. Kalau anak itu sudah lebih besar, maka ia akan belajar bahwa menangis dan tertawa dapat digunakan untuk maksud-maksud tertentu pada situasi-situasi tertentu. Pada bayi yang baru lahir, satu-satunya emosi yang nyata adalah kegelisahan yang nampak sebagai ketidaksenangan dalam bentuk menangis dan meronta. Pengaruh kebudayaan besar sekali terhadap perkembangan emosi, karena dalam tiap-tiap kebudayaan diajarkan cara menyatakan emosi yang konvensional dan khas dalam kebudayaan yang bersangkutan, sehingga ekspresi emosi tersebut dapat dimengerti oleh orang-orang lain dalam kebudayaan yang sama. Klineberg pada tahun 1938 menyelidiki literatur-literatur Cina dan mendapatkan berbagai bentuk ekspresi emosi yang berbeda dengan cara-cara yang ada di dunia Barat. Ekspresi-ekspresi itu antara lain : ? Menjulurkan lidah kalau keheranan. ? Bertepuk tangan kalau kuatir. ? Menggaruk kuping dan pipi kalau bahagia. Yang juga dipelajari dalam perkembangan emosi adalah obyek - obyek dan situasi-situasi yang menjadi sumber emosi. Seorang anak yang tidak pernah ditakut-takuti di tempat gelap, tidak akan takut pada tempat gelap. Warna efektif pada seseorang mempengaruhi pula pandangan orang tersebut terhadap obyek atau situasi di sekelilingnya. Ia dapat suka atau tidak menyukai sesuatu, misalnya ia suka kopi, tetapi tidak suka teh. Ini disebut preferensi dan merupakan bentuk yang paling ringan daripada pengaruh emosi terhadap pandangan seseorang mengenai situasi atau obyek di lingkungannya. Dalam bentuknya yang lebih lanjut, preferensi dapat menjadi sikap, yaitu kecenderungan untuk bereaksi secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Sikap pada seseorang, setelah beberapa waktu, dapat menetap dan sukar untuk diubah lagi, dan menjadi prasangka. Prasangka ini sangat besar pengaruhnya terhadap tingkah laku, karena ia akan mewarnai tiap-tiap perbuatan yang berhubungan dengan sesuatu hal, sebelum hal itu sendiri muncul di hadapan orang yang bersangkutan. Sikap yang disertai dengan emosi yang berlebih-lebihan disebut kompleks, misalnya kompleks rendah diri, yaitu sikap negatif terhadap diri sendiri yang disertai perasaan malu, takut, tidak berdaya, segan bertemu orang lain dan sebagainya. Ada beberapa contoh pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya : a. memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai b. melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa ( frustasi ). c. menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup ( nervous ) dan gagap dalam berbicara. d. terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati e.suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Jenis Emosi Perubahan Fisik 1. Terpesona 1. Reaksi elektris pada kulit 2. Marah 2. Peredaran darah bertambah cepat 3. Terkejut 3. Denyut jantung bertambah cepat 4. Kecewa 4. Bernapas panjang 5. Sakit / Marah 5. Pupil mata membesar 6. Takut / Tegang 6. Air liur mengering 7. Takut 7. Bulu roma berdiri 8. Tegang 8. Pencernaan terganggu, otot ? otot menegang atau bergetar ( tremor ) Takut Takut adalah perasaan yang mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sedapat mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Bentuk ekstrim dari takut adalah takut yang pathologis yang disebut phobia. Phobia adalah perasaan takut terhadap hal-hal tertentu yang demikian kuatnya, meskipun tidak ada alasan yang nyata, misalnya takut terhadap tempat yang sempit dan tertutup (claustrophobia), takut terhadap ketinggian atau takut berada di tempat - tempat yang tinggi (acrophobia), takut terhadap kerumunan orang, takut tempat -tempat ramai (ochlophobia). Rasa takut lain yang merupakan kelainan kejiwaan adalah kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tak jelas sasarannya dan juga tidak jelas alasannya. Kecemasan yang terus menerus biasanya terdapat pada penderita-penderita Psikoneurosis. Khawatir Kuatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai obyek yang jelas atau tidak ada obyeknya sama sekali. Kekuatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekuatiran seseorang untuk melanggar norma masyarakat adalah salah satu bentuk kekuatiran yang umum terdapat pada tiap-tiap orang dan kekuatiran ini justru positif karena dengan demikian orang selalu bersikap hati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma masyarakat. Cemburu Kecemburuan adalah bentuk khusus dan kekuatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seorang yang cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya. Gembira Gembira adalah ekspresi dari kelegaan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan disebabkan oleh hal-hal yang bersifat tiba-tiba (surprise) dan kegembiraan biasanya bersifat spesial, yaitu melibatkan orang-orang lain di sekitar orang yang sedang gembira tersebut. Marah Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk sampai pada tujuannya. Dengan demikian, ketegangan yang terjadi dalam aktivitas itu tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah. Motif Motif, atau dalam bahasa Inggris-nya &#039;&quot;motive&quot;, berasal dari kata &#039;&#039;motion&quot;, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Jadi istilah motif, pun. erat hubungannya dengan &quot;gerak&quot;, yaitu dalam hal ini gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga per-buatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah-laku. Di samping istilah &quot;motif&quot;, dikenal pula dalam psikologi istilah motivasi. Motivasi merupakan istilah yang lebih umum, yang menunjuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Ada beberapa pendapat mengenai apa sebenarnya motif itu. Salah satu pendapat mengatakan bahwa motif itu merupakan energi dasar yang terdapat dalam diri seseorang. Sigmund Freud adalah salah seorang sarjana yang berpendapat demikian. Tiap tingkah laku, menurut Freud didorong oleh suatu energi dasar yang disebut instink-instink ini oleh Freud dibagi dua : 1. Instink kehidupan atau instink seksual atau libido, yaitu dorongan untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan keturunan. 2. Instink yang mendorong perbuatan-perbuatan agresif atau yang menjurus kepada kematian. Tokoh-tokoh lain yang juga mengakui motif sebagai energi dasar antara lain adalah: 1. Bergson dengan teori &quot;elan vital&quot; yang mengakui adanya faktor yang bersifat non material yang mengatur tingkah laku. 2. Me Dougail dengan teori &quot;bormic&quot;, yang mengatakan bahwa tingkah laku ditentukan oleh hasrat, kecenderungan yang bekerjanya analog dengan kenyataan-kenyataan dalam dunia ilmu. alam dan ilmu kimia. Pendapat lain mengatakan bahwa motivasi mempunyai fungsi sebagai perantara pada organisme atau manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya suatu ketidak seimbangan dalam diri individu, misalnya lapar atau takut. Keadaan tidak seimbang ini tidak menyenangkan bagi individu yang bersangkutan, sehingga timbul kebutuhan untuk meniadakan ketidak seimbangan ini, misalnya mencari makanan atau mencari perlindungan,. Kebutuhan inilah yang akan menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan itu dilakukan maka tercapailah keadaan seimbang dalam diri individu, dan timbul perasaan puas, gembira, aman dan sebagainya. Kecenderungan untuk mengusahakan keseimbangan dari ketidak seimbangan terdapat dalam diri tiap organisme dan manusia, dan ini disebut prinsip homeostasis. Pada manusia, lingkaran motivasi bersifat dinamis, ini disebab-kan karena keseimbangan pada manusia seringkali merangsang ketidak seimbangan lain yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini tidak terdapat pada hewan, misalnya, karena pada hewan ketidak seimbangan-ketidak seimbangan yang timbul selalu sama dan waktu ke waktu sampai hewan ini mati. Oleh karena itu lingkaran motivasi pada hewan bersifat statis. Motif adalah instansi terakhir bagi terjadinya tingkah laku. Meskipun misalnya ada kebutuhan, tetapi kebutuhan ini tidak ber-hasil menciptakan motif, maka tidak akan terjadi tingkah laku. Hal ini disebabkan karena motif tidak saja ditentukan oleh faktor-faktor dalam diri individu, seperti faktor-faktor biologis, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial dan kebudayaan II. 2 Teori Emosi James-Lange Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi. Pendapat yang nativistik mengatakan bahwa emosi-emosi itu pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir, sedangkan pendapat yang empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar. Salah satu penganut paham nativistik adalah Rene Descartes (1596?1650). la mengatakan bahwa manusia sejak lahirnya telah mempunyai enam emosi dasar yaitu : cinta, kegembiraan, keinginan, benci, sedih dan kagum. Di pihak kaum empiristik dapat kita catat nama-nama William-James (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) Kedua orang ini menyusun suatu teori tentang emosi yang dinamakan teori James?Lange. Menurut teori ini, emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap pembahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsang-rangsang yang datang dari luar. Jadi, kalau seorang misalnya melihat seekor harimau, maka reaksinya adalah darah makin cepat beredar karena denyut jantung makin cepat, paru-paru pun lebih cepat memompa udara dan sebagainya. Respons-respons tubuh ini kemudian dipersepsikan dan timbullah rasa takut. Jadi, orang itu bukan berdebar-debar karena takut setelah melihat harimau melainkan karena ia berdebar-debar maka timbul rasa takut. Mengapa rasa takut yang timbul, ini disebabkan oleh hasil pengalaman dan proses belajar. Orang yang bersangkutan dari pengalamannya telah mengetahui bahwa harimau adalah makhluk yang berbahaya karena itu debaran jantung diper?sepsikan sebagai takut. Teori ini sering juga disebut teori perifer. Dalam teori ini disebutkan bahwa emosi timbul setelah terjadinya reaksi psikologik. Emosi merupakan hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh sebagai respon terhadap berbagai rangsangan yang datang dari luar. Selain itu, gejala kejasmanian bukanlah akibat emosi yang dialami oleh individu, melainkan emosi merupakan akibat dari gejala kejasmanian. Seseorang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya, orang tersebut susah karena menangis (Sunaryo, 2004). Menurut James &amp; Lange , bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Sedangkan menurut Lindsley bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi. Teori yang dikemukakan oleh William James dan Carl Lange kira-kira seabad yang lalu, yang dikenal dengan Teori James Lange, mengemukakan proses-proses terjadinya emosi dihubungkan dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut: a) Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi. b) Memberikan reaksi terhadap situasi dengan pola-pola khusus melalui aktivitas fisik. c) Mempersepsikan pola aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi secara khusus. Uraian ini disingkat menjadi : Lingkungan - otak - perubahan pada tubuh + emosi Perubahan emosi karena perasaan yang menekan, mempengaruhi fungsi pencernaan. Sebagaimana diketahui, pencernaan dilakukan di dalam lambung melalui asam lambung; biasanya lambung menghasilkan asam lambung dalam jumlah sesuai dengan yang dibutuhkan dan berhenti kalau tugas mencerna makanan selesai. Pengeluaran asam lambung ini diatur oleh susunan saraf parasimpatis sebagai bagian dari susunan saraf otonom. Dalam keadaan stres, asam lambung dihasilkan secara berlebihan dan kalau ini terjadi tanpa dipergunakan untuk mencerna makanan, menyebabkan peradangan pada permukaan lambung dan dapat menimbulkan luka. Stres adalah suatu keadaan pikiran (jiwa) seseorang yang menimbulkan emosi yang tidak menyenangkan, tidak enak, menekan, yang timbul dari lingkungan dan tidak dapat atau sulit diatasi. Sires muneul karena keadaan tersebut menekan terlalu berat dan orang tersebut tidak kuat menahannya. Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah Wilhelm Wundt (1832 - 1920). Tetapi berbeda dari W. James yang menyelidiki mengapa timbul emosi, W. Wundt menguraikan jenis-jenis emosi. Menurut Wundt ada tiga pasang kutub emosi, yaitu : 1. Senang - tak senang 2. Tegang - tak tegang 3. Semangat - tenang Perubahan-perubahan pada tubuh pada saat terjadi emosi Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita antara lain : 1. Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona. 2. Peredaran darah : bertambah cepat bila marah. 3. Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut. 4. Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa. 5. Pupil mata : membesar bila sakit atau marah. 6. Liur : mengering kalau takut atau tegang. 7. Bulu roma : berdiri kalau takut. 8. Pencernaan : mencret-mencret kalau tegang. 9. Otot : Ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor). 10. Komposisi darah : Komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif. Menurut Wiliams James, faktor penting untuk timbulnya emosi adanya perubahan-perubahan pada element-element visceral. Sedangkan Carl Lange pada waktu yang hampir bersamaan mengemukakan bahwa emosi terjadi karena perubahan-perubahan ruang yang terjadi pada system vasomotor (otot-otot). Jadi kedua tokoh ini memiliki kesamaan pendapat yang menyatakan bahwa perubahan-perubahan psikologis yang terjadi dalam emosi disebabkan karena adanya perubahan-perubahan psikologis. Suatu peristiwa dipersepsikan menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis dan perubahan-perubahan fisiologis menyebabkan perubahan-perubahan fisiologis yang disebut dengan emosi. Dengan kata lain, menurut James-Lange bukan tertawa senang, melainkan ia senang karena tertawa. Dari kesamaan dan teori yang dikeluarkan oleh james-Lange, menghasilkan lima tingkatan dalam proses emosi yang terdiri dari : ? Situasi ? Persepsi tentang situasi ? Perubahan-perubahan dalam tubuh ? Perbuatan yang terlihat , misalnya melarikan diri dari bahaya ? Keadaan sadar dari emosi. BAB III KESIMPULAN Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka menjadi berbeda-beda. Emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jenis emosi yang secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut, cemas, sedih dan sebagainya. Dengan adanya keterangan yang diungkapkan oleh James-Lange mengenai teori emosi, maka diperoleh suatu wacana bahwa emosi itu sendiri merupakan suatu proses yang melibatkan dua aspek penting dalam diri sorang individu, yaitu psikologis dan fisik. Hal ini dapat dilihat dari organ fisik yang bereaksi disertai perasaan seseorang saat mendapatkan stimulus yang kemudian termanifestasi dalam bentuk perilaku tertentu yang disebut sebagai emosi (baik negatif ataupun positif ). DAFTAR PUSTAKA Dirgagunarsa, singgih. (1978). Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara Syaodih, Nana dan Moh.Surya. (1978). Pengantar Psikologi. Bandung: IKIP Chatarina Wahyurini &amp; Yahya Ma?shum (2006), Iiih ? Emosi Banget Deh. <a href="http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/26/muda/933870.htm)">http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/26/muda/933870.htm)</a> <a href="http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/apakah-gangguan-emosi.html">http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/apakah-gangguan-emosi.html</a> <a href="http://psikologi_kosong_empat.blogs.friendster.com/my_blog/2007/02/emosi_1definisi.html">http://psikologi_kosong_empat.blogs.friendster.com/my_blog/2007/02/emosi_1definisi.html</a> <a href="http://www.siaksoft.net/index.php?option=com_content&amp;task%3B=view&amp;id%3B=2361&amp;Itemid%3B=105">http://www.siaksoft.net/index.php?option=com_content&amp;task%3B=view&amp;id%3B=2361&amp;Itemid%3B=105</a> <a href="http://www.library.gunadarma.ac.id/~backup/teorijameslange/">www.library.gunadarma.ac.id/~backup/teorijameslange/</a> <a href="http://www.portalkalbe/files/cdk/files/47_Faktorpsikogenikpadagangguannyeriperutpadaanak81.pdf/47">www.portalkalbe/files/cdk/files/47_Faktorpsikogenikpadagangguannyeriperutpadaanak81.pdf/47</a><br />Psikologi Timur-Jen dari Hsu/blog/post/98/psikologi-timur-jen-dari-hsu.htmlTue, 07 Jun 2011 00:37:54 +0700/blog/post/98/psikologi-timur-jen-dari-hsu.htmlA. Biografi Jen dari Hsu<br />Francis L.K Hsu adalah warga negara USA keturunan Cina. Ia adalah sarjana filsafat, antropologi, kesusasteraan Cina klasik dan psikologi. Dengan keahlian dalam ilmu ? ilmu tersebutt Hsu menyusun konsep kepribadian timur sebagai alternatif konsep kepribadian menurut psikologi barat (eropa dan amerika). Teorinya disebut teori kepribadian Jen dari sastra Cina, yang berarti manusia yang berjiwa selaras, manusia yang berkepribadian. Konsep tersebut ditulis dalam majalah American anthropologist vol. 73 tahun 1971 dengan judul psychologist homeostatis and Jen (pp. 23 - 44). Konsep kepribadian selaras untuk menganalisis jiwa manusia masyarakat timur, misalnya Cina, Jepang, Asia, termasuk juga Indonesia ( koentjaraningrat, 1992, p. 129 ).<br />Struktur kepribadian dan jiwa manusia timur digambarkan sebagai lingkaran ? lingkaran yang konsentris. Tiap ? tiap lingkaran menggambarkan suatu alam kehidupan jiwa manusia dengan berbagai macam isinya, yakni persepsi, tanggapan, pengetahuan, ingatan,, sampai pada keinginan-keinginan dan nafsu-nafsu manusia. Konsep kepribadian timur ini bermaksud untuk menganalisis kepribadian jiwa manusia berhubungan dengan lingkungan sosial budayanya. Hal ini menghindari penilaian psikologi barat yang menganalisis kepribadian manusia bersifat individualistis dan seolah olah manusia merupakan mahluk yang berdiri sendiri. Maka pada teori yang disampaikan Hsu ialah pendekatan kepribadian lebih ke pendekatan sosial budaya. <br /><br />B. Pokok-Pokok Teori<br />Hsu menggambarkan lingkungan alam kehidupan jiwa atau kepribadian manusia itu ada delapan lingkaran yang konsentris. Lingkaran ? lingkaran tersebut hanya tehnis analisis, tentu kenyataan tidak matematis, sehingga gambarannnya bukan lingkaran persis, tetapi gambraran yang mengelilingi atau mengitari individu. <br />1.lingkaran ke 7 sebagai pusatnya, jadi paling dalam, untuk menggambarkan kehidupan jiwa yang tidak disadari. Isi dari bagian lingkaran ke 7 ini ialah semua cipta, rasa, karsa, yang semula disadari , tetapi lalu ditekan atau didesak masuk kedalam tidak sadaran, lama- lama menjadi tidak disadari.<br />2.lingkaran ke 6 yang terletak diluar lingkaran ke7, tetapi sepusat dengan lingkaran ke7 tadi, merupakan lapisan bawah sadar atau subsadar. Lapisan ini berbatasan dengan lingkaran berikutnya, yakni lingkaran ke5. lapisan ke6 ini isinya sama dengan lapisan ke7, hanya berbeda tingkat ketidaksadarannya. Maka kedua lingkaran ini disebut lapisan lingkaran tidak sadar. Dua lapisan paling dalam ini mirip dengan konsep sigmund freud, sebagai lapisan das es atau Id.<br />3.lingkaran ke5 adalah menggambarkan lapisan kesadaran jiwa, tetapi tidak dinyatakan. Isinya mengenai pikiran-pikiran dan gagasan yang disadari penuh individu yang bersengkutan, tetapi tidak pernah dinyatakan kepada orang lain siapapun, jadi tetap diimoan saja dalam kesadaran. Mengapa isi kesadaran tersebut tidak dinyatakan kepaada orang lain, mungkin ada beberapa alasan, anatara lain :<br />a. Ia takut salah atau takut dimarahi orang lain, atau malu, karena mempunyai maksud jahat.<br />b. Ia enggan menyatakannya karena takut tidak mendapat respon baik atau bahkan ditolak.<br />c. Ia malu karena takut ditertawakan oleh orang lain.<br />d. Ia tidak mempunyai atau tidak menemukan kata-kata atu perumusan yang cocokuntuk menyatakan gagasan tadi pada orang lain.<br />4.lingkaran lapisan ke4, disebut lapisan kesdaran yang dinyatakan. Isinya adalah pikitran- pikiran, gagasan ? gagasan, perasaan-perasaan, dsb yang dapat dinyatakan secara terbuka kepada orang lain, dan dapat diterima dengan mudah oleh sesamanya. Misalnya : simpati, kegembiraan, kemarahan, pendapat, gagasan, keinginan dsb. Jadi isi lapisan ke4 ini adalah bahan-bahan untuk berkomunikasi dengan siapapun, baik dirumah, sekolah, tempat kerja, masyarakat dsb.<br />5.lingkaran ke3, disebut lapisan lingkaran hubungan karib atau hubungan akrab, disebut juga hubungan dekat. Berisi tentang : konsepsi ? konsepsi tentang orang, benda, binatang yang diajak komunikasi oleh individu secara intim atau eksklusif. Pergaulan karib ini biasanya digunakan individu untuk tempat berlindung, curhat, tempat menghilangkan tekanan batin. Pendukung pada lapisan ini adalah dalam hal kejiwaan individu adalah : orang tua, sahabat, saudara, teman dekat dsb. Lingkaran kejiwaan ke3 ini sebagai dasar kehidupan kerohanian manusia dan bersama lingkunagnnya hidup jiwa ke4 menjadi dasar untuk membangun kehidupan pribadi yang aman, tentaram, harmonis, stabil, sekaligus dinamis. Atau yang disebut homeostatis psikologis.<br />6.lingkungan kehidupan kejiwaan dengan hubungan kegunaan, digambarkan dengan lingkaran ke2. misalnya : hubungan antar pedagang pembeli, mandor karayawan, jadi hubunagn ini tidak perlu pada sampai hubungan karib atau dekat.<br />7.lingkaran no 1 sebagai gambaran lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam jiwa tentang manusia, benda-benda, pengetahuan, adat, dsb jarang sekali memberi pengaruh langsung kepada kehidupan manusia karena dianggap tidak dekat atau jauh dengan individu yang bersangkutan. Karena tidak ada tempat dan fungsi langsung dalam kehidupan mereka pada setiap harinya. <br />8.lingkaran no 0 lingkatran yang paling luar, dapat disebut dengan hubungan luar. Berisi : pikiran ? pikiran dan anggapan ? anggapan yang mirip denagn isi pada lingkaran no 1. tetapi ada beberapa perbedaan yaitu : <br />a.isi kejiwaan dalam lingkaran no 1 adalah hal- Hal diluar masyarakat individu yang bersangkutan, tetapi masih dalam lingkungan bangsa dan negaranya. <br />b.Isi kejiwaan dalam no 0 tekah terletak diluar masyarakat dan bangsa dari individu yang bersngkutan. Misal tentang hubungan antar individu dengan negara asing seperti Prancis, bagi orang awam merupakan hubungan yang sangat jauh dengan kehidupannya. Tetapi bagi orang yang mungkin punya kenangan dengan negara- negara akan masuk dalam kejiwaannya.<br /><br /><br /><br /><br />C. Kesimpulan<br />Sebagian besar isi kejiwaan manusia, misalnya pengetahuan, pengertiannya tentang adat istiadat, kebudayaan, lingkungan, nilai-nilai dan norma, pandangan hidup, menurut psikologi barat terkandung dalam kepribadian manusia. Hal inilah yang menjadi konsep ego. Hsu berpendapat, bahwa manusia memerlukan suatu daerah isi jiwa tambahan, untuk memuaskan suatu kebutuhan kejiwaan yang bersifat mendasar dalam hidupnya. <br />Daerah pada 7,6,5 merupakan daerah kepribadian manusia dan daerah no 3 merupakan yang merupakan daerah mendasar tadi, berisi tentang cinta, kemesraan, dan juga rasa takut yang hakiki, mendasar, fundamental dalam kehidupan manusia. Misalnya adanya iman dan takwa terhadap tuhan YME, adanya ideologi, pandangan hidup, agama, merupakan sasaran bagi kebaktian mutlak manusia. Isi ?isi kejiwaan semacam ini terdapat pada no 3, denagn demikian manusia mampu menjalani hidup dengan selaras dan seimbang, dapat hidup harmonis. <br />Dengan konsep psiko-sosiogram, hsu mengusulkan konsep kepribadian timur sebagai alternatif konsep kepribadian barat. Konsep ini adalah konsep Jen, konsep menurut agama budha di Cina. Jen berarti manusia yang berjiwa selaras dan berkepribadian. Dengan arti bahwa manusia mampu menjaga hubungan antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya yang paling dekat dan serius, kepada siapa dapat mencurahkan rasa cinta, kemesraan, dan baktinya. <br />Daerah lingkaran 4 dan 3 merupakan daerah ranah psikologi homeostatis, yakni yang berjiwa selaras dalam individu manusia.Konsep kepribadian timur yang dikemukakan oleh Hsu dimaksudkan untuk tidak membatasi manusia yang hanya mahluk individual, tetapi tetap berhubungan dengan lingkungan sosial budayanya<br /><br /><br />. <br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><br />Ki fudyartanto. Psikologi kepribadian timur. Pustaka pelajar. 2003; Jakarta.<br /><a href="http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab2-manusia_dan_kebudayaan.pdf.">http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ilmu_budaya_dasar/bab2-manusia_dan_kebudayaan.pdf.</a><br /><a href="http://gudangotak.blogspot.com/2010/02/antropologi-kepribadian.html">http://gudangotak.blogspot.com/2010/02/antropologi-kepribadian.html</a><br />Humanistik- Bandura/blog/post/97/humanistik--bandura.htmlTue, 07 Jun 2011 00:36:18 +0700/blog/post/97/humanistik--bandura.htmlBiografi Tokoh<br />Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925, di kota kecil Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Dia sekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah yang sederhana, dengan fasilitas pendidikan yang sangat terbatas, namun dengan hasil rata-rata yang sangat memuaskan. Setelah selesai SMA, dia bekerja pada perusahaan penggalian jalan raya Alaska Highway di Yukon.<br />Dia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Lowa, tempat dimana ia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran. <br />Waktu di Lowa dia bertemu dengan Virginia Varns, seorang instruktur sekolah perawat. Mereka kemudian menikah dan dikaruniai dua orang puteri. Setelah lulus dia meneruskan pendidikanya ke tingkat post-doktoral di Wichita Guidance Center di Wichita, Kansas.<br />Tahun 1953, dia mulai mengajar di Stanford University. Disinilah dia kemudian bekerja sama dengan salah satu seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent Aggression terbit tahun 1959. Sayangnya, Walters mati muda karena kecelakaan sepeda motor. <br />Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam distinguished Scientifik Contribution tahun 1980. Sampai sekarang dia masih mengajar di stanford University.<br /><br />B. Sejarah Munculnya teori<br />Dalam perkembangan Psikologi, yang mendapat sebutan mazhab ?kedua? adalah karya para ahli yang berhu?bungan dengan teori Behaviorisme. Teori yang bersifat umum ini dirumuskan oleh John B. Watson (1878-1958) tepat pada peralihan abad ini. Saat itu, Watson adalah seorang guru besar psikologi di Universitas Johns Hopkins. la berupaya menjadikan studi tentang manusia seobjektif dan seilmiah mungkin, karenanya seperti Sigmund Freud, ia berusaha mereduksikan tingkah laku manusia menjadi perkara kimiawi dan fisik semata.<br />Kini kata ?behaviorisme? biasanya digunakan untuk melukiskan isi sejumlah teori yang saling berhubungan di bi?dang psikologi, sosiologi dan ilmu ilmu tingkah laku meliputi bukan hanya karya John Watson, melainkan juga karya to?koh tokoh seperti Edward Thorndike, Clark Hull, John Dol?lard, Neal Miller, B.F. Skinner, dan masih banyak lagi. Para pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton, yang berhasil mengembangkan metode ilmiah di bidang ilmu ilmu fisik, dan Charles Darwin, yang menyatakan bahwa manusia merupakan hasil proses evolusi secara kebetulan dari bina?tang binatang yang lebih rendah.<br />Behaviorisme amat banyak menentukan perkembangan psikologi terutama dalam ekperimen eksperimen. Walaupun Watson sering dianggap tokoh utama aliran ini, tetapi sebenarnya perkembangannya dapat dilacak sampai kepada empirisisme dan hedonisme pada abad XVIII ? XVIII.<br />Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, ibarat sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari Aristoteles, John Locke (1632 1704), tokoh empirisme Inggris, meminjam konsep ini. Menurut kaum empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai ?warna mental?. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman satu satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Bukanlah ide yang menghasilkan pengetahuan, tetapi keduanya adalah produk pengalaman. Secara psikologis, ini berarti seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan, bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan perilaku masa lalu.<br />Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor faktor lingkungan.<br />Albert Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). la mempermasalahkan peranan, ganjaran, dan hukuman dalam proses belajar. Banyak perilaku yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman dan peneguhan. Bandura menyatakan bahwa belajar terjadi karena peniruan (imitation). Kemampuan meniru respons orang lain, misalnya meniru bunyi yang sering didengar, adalah penyebab utama belajar. Ganjaran dan hukuman bukanlah faktor penting dalam belajar, tetapi faktor yang penting dalam melakukan satu tindakan (performance).<br /><br />C. Isi Teori<br />Dalam situasi alami, orang belajar tingkah laku-tingkah laku baru dengan jalan mengamati model model tingkah laku orang lain dan melalui efek-efek perbuatannya sendiri. Proses kognitif menyerap informasi dari bermacam-macam tingkah laku yang diamati. informasi ini kemudian disimpan dalam ingatan yang mungkin kemudian akan diujudkan dalam tingkah laku. Sehubungan dengan itu komponen belajar dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu :model tingkah laku, akibat-akibat tingkah laku dan proses kognitif.<br /><br />a. Model Tingkah Laku<br />Peranan utama model tingkah laku adalah memindahkan informasi kepada pengamat. Peranan ini dapat dirinci menjadi tiga macam, yaitu :<br />? Sebagai contoh untuk ditiru<br />? Mnguatkan atau melemahkan ketahanan pengamat terhadap dilakukannya tingkah laku tertentu.<br />? memindahkan pola-pola tingkah laku baru<br /><br />Sebagai stimulus, model tingkah laku dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :<br /> Model hidup (life modeling), termasuk disini anggota ?anggota keluarga, handai tolan, teman sekerja dan sebagainya dengan siapa seseorang mempunyai hubungan langsung. dalam kehidupan sehari-hari seseorang memperoleh informasi dari hubungansosial ini.?<br /> Model simbolik (symbolic modeling), model simbolik adalah gambaran tingkah laku dalam pikiran.dalam kehidupan modern ini media massa merupakan sumber model-model tingkah laku.?<br /> Deskripsi verbal, deskripsi verbal adalah model yang bukan berupa tingkah laku, tetapi berujud intruksi-intruksi, misalkan serangkaian instruksi untuk merakit peralatan.?<br /><br />b. Akibat-akibat atau konsekuensi-konsekuensi tingkah laku<br />Konsekuensi tingkah laku juga merupakan unsur yang penting dalam teori belajar sosial, yang menyangkut tiga macam reinforcement, yaitu :<br /> Direc reinforcement, yaitu suatu tipe konsekuensi. peristiwa yang dapat menguatkan tingkah laku baik menyenangkan atau tidak menyenangkan. Misalkan dengan memberikan hadiah kepada seorang anak yang mendapatkan nilai baik.?<br /> Vicarious reinforcement, yaitu konsekuensi yang terkait dengan tingkah laku orang lain yang diamati. Sebagai contoh ialah anak yang melihat temannya berkelahi, karena perbuatan berkelahi itu dipuji oleh teman-taman sekelasnya hal itu merupakan reinforcement yang mengarah dilakukannya perbuatan berkelahi di waktu-waktu yang lain.?<br />Selain itu Vicarious reinforcement, juga berfungsi membangkitkan respons-respons yang bersifat emosional. yang nantinya akan membangkitkan rasa puas, bangga, agung dan sebagainya.<br /> Self-reinforcement, yaitu konsekuensi yang berhubungan dengan standar tingkah laku pribadi.?<br />Self reinforcement, self reinforcement ia harus secara sadar diusahakan sendiri oleh seseorang.self reinforcement memiliki tiga unsur :<br />? Standar tingkah laku buatan sendiri<br />? Kajian-kajian yang memberikan reinforcement dibawah pengendalian sendiri<br />? Seseorang sebagai pelaku reinforcement sendiri.<br />Pada umumnya orang membuat standar tingkah laku bagi dirinya sendiri dan cenderung mrespon terhadap tingkah lakunya sendiri dengan cara-cara yang menyenangkan kalau tingkah lakunya sesuai atau melampaui standar tersebut.sebaliknya dia akan merespon dengan car mengkritik diri sendiri kalau tingkah lakunya tidak sesuai dengan standar.<br /><br />c. Proses Kognitif<br />Dalam teori belajar sosial, proses kognitif memegang peranan penting. Kemampuan seseorang untuk membuat kode, menyimpan pengalaman-pengalaman dalam bentuk lambang yang membayangakan konsekuensi-konsekuensi yang bakal terjadi penting sekali untuk memperoleh dan mengubah tingkah laku.<br />Pemrosesan kognitif terhadap peristiwa?peristiwa yang mungkin terjadi menjembatani jurang antara tingkah laku dan hasil tingkah laku. Proses kognitif memiliki empat macam komponen, yaitu : perhatian, retansi, reproduksi motorik dan motivasi. Perhatian dan retansi mengatur diperolehnya perbuatan-perbuatan yang diamati.berikutnya perbuatan-perbuatan tersebut diatur oleh mekanisme produksi motorik dan motivasi. <br /><br />1) Perhatian<br />Menurut Bandura, perhatian itu penting karena tingkah laku-tinkah laku yang baru tidak dapat diperoleh kecuali kalau diperhatikan dan di persepsi secara tepat.perhatian ini dipengaruhi beberapa faktor, antara lain karakteristikmodel,karakteristik dan nialai fungsional tingkah laku yang diamati ditentukan oleh reinforcement dari tinkah laku. Tingkah laku yang mempengaruhi perhatian ialah kompleksitas dan relefansi.<br />Relevansi menunjuk pada arti dan pentingnya tingkah laku yang diamati bagi orang yang mengamatinya. Di antara karakteristik orang yang mengamati ysng mempengaruhi perhatian adalah persepsi ketrampilan mengamati, taraf terbangkitnya emosi,perilaku yang lampau dan kemampuan indrawi. Taraf terbangkitnya emosi dan persepsi mempengaruhi dipilihnya hal-hal yang akan diamat, sedangkan ketrampilan mengamati mempengaruhi ketepatan pemrosesan.<br /><br />2) Retensi<br />Retensi berkaitan dengan pengkodean tingkah laku menjadi kode fisual atau kode verbal dan penyimpanannya di dalam ingatan. pentingnya proses ini adalah bahwa orang yangbelajar tidak dapat memperoleh manfaat dari tingkahlaku-tingkah laku yang diamatinya terkecuali kalau tingkah laku itu dikode dan disimpan di dalam ingatan untuk kelak digunakan pada waktu yang lain.<br />Satu proses retansi yang penting ialahlatiahn atau praktak yang diulang ?ulang.proses retansi juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.<br />3). Reproduksi Motorik<br />Setelah memperoleh kode simbolik,dilakukannya tingkah laku - tingkah laku yang diperoleh itu bergantung pada reproduksi motorik dan motivasi seseorang. reproduksi motorik ialah memilih dan menyusun respons-respons pada taraf kognitif, diikuti dengan tindak perbuatan.<br /><br />4) Motivasi<br />Belajar melalui pengamatan menjadi efektif apabila pelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Observasi mungkin memudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, maka tidak akan terjadi proses belajar. Selain itu juga, harus ada penguatan dalam motivasi, misalnya motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak juga cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya, alih-alih model yang standarnya di luar jangkauannya. Anak yang sangat dependen cenderung mengimitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka, gadis lebih mengimitasi ibunya.<br /><br />Namun, penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi saja. Tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni ?sense of self Efficacy? dan ?self ? regulatory system?. <br /> Efikasi Diri (Self Effication)?<br />Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.<br />1. Efikasi Diri atau efikasi ekspektasi (self effication ? efficacy expectation)<br />Efikasi diri adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.<br />2. Ekspektasi Hasil (outcome expectations)<br />Perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu. Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dicapai, sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Orang dapat memiliki ekspektasi hasil yang realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan), atau sebaliknya ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dapat dicapai). <br /><br /> Sumber Efikasi Diri?<br />Perubahan tingkah laku dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience), persuasi sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi (emotional / psycholoical states).<br /><br />a. Pengalaman Performansi<br />Adalah prestasi yang pernah dicapai pada massa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus akan meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya:<br />1) Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.<br />2) Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain.<br />3) Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin.<br />4) Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.<br />5) Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.<br />6) Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.<br /><br />b. Pengalaman Vikarius<br />Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.<br /><br /><br />c. Persuasi Sosial<br />Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalaui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang kain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan. <br /><br />d. Keadaan Emosi<br />Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan dapat meningktakan efikasi diri).<br /><br /> Efikasi Diri Sebagai Prediktor Tingkah Laku?<br />Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi pennetu tingkah laku mendatang yang penting, revikasi diri bersifat pragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung pada:<br />a. Kemampuan yang dirtuntut oleh situasi yang berbeda itu<br />b. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu.<br />c. Keadaan fisiologis dan emosional; kelelahan, kecemasan, apatis, murung.<br />Efikasi yang Tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku.<br /><br />Kombinasi Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor Tingkah Laku<br />Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku<br />Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya.<br />Rendah Tidak responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit.<br />Tinggi Tidak responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan.<br />Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu.<br /><br /> Efikasi Kolektif?<br />Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu, disebut efikasi kolektif. Ini buka jiwa kelompok tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Misalnya, dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi diri yang tinggi untuk berhenti merokok atau melakukan diet, tetapi mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah dalam hal mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat kerja dan penyakit infeksi. Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia. Efikasi kolektif timbul berkaitan dengan masalah-masalah perusakan hutan, kebijakan perdagangan internasional, perusakan ozon, kemajuan teknologi, hukum dan kejahatn, birorasi, perang, kelaparan, bencana alam, dan sebagainya.<br /><br /><br />D. Aplikasi Teori Belajar Sosial<br />Beberapa waktu ini kita, sering dihebohkan dengan berita kekerasan pada remaja. Baik dalam organisasi formal, maupun non formal. Misalnya dalam ospek,kemahasiswaan, ataupun dalam geng-geng putri sering terjadi kekerasan/agresi. Kekerasan/agresi pada remaja ini merupakan hasil aplikasi dari teori belajar social dimana jika pelaku kekerasan sebelumnya pernah mengalami tindakan kekerasan yang serupa maka akan ada kemungkinan akan melakukan hal yang sama pula pada orang lain, termasuk orang-orang terdekatnya misalnya dalam hal ini adik angkatnya atau teman segeng-nya.<br />Menurut analisis teori Bandura proses pembelajaran tentang perilaku kekerasan akan semakin dikuatkan apabila kita sadar dan memahami keuntungan-keuntungan yang didapat dari perilaku kekerasan tersebut. Selain itu, agresi/kekerasan diperoleh melalui pengamatan, pangalaman langsung dengan reinforcement positif dan negatif, latihan atau perintah, dan keyakinan yang ganjil. Agresi/kekerasan yang ekstrim menjadi disfungsi atau salahsuai psikologis. Dari penelitian yang dilakukan Bandura, observasi terhadap perilaku kekerasan/agresi akan menghasilkan respon peniruan yang berlebih. Pengamat akan bertingkah laku lebih agresif dibanding modelnya.<br />Psikoanalisis-Sigmund Freud/blog/post/96/psikoanalisis-sigmund-freud.htmlTue, 07 Jun 2011 00:32:05 +0700/blog/post/96/psikoanalisis-sigmund-freud.html <br />A. BIOGRAFI<br />Freud berkebangsaan Austria, lahir 6 Mei 1856 di Pribor, (ketika itu) Austria, lalu bersama keluarganya pindah ke Wina dan terus tinggal di kota itu. Ia berasal dari keluarga miskin, ayahnya adalah pedagang bahan wol yang tidak terlalu sukses. Sejak kecil Freud sudah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia belajar kedokteran dan memilih spesialisasi di bidang neurologis. Dalam prakteknya sebagai ahli syaraf inilah Freud banyak mengembangkan ide dan teorinya mengenai teknik terapi psikoanalisa.<br />Ada dua orang yang berpengaruh besar bagi pemikiran Freud, yaitu Breuer, seorang psikiater terkenal di Wina dan Charcot, dokter syaraf terkenal di Perancis. Bersama-sama dengan Breuer, Freud menangani pasien-pasien dengan gangguan histeria yang menjadi bahan bagi tulisannya, Studies in Histeria. Dari Charcot ia banyak belajar mengenai teknik hipnosis dalam menangani pasien histeria karena Charcot mengembangkan teknik hipnose. Kemudian Freud meninggalkan hipnotis setelah ia berhasil menggunakan metode baru untuk menyembuhkan penderita tekanan Psikologis yaitu asosiasi bebas dan analisis mimpi. Dasar terciptanya metode tersebut adalah dari konsep alam bawah sadar, asosiasi bebas adalah metode yang digunakan untuk mengungkap masalah-masalah yang ditekan oleh diri seseorang namun terus mendorong keluar secara tidak disadari hingga menimbulkan permasalahan. Sedangkan Analisis Mimpi, digunakan oleh Freud dari pemahamannya bahwa mimpi merupakan pesan alam bawah sadar yang abstrak terhadap alam sadar, pesan-pesan ini berisi keinginan, ketakutan dan berbagai macam aktivitas emosi lain, hingga aktivitas emosi yang sama sekali tidak disadari. Sehingga metode Analisis Mimpi dapat digunakan untuk mengungkap pesan bawah sadar atau permasalahan terpendam, baik berupa hasrat, ketakutan, kekhawatiran, kemarahan yang tidak disadari karena ditekan oleh seseorang. Ketika hal masalah-masalah alam bawah sadar ini telah berhasil di-ungkap, maka untuk penyelesaian selanjutnya akan lebih mudah untuk diselesaikan.<br />Hal-hal ini dilakukan untuk mengembangkan sesuatu yang kini dikenal sebagai &quot;obat dengan berbicara&quot;. Hal-hal ini menjadi unsur inti psikoanalisis. Freud terutama tertarik pada kondisi yang dulu disebut histeria dan sekarang disebut sindrom konversi.<br />Pada tahun 1909, Freud diundang oleh G. Stanley Hall untuk berpidato di Clark Uni, salah satu uni besar di AS, dan dengan demikian Freud juga sudah diakui di AS. Pada tahun 1910 International Psychoanalysis Association terbentuk dan Jung menjadi ketua pertamanya. Para kolega Freud memprotes hal ini dan membela Freud untuk menjadi ketuanya. Hubungan Jung dan Freud akhirnya terganggu.<br />Freud meninggalkan Austria pada saat Hitler semakin berkuasa dan posisinya sebagai intelektual Yahudi memberinya berbagai kesulitan. Melalui usaha Ernest Jones, seorang Inggris dan dubes Inggris di Austria, pada tahun 1938 Freud keluar dari Austria dan berimigrasi ke Inggris hingga akhir hayatnya, meninggal di London, Inggris, Britania Raya, 23 September 1939 pada umur 83 tahun).<br /><br />B. Pemikiran dan teori<br /><br />? Freud membagi mind ke dalam consciousness (sadar), preconsciousness (prasadar) dan unconsciousness (tidak sadar). Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia (analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.<br />? Freud mengembangkan konsep struktur mind di atas dengan mengembangkan ?mind apparatus?, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting, yaitu id, ego dan super ego.<br /><br />? Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.<br /><br />? Ego berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.<br /><br />? Superego merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.<br />Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensif /pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang jenisnya bisa bermacam-macam, misalnya: repression. <br />Kepribadian/blog/post/95/kepribadian.htmlTue, 07 Jun 2011 00:29:18 +0700/blog/post/95/kepribadian.htmlA. Pengertian Kepribadian<br />1. Tinjauan secara Etimologis Istilah kepribadian dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan<br />personality. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona, yang berarti topeng dan personare, yang artinya menembus. Istilah topeng<br />berkenaan dengan salah satu atribut yang dipakai oleh para pemain sandiwara pada jaman Yunani kuno. Dengan topeng yang dikenakan dan diperkuat dengan gerak-gerik dan apa yang diucapkan, karakter dari tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar, dalam arti dapat dipahami oleh para penonton. Dari sejarah pengertian kata personality tersebut, kata persona yang semua berarti topeng, kemudian diartikan sebagai pemaiannya sendiri, yang memainkan peranan seperti digambarkan dalam topeng tersebut. Dan sekarang ini istilah personality oleh para ahli dipakai untuk menunjukkan suatu atribut tentang individu, atau untuk menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana tingkah laku manusia.<br />2. Definisi-definisi Kepribadian<br />Banyak ahli yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan paradigma yang merekla yakini dan focus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Dengan demikian akan dijumpai banyak variasi definisi sebanyak ahli yang merumuskannya. Berikut ini dikemukakan beberapa<br />ahli yang definisinya dapat dipakai acuan dalam mempelajari kepribadian.<br /><br />a. GORDON W. W ALLPORT<br />Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai ?What a man really is.? Tetapi definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak memadai lalu dia merevisi definisi tersebut (Soemadi Suryabrata, 2005: 240) Definisi yang kemudian dirumuskan oleh Allport adalah:<br />?Personality is the dynamic organization within the individual of those psychophysical systems that determine his unique adjustments to his environment? (Singgih Dirgagunarso, 1998 :11)<br />Pendapat Allport di atas bila diterjemahkan menjadi : Kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan<br /><br />b. KRECH dan CRUTCHFIELD<br />David Krech DAN Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya yang berjudul Elelemnts of Psychology merumuskan definsi kepribadian sebagai berikut : ?Personality is the integration of all of an individual?s characteristics into a unique organization that determines, and is modified by, his attemps at adaption to his continually changing environment.?<br />(Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu ke dalam suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah terus-menerus)<br /><br />c. ADOLF HEUKEN, S.J. dkk.<br />Adolf Heuken S.J. dkk. dalam bukunya yang berjudul Tantangan Membina Kepribadian (1989 : 10), menyatakan sebagai berikut.<br />?Kepribadian adalah pola menyeluruh semua kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani, mental, rohani, emosional maupun yang sosial. Semuanya ini<br />telah ditatanya dalam caranya yang khas di bawah beraneka pengaruh dari luar. Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi manusia sebagaimana<br />dikehendakinya?.<br />Berdasarkan definisi dari Allport, Kretch dan Crutchfield, serta Heuken dapat disimpulkan pokok-pokok pengertian kepribadian sebagai berikut:<br />? Kepribadian merupakan kesatuan yang kompleks, yang terdiri dari aspek psikis, seperti : inteligensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. <br />serta aspek fisik, seperti : bentuk tubuh, kesehatan jasmani, dst.<br />? Kesatuan dari kedua aspek tersebut berinteraksi dengan<br />lingkungannya yang mengalami perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang khas atau unik.<br />Psikologi Kepribadian<br />? Kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan, tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-pola yang bersifat tetap.<br />? Kepribadian terwujud berkenaan dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu.<br /><br />B. Konsep-konsep yang berhubungan dengan Kepribadian<br />Ada beberapa konsep yang berhubungan erat dengan kepribadian bahkan kadang-kadang disamakan dengan kepribadian. Konsep-konsep yang berhubungan dengan kepribadian adalah (Alwisol, 2005 : 8-9) :<br />1. Character (karakter), yaitu penggambaran tingkah laku dengan menonjolkan nilai (banar-salah, baik-buruk) baik secara eksplisit<br />maupun implisit.<br />2. Temperament (temperamen), yaitu kepribadian yang berkaitan erat dengan determinan biologis atau fisiologis.<br />3. Traits (sifat-sifat), yaitu respon yang senada atau sama terhadap sekolopok stimuli yang mirip, berlangsung dalam kurun waktu (relatif) lama.<br />4. Type attribute (ciri), mirip dengan sifat, namun dalam kelompok stimuli yang lebih terbatas.<br />5. Habit (kebiasaan), merupakan respon yang sama dan cenderung berulang untuk stimulus yang sama pula.<br />Konsep-konsep di atas sebenarnya merupakan aspek-aspek atau komponen-komponen kepribadian karena pembicaraan mengenai kepribadian senantiasa mencakup apa saja yang ada di dalamnya, seperti karakter, sifat-sifat, dst. Interaksi antara berbagai aspek tersebut kemudian<br />terwujud sebagai kepribadian.<br /><br />C. Dimensi-dimensi Teori Kepribadian<br />Setiap teori kepribadian diharapkan mampu memberikan jawab atas pertanyaan sekitar apa, mengapa, dan bagaimana tentang perilaku manusia. Untuk itu setiap teori kepribadian yang lengkap, menurut Pervin (Supratiknya, 1995 : 5-6), biasanya memiliki dimensi-dimensi sebagai berikut :<br />1. Pembahasan tentang struktur, yaitu aspek-aspek kepribadian yang bersifat relatif stabil dan menetap, serta yang merupakan unsur-unsur pembentuk sosok kepribadian.<br />2. Pembahasan tentang proses, yaitu konsep-konsep tentang motivasi untuk menjelaskan dinamika tingkah laku atau kepribadian.<br />3. Pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan, yaitu aneka perubahan pada struktur sejak masa bayi sampai mencapai kemasakan, perubahan-perubahan pada proses yang menyertainya, serta berbagai faktor yang menentukannya.<br />4. Pembahasan tentang psikopatologi, yaitu hakikat gangguan kepribadian atau tingkah laku beserta asal-usul atau proses perkembangannya.<br />5. Pembahasan tentang perubahan tingkah laku, yaitu konsepsi tentang bagaimana tingkah laku bisa dimodifikasi atau diubah.<br />D. Anggapan-anggapan Dasar tentang Manusia<br />Setiap orang, termasuk teoris kepribadian, memiliki anggapan-anggapan dasar (basic assumtions) tertentu tentang manusia yang oleh George Boeree disebut asumsi-asumsi filosofis (Boeree, 2005 : 23). Anggapan-anggapan dasar yang diperoleh melalui hubungan pribadi atau pengalaman-pengalaman sosial ini secara nyata akan mempengaruhi persepsi dan<br />tindakan manusia terhadap sesamanya. Dalam konteks para teoris kepribadian, anggapan-anggapan dasar ini mempengaruhi konstruksi dan isi teori kepribadian yang disusunnya.<br />Anggapan-anggapan dasar tentang manusia yang mempengaruhi atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah sebagai berikut:<br />1. Kebebasan ? ketidak bebebasan<br />2. Rasionalitas ? irasionalitas<br />3. Holisme ? elementalisme<br />4. Konstitusionalisme ? environmentalisme<br />5. Berubah ? tidak berubah<br />6. Subjektivitas ? objektivitas<br />7. Proaktif ? reaktif<br />8. Homeostatis ? heterostatis<br />9. Dapat diketahui ? tidak dapat diketahui<br /><br />E. Klasifikasi Teori-teori Kepribadian<br />Dewasa ini telah banyak teori-teori kepribadian untuk memudahkan mempelajari para ahli telah mengklasifikasikan teori-teori tersebut ke dalam beberapa kelompok dengan menggunakan acuan tertentu yaitu paradigm yang dipakai untuk mengembangkannya. Boeree (2005 : 29) menyatakan bahwa ada 3 orientasi atau kekuatan besar dalam teori kepribadian, yaitu :<br />1. Psikoanalisis beserta aliran-aliran yang dikembangkan atas paradigm yang sama atau hampir sama, yang dipandang sebagai kekuatan pertama.<br />2. Behavioristik yang dipandang sebagai kekuatan kedua.<br />3. Humanistik, yang dinyatakan sebagai kekuatan ketiga<br />Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.<br />Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Banyak pakar yang kemudia ikut memakai paradigma psikoanalisis untuk mengembangkan teori kepribadiannya, seperti : Carl Gustav Jung, AlfredAdler, serta tokoh-tokoh lain seperti Anna Freud, Karen Horney, Eric<br />Fromm, dan Harry Stack Sullivan. Teori psikodinamika berkembang cepat<br />dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4). Ada beberapa teori kepribadian yang termasuk teori psikodinamika, yaitu :<br />psikoanalisis, psikologi individual, psikologi analitis, dan neo freudianisme. Berikut ini dikemukakan pokok-pokok dari teori psikoanalisis, psikologi individual, dan psikologi analitis.<br /><br />F. Teori Psikoanalisis<br />Teori psikodinamika atau tradisi klinis berangkat dari dua asumsi dasar. Pertama, manusia adalah bagian dari dunia binatang. Kedua, manusia adalah bagian dari sistem enerji. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma psikodinamika adalah mengenali semua sumber<br />terjadinya perilaku, baik itu berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari.<br />Teori psikodinamika ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.<br /><br />1. Struktur Kepribadian<br />Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut. Baru pada tahun 1923 <br />Freud mengenalkan bahwa kepribadian merupakan suatu sistem yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich (dalam bahasa Inggris dinyatakan dengan the Id, the Ego, dan the Super Ego), yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. <br />2. Tahap-tahap perkembangan kepribadian<br />Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui<br />6 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan. Ke enam fase perkembangan kepribadian adalah<br />sebagai berikut (Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).<br />a) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.<br />b) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3 tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.<br />c) Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6 tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.<br />d) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai pubertas Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.<br />e) Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan pada organ reproduksi.<br /><br />G. Teori Behavioristik<br />Behaviorisme merupakan sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh J.B. Watson.<br />Sama halnya dengan psikoanalisis, behaviorisme juga merupakan aliran yang revolusioner, <br />kuat dan berpengaruh serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Paradigma yang dipakai untuk membangun teori behavioristik adalah bahwa tingkah laku manusia itu fungsi stimulus, artinya determinan tingkah laku tidak berada di dalam diri manusia tetapi bearada di lingkungan (Alwisol, 2005 : 7). <br />1. Asumsi yang Dipakai Skinner<br />Skinner menjelaskan perilaku manusia dengan tiga asumsi dasar, di mana asumsi pertama dan kedua pada padasarnya menjadi asumsi psikologi pada umumnya, bahkan juga merupakan asumsi semua pendekatan ilmiah (Alwisol, 2005 : 400). Ketiga asumsi tersebut adalah :<br />a.. Tingkah laku itu mengikuti hukum tertentu (behavior is lawful).<br />Ilmu adalah usaha untuk menbemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.<br />b. Tingkah laku dapat diramalkan (behavior can be predicted).<br />Ilmu bukan hanya menjelaskan tetapi juga meramalkan. Bukan hanya menangani peristiwa masa lalu tetapi juga masa yang akan datang. Teori yang berdaya guna adalah yang memungkinkan dilakukannya prediksi mengenai tingkah laku yang akan dating dan menguji prediksi itu.<br />c. Tingkah laku dapat decontrol (behavior can be controlled).<br />Ilmu dapat melakukan antisipasi dan menentukan / membentuk tingkah laku seseorang <br />Menurut Skinner ada dua klasifikasi tingkah laku yaitu :<br />1) Tingkah laku responden (respondent behavior), adalah respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab stimulus yang secara spesifik berhubungan dengan respon itu.<br />2) Tingkah laku operan (operant behavior), adalah respon yang dimunculkan (emittes) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon itu. Bagi Skinner, faktor motivasional dalam tingkah laku bukan elemen.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Alwisol. (2005) Psikologi Kepribadian. Malang : Penerbit Universitas Muhammadyah Malang.<br />Boeree, CG. (1997) .Personality Theories :Melacak Kepribadian Anda<br />Bersama Psikolog Dunia. (Alih bahasa : Inyiak Ridwan Muzir). Yogyakarta:<br />Primasophie.<br />Dirgagunarsa, Singgih. (1978) Pengantar Psikologi. Jakarta : BPK Gunung<br />Mulia.<br />Farozin, H. M. Dan Fathiyah, Kartika Nur. (2004) Pemahaman Tingkah Laku.<br />Jakarta : Rineka Cipta.<br />Heuken, Adolf S.J. (1979) Tantangan Membina Kepribadian : Pedoman Mengenal Diri. Kanisius : Yogyakarta.<br />Koeswara, E. (2001) Teori-teori Kepribadian. Bandung Eresco.<br />Kretch, David dan Crutchfield, Ricahrd S. (1969) Elements of Psychology. New<br />York : Alfred A. Knopf.<br />Nana Syaodih. (2003) Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT<br />REmaja Rosdakarya.<br />Sagimun Mulus Dumadi. (1982) Pembentukan dan Pendidikan Watak. Jakarta<br />: Pradnya Paramita.<br />Sumadi Suryabrata. (2005) Psikologi Kepribadian. Jakarta : CV Rajawali.<br />Supratiknya, A. (editor) (1993) Teori-teori Holistik : Organismik ? Fenomenologis.<br />Yogyakarta : Kanisius.<br />Metode Filsafat/blog/post/94/metode-filsafat.htmlTue, 07 Jun 2011 00:26:23 +0700/blog/post/94/metode-filsafat.htmlMETODE FILSAFAT<br />Metode dan Objek Filsafat. Dalam filsafat, metode dan objek formal filsafat tidak terpisahkan. Masing-masing aliran filsafat menentukan objek formalnya. Dengan demikian, aliran filsafat menentukan metode dan logikanya sendiri. Setiap aliran filsafat mempunyai kemandirian dalam bidang ilmiahnya. Kemandirian itu menyebabkan bahwa filsafat menjelaskan, mempertanggungjawabkan dan membela metode yang dipakainya.<br />Filsafat mengajukan claims of discovery of the correct method[ii]. Tapi di pihak lain sering kali ada perbedaan mendasar antara apa yang benar-benar dikerjakan seorang filsuf, dan tuntutan metodologisnya.<br />Pemakaian metode ilmiah umum. Meskipun filsafat mempunyai metodenya sendiri, dengan sendirinya filsafat memakai unsur-unsur metode umum. Setiap paham filsafat menerapkan unsur metodologi umum ini menurut caranya sendiri. Ada beberapa tekanan yang nampak dalam paham filsafat. Segi subjektif: rasionalisme, pragmatisme, fenomenologi, positivisme, empirisme. Segi objektif: realisme, idealisme, materialisme, monisme dan lainnya.<br />Metode-metode Filsafat. Dalam sejarah filsafat, banyak metode yang telah dikembangkan. Beberapa metode filsafat yang sempat tercatat dalam sejarah filsafat adalah sebagai berikut.<br />METODE REDUCTIO AD ABSURDUM<br />Metode ini dikembangkan oleh Zeno, salah seorang murid Parmenides. Zeno sering disebut sebagai Bapak Metafisika Barat yang pertama. Metode ini adalah metode yang ingin meraih kebenaran, dengan membuktikan kesalahan premis-premis lawan, yang caranya dengan mereduksi premis lawan menjadi kontradiksi sehingga kesimpulannya menjadi mustahil. Inilah reductio ad absurdum.<br />Zeno mengikuti argumentasi Parmenides tentang monisme realitas. Argumentasi Zeno ini dipakai untuk mempertahankan serangan dari ide pluralisme. Zeno mengatakan seandainya ada banyak titik yang terdapat di antara titik A dan B, berarti kita harus mengakui adanya titik-titik yang tak terbatas di antara A dan B. Jika titiknya tak terbatas, jarak tak terbatas antara A dan B tidak mungkin tercapai. Tapi jika ada orang yang bisa berjalan dari A ke B, itu berarti jarak A dan B dapat dilintasi. Jika A ke B bisa dilintasi berarti jarak A dan B terbatas. Jadi jika kita menarik hipotesis mula yang mengatakan bahwa ada banyak titik yang terdapat di antara titik A dan titik B adalah salah. Maka, pluralitas adalah absurd, mustahil dan tidak masuk akal.<br />Parmenides pernah mengatakan bahwa tidak ada ruang kosong, yang berarti bahwa yang ada tidak berada dalamada yang lain karena yang ada pasti mengisi seluruh tempat. Zeno melengkapi argumentasi itu dengan pernyataan: jika ada ruang kosong, ruang kosong itu berada dalam ruang kosong yang lain dan ruang kosong yang lain itu berada dalam ruang kosong yang lain pula dan seterusnya sampai tak terbatas. Itu artinya akan ada senantiasa ruang dalam ruang. Oleh karena itu, jika dikatakan bahwa yang ada berada dalam ada yang lain, jelas bahwa pernyataan itu tidak benar. Yang benar adalahyang ada tidak berada dalam ada yang lain. Tegasnya, ruang kosong itu tidak mungkin berada dalam ruang kosong yang lain karena yang ada itu senantiasa mengisi seluruh tempat sehingga hipotesis yang mengatakan bahwa ruang kosong itu ada adalah suatu yang mustahil.<br />Zeno menambahkan jika ruang kosong itu tidak ada, berarti gerak tidak ada. Ini karena jika dikatakan bahwa gerak itu ada, berarti bahwa ruang kosong harus ada karena gerak dimungkinkan jika ada ruang kosong. Zeno membuktikan hal itu dengan empat contoh terkemuka: dikotomi paradoks, Akhiles - si pelari, Anak panah dan Benda yang bergerak bertentangan[iii].<br />Metode Zeno ini memberikan nilai abadi bagi filsafat karena tidak ada pernyataan yang melahirkan pertentangan yang dianggap benar. Hukum tidak ada pertentangan ini merupakan prinsip fundamental dalam logika. Metode Zeno ini berguna dalam orasi dan perdebatan yang rasional dan logis. Zeno adalah orang pertama yang juga menggunakan metode dialektik, dalam arti bahwa orang mencari kebenaran lewat perdebatan dan bersoal secara sistematis.<br />METODE MAIEUTIK DIALEKTIS KRITIS INDUKTIF<br />Metode Maieutik dikembangkan oleh Sokrates. Dalam sejarah filsafat Yunani, Sokrates adalah salah satu filsuf yang terkemuka. Hanya sayang, dia tidak pernah meninggalkan bukti otentik yang bisa dianggap sebagai karya asli Sokrates. Karya Sokrates didapatkan dari beberapa karya Plato dan Aristoteles. Tapi pemikiran Sokrates yang berhasil direkam hanya bisa dilihat dari karya Plato, terutama dalam dialog-dialog yang pertama, yang sering disebut dengan dialog Sokratik[iv].<br />Pemikiran Sokrates berpusat pada manusia. Refleksi filosofis Sokrates berangkat dari kehidupan sehari-hari. Jadi, menurut Sokrates melihat bahwa kehidupan sehari-hari sebagai kebenaran objektif. Sokrates dalam filsafatnya menolak subjektivisme dan relativisme aliran sofisme. Kebenaran objektif yang dicapai bukan sekedar didapatkan dari pengetahuan teoritis tapi justru dari kebajikan manusia. Filsafat Sokrates adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan harus nampak dan mengantar manusia kepada kebahagiaan sejati. Jadi, pengetahuan dan kebenaran objektif selalu menghasilkan tindakan yang benar secara objektif pula. Dan, disitulah kebahagiaan sejati dapat diraih.<br />Untuk mencapai objektivitas maka diperlukan metode yang sesuai. Sokrates percaya bahwa pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa setiap orang sejak masa praeksistensinya. Oleh sebab itu, filsafat Sokrates tidsak mengajarkan kebenaran tapi hanya menolong orang mencapai kebenaran. Filsafat menolong manusia melahirkan kebenaran seperti layaknya ibu melahirkan bayinya. Maka, tugas filsafat adalah tugas untuk menjadi bidan yang menolong manusia melahirkan kebenaran. Metode itu disebut dengan metode teknik kebidanan (maieutika tekhne).<br />Metode kebidanan ini diperoleh dengan percakapan (konversasi). Sokrates selalu berfilsafat justru dalam percakapan. Lewat percakapan, Sokrates melihat ada kebenaran-kebenaran individual yang bersifat universal. Sampai taraf tertentu, percakapan ini akan menghasilkan persepsi induktif yang nantinya akan dikembangkan oleh filsuf yang lain.<br />Dalam dialog, Sokrates melibatkan diri secara aktif dalam memanfaatkan argumentasi rasional dengan analisis yang jelas atas klasifikasi, keyakinan dan opini yang melahirkan kebenaran. Percakapan kritis ala Sokrates bisa membimbing manusia untuk bisa memilah dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya.<br />Metode percakapan kritis yang dilakukan Sokrates juga disebut dengan metode dialektis. Sementara yang lain, beranggapan bahwa metode dialektis bisa disebut dengan metode interogasi.<br />METODE DEDUKTIF SPEKULATIF TRANSENDENTAL<br />Metode ini dikembangkan oleh Plato, murid dari Sokrates. Plato meletakkan titik refleksi pemikiran filosofisnya pada bidang yang luas, yaitu ilmu pengetahuan. Dari sekian banyak cabang ilmu pengetahuan, Plato menitikberatkan perhatiannya pada ilmu eksakta. Dari titik refleksi filosofis ini lahirlah penalaran deduktif yang terlihat jelas melalui argumentasi-argumentasi deduktif yang sistematis[v].<br />Dasar seluruh filsafat Plato adalah ajaran ide. Ajaran ide Plato ini melihat bahwa idea adalah realitas yang sejati dibandingkan dengan dunia inderawi yang ditangkap oleh indera. Dunia idea adalah realitas yang tidak bisa dirasa, dilihat dan didengar. Idea adalah dunia objektif dan berada di luar pengalaman manusia. Pengetahuan adalah ingatan terhadap apa yang telah diketahui di dunia idea. Sistem pengetahuan Plato semacam ini bersifat transendental spekulatif.<br />METODE SILOGISME DEDUKTIF<br />Metode ini dikembangkan oleh Aristoteles. Aristoteles menyatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang benar, yaitu metodeinduktif dan deduktif[vi]. Induksi adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari hal yang khusus. Deduksi adalah cara menarik kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan tak diragukan lagi. Induksi berawal dari pengamatan dan pengetahuan inderawi. Sementara, deduksi terlepas dari pengamatan dan pengetahuan inderawi.<br />Aristoteles dalam filsafat Barat dikenal sebagai Bapak Logika Barat. Logika adalah salah satu karya filsafat besar yang dihasilkan oleh Aristoteles.<br />Sebenarnya, Logika tidak pernah digunakan oleh Aristoteles. Logika dimanfaatkan untuk meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi-proposisi yang benar, yang dipakainya istilah analitika. Adapun untuk meneliti argumentasi-argumentasi yang bertolak dari proposisi-proposisi yang diragukan kebenarannya, dipakainya istilah dialektika.<br />Inti logika adalah silogisme. Silogisme adalah alat dan mekanisme penalaran untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan premis-premis yang benar adalah bentuk formal penalaran deduktif. Deduksi, menurut Aristoteles, adalah metode terbaik untuk memperoleh kesimpulan untuk meraih pengetahuan dan kebenaran baru. Itulah metode silogisme deduktif.<br />Silogisme adalah bentuk formal deduksi. Silogisme mempunyai tiga proposisi. Proposisi pertama dan kedua disebut premis. Proposisi ketiga disebut kesimpulan yang ditarik dari proposisi pertama dan kedua. Tiap proposisi mempunyai dua term. Maka, setiap silogisme mempunyai enam term. Karena setiap term dalam satu silogisme biasa disebut dua kali, maka dalam setiap silogisme hanya mempunyai tiga term. Apabila proposisi yang ketiga disebut kesimpulan, maka dalam proposisi yangketiga terdapat dua term dari ketiga term yang disebut tadi. Yang menjadi subjek konklusi disebut term minor. Predikat kesimpulan disebut term mayor. Term yang terdapat pada dua proposisi disebut term tengah.<br />Pola dan sistematika penalaran silogisme-deduktif adalah penetapan kebenaran universal kemudian menjabarkannya pada hal yang lebih khusus.<br />METODE INTUITIF-KONTEMPLATIF MISTIS<br />Metode ini berkembang dengan ide Plotinos dengan ajaran Neo-Platonisme. Filsafat Plotinos adalah kulminasi dan sintesa definitif aneka ragam filsafat Yunani. Filsafat Plotinos mengambil ide dasar pemikiran Plato. Pemikiran Plato mengenai ide kebaikan sebagai ide yang tertinggi dalam dunia ide. Tetapi, tidak berarti pemikiran Plotinos tidak murni.<br />Ide kebaikan dalam ajaran Plotinos disebut sebagai to hen(yang esa/the one). Yang Esa meruapakan yang awal atau yang pertama, yang paling baik, yang paling tinggi dan yang kekal. Yang esa tidak dapat dikenali oleh manusia karena hal itu tidak dapat dibandingkan atau disamakan dengan apa pun juga. Yang Esa merupakan pusat daya dan pusat kekuatan. Seluruh realitas memancar keluar dari pusat itu. Proses pancaran dari To Hen disebut Emanasi.Meskipun melalui proses emanasi, eksistensi Yang Esa tidak berkurang atau berubah.<br />Pancaran pertama, menurut Plotinos, disebut nous. Nous disebut juga budi, roh, atau akal. Nous berada paling dekat dengan To Hen. Nous adalah gambaran atau bayangan To Hen. Setelah nous muncul apa yang disebut dengan psykhe atau jiwa. Psykhe terletak di perbatasan antara nous dan materi. Psykhe adalah penghubung antara roh dan materi. Jadi dapat dikatakan pula bahwa psykhe adalah penghubung dan penggabungan antara yang rohani dengan yang jasmani. Psykhe kemudian disusul oleh Me Onatau materi/zat sebagai aliran lingkaran ketiga. Me On hanya merupakan potensi atau suatu kemungkinan bagi perwujudan suatu keberadaan dalam suatu bentuk. Psykhe bertemu dengan materi menghasilkan tubuh, yang pada hakikatnya berlawanan dengan nous dan To Hen.<br />Perlawanan dalam tubuh ini menghasilkan penyimpangan. Ini berarti penyimpangan terhadap kebenaran. Untuk kembali kepada kebenaran maka manusia harus kembali kepada To Hen dan menyatu dengannya. Inilah yang menjadi tujuan manusia. Jika dalam proses emanasi, manusia meninggalkan terang dan kebenaran mutlak masuk ke dalam kegelapan mutlak. Maka untuk mencapai kebenaran dan terang mutlak, manusia harus menempuh jalan kontemplasi. Kontemplasi merupakan jalan pembersihan untuk bersatu dengan kebenaran mutlak. Manusia harus berani berpikir sebaliknya, yaitu tidak memikirkan hal inderawi. Hal inderawi menjadi penghalang dalam proses pemersatuan manusia dengan To Hen. Kontemplasi adalah proses pembersihan jiwa manusia yang merupakan kondisi bagi kesatuan mistis dengan To Hen.<br />Filsafat Plotinos tidak berhenti pada ajaran. Tapi ajaran Plotinos mengarah pada suatu cara hidup. Ini berarti bahwa ajaran Plotinos tidak berhenti pada masalah benar tidaknya ajaran yang disampaikan tapi lebih dari itu, ajaran Plotinos harus mengarah pada suatu sikap hidup yang tidak terikat pada hal duniawi. Itulah sebabnya ajaran Plotinos sering disebut ajaran yang kontemplatif-mistis.<br />METODE SKOLASTIK: SINTETIS-DEDUKTIF<br />Filsafat Skolastik menemukan puncak kejayaannya waktu Thomas Aquinas menjadi filsuf pokoknya. Filsafat skolastik dikembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Para filsuf skolastik tidak memisahkan filsafat dari teologi kristiani. Jadi dapat dikatakan bahwa filsafat integral dalam ajaran teologi.<br />Gaya filsafat abad pertengahan adalah sintesa ajaran filsafat sebelumnya. Sistem skolastik mengarah pada jalan tengah ekstrem-ekstrem ajaran filsafat waktu itu. Sintesa filsafat skolastik terdiri dari ajaran neoplatonis, ajaran Agustinus, Boetius, Ibn Sina, Ibn Rushd dan Maimonides. Selain ajaran-ajaran di atas, aliran filsafat pokok yang dianut oleh filsuf skolastik, terutama Thomas Aquinas adalah filsafat Aristotelian. Filsafat Aristoteles memberikan perspektif baru mengenai manusia dan kosmos. Thomas Aquinas mendasarkan filsafatnya pada filsafat Aristotelian terutama dalam ajaran potentia dan actus.<br />Prinsip metode skolastik adalah sintesis-deduktif. Prinsip ini menekankan segi yang sebenarnya terdapat pada semua filsafat dan ilmu. Prinsip deduktif adalah prinsip awal dari filsafat skolastik. Bertitik tolak dari prinsip sederhana yang sangat umum diturunkan hubungan-hubungan yang lebih kompleks dan khusus. Di dunia barat sudah lama dikenal prinsip logika Aristoteles. Prinsip logika ini diintegrasikan dengan prinsip ajaran neoplatonis dan agustinian. Prinsip aristotelian mengenai nova logicamendapatkan koreksi dan tambahan pada ajaran neoplatonis. Metode-metode itu diinterpretasikan dengan cara dan gaya lebih baru yang dikembangkan oleh Thomas Aquinas.<br />Thomas Aquinas pertama-tama mengolah filsafat Aristoteles. Thomas Aquinas mencoba mengkritisi ajaran aristotelian dengan prinsip ajaran tersebut. Thomas menambah problematika filsafat aristotelian. Demikian juga, Thomas memperlakukan filsafat Plato yang diwakili oleh pemikiran Agustinus[vii].<br />Pemikiran Thomas Aquinas selalu mengarah bahwa pemikiran filosofis ditetapkan oleh evidensi. Inilah sebabnya pemikiran Thomas tidak selalu bersifat kompilatif dan eklektisisme tapi mengarah pada otonomi pemikiran.<br />Thomas dalam epistemologinya menyebutkan bahwa semua pengertian manusia selalu melalui pencerapan. Ini berarti bahwa pada suatu saat pemikiran Thomas juga bersifat mengandalkan kenyataan inderawi. Landasan pemikiran Thomas selalu mengandaikan pengamatan inderawi yang bersifat pasti dan sederhana. Maka sering pula pemikiran Thomas bersifat reflektif-analitis. Pengamatan dan analisa fakta-fakta adalah dasar kuat bagi sintesa Thomas Aquinas.<br />METODE SKEPTISISME<br />Metode Skeptisisme ini dikembangkan oleh Rene Descartes. Dalam bidang matematika, Rene Descartes memadukan prinsip geometri dan aritmatika dengan menggunakan prinsip rumus aljabar yang kemudian dikenal dengan koordinat kartesian.<br />Awal filsafat Descartes adalah kebingungan. Filsafat begitu beragam dan dianggap Descartes sebagai ilmu yang simpang siur serta penuh dengan kontradiksi. Dalam kebingungannya, Descartes merasa harus berbuat lebih untuk penyempurnaan filsafat. Ia mencoba menyusun ilmu induk yang mengatasi seluruh ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah yang bersifat umum dan cocok digunakan dalam segala ilmu. Logika Aristoteles tidak bermanfaat karena lewat logika itu tidak tercapai pengetahuan yang baru. Descartes mencoba untuk melepaskan diri dari ajaran-ajaran tradisional agar ia bisa memperbaharui filsafat dan ilmu pengetahuan.<br />Descartes menulis dua buku monumental, yaitu Discourse on Method dan Meditations. Dalam dua buku itu, Descartes membentangkan prinsip-prinsip filsafatnya. Penjelasan Descartes dimulai dengan prinsip keraguan atau kesangsian kartesian. Sebuah pengetahuan baru adalah pengetahuan yang kebenarannya tidak dapat diragukan. Pengetahuan sejati dimulai dari kepastian. Titik tolak pengetahuan yang benar adalah titik pengetahuan yang tidak dapat diragukan atau disangsikan. Dasar pengetahuan adalah kepastian. Kepastian itu adalah kondisi tak bersyarat dan tidak tergantung dari hal yang dipelajari dan dialami karena segala sesuatu yang dipelajari dan dialami sewaktu-waktu dapat berubah. Perubahan menandakan ketidakpastian.<br />Kepastian hal yang benar-benar pasti dan ada dapat dicapai dengan meragukan dan menyangsikan segala sesuatu. Bila sesuatu itu bisa bertahan atas segala keraguan radikal maka sesuatu itu bisa disebut dengan kebenaran yang pasti. Inilah yang disebut dengan kebenaran filsafat yang pertama dan terutama.<br />Setelah meragukan segala sesuatu, Descartes menemukan ada satu hal yang tak dapat diragukan lagi, saya yang sedang menyangsikan semua hal, sedang berpikir, dan jika saya sedang berpikir itu berarti tidak dapat diragukan lagi bahwa saya pasti ada. Maka muncullah istilah Je Pense, donc Je Suis. Descartes berpendapat manusia harus menjadi titik berangkat pemikiran yang rasional. Untuk mencapai kebenaran, rasio harus berperan semaksimal mungkin.<br />Maka dapat dikatakan pemikiran Descartes sangat bersifat rasional. Analisa konseptual diidentifikasikan lebih dahulu elemen-elemen sederhana. Analisa identifikasi tersebut disintesakan dengan suatu pemahaman struktur realitas dengan memahami hubungan yang perlu di dalam elemen-elemen tersebut yang harus berdiri satu terhadap yang lainnya. Pemanfaatan metode ini menghasilkan desakan ketidakpastian hingga ke batas yang paling akhir dengan membuat keterangan atau fakta yang menopang keyakinan-keyakinan yang telah diterima selama itu menjadi sasaran kritik yang paling tidak kenal kompromi dan menangguhkan setiap pendapat kendati tidak masuk akal tapi sedikit banyak mengandung suatu yang rasional meragukan.<br />METODE KRITIS-TRANSENDENTAL<br />Metode kritis transendental dikembangkan oleh Immanuel Kant. Filsafat Kant adalah titik tolak periode baru bagi filsafat barat. Ia mensintesakan dan mengatasi aliran rasionalisme dan empirisme. Di satu pihak, ia mempertahankan objektivitas, universalitas dan kepercayaan akan pengertian, dan di lain pihak ia menerima bahwa pengertian bertolak dari fenomena dan tidak dapat melebihi batas-batasnya. Filsafat Kant menekankan pengertian dan penilaian manusia, bukan dalam aspek psikologis melainkan sebagai analisa kritis. Objektivitas menyesuaikan diri dengan pengertian manusia.<br />Metode Kant menerima pengertian tertentu yang objektif. Analisa kritis Kant dapat dibedakan dari analisa psikologis yang empirik, analisa logis yang memperlihatkan unsur-unsur isi pengertian satu sama lain, analisa ontologis yang meneliti realitas menurut adanya dan analisa kriteriologis yang hanya menyelidiki relasi formal antara kegiatan subjek sejauh ia mengartikan dan menilai hal tertentu, dan objek sejauh itu merupakan fenomena yang ditanggapi.<br />Metode Kant berpangkal dari keraguan atas kemungkinan dan kompetensi metafisika. Kant meletakkan pengertian dalam dua bagian besar, yaitu pengertian analitis yang selalu apriori, pengertian sintetis yang bersifat korelatif dan inspiratif. Metode Kant juga berpangkal pada pertanyaan metodis mengenai dasar objektivitas pengertian. Dasar rasional objektivitas pengertian memakai dasar analisa transendental. I. Kant menganalisa manakah syarat-syarat minimal yang dengan mutlak harus dipenuhi dalam subjek, supaya memungkinkan objektivitas itu[ix]. Analisa itu disebut deduksi metafisis[x].<br />METODE IDEALISME-DIALEKTIS<br />Metode dialektis dikembangkan oleh George Wilhelm Friedrich Hegel. Hegel melawan ajaran filsafat Descartes dan Spinoza. Jalan pikiran Hegel untuk memahami kenyataan adalah mengikuti gerakan pikiran dan konsep. Struktur dalam pikiran adalah sama dengan proses genetis dalam kenyataan. Antara metode dan sistem atau teori tidak dapat dipisahkan. Dan keduanya adalah kenyataan. Dinamika pemikiran Hegel ini disebut dialektis. Dialektika diungkapkan sebagai tiga langkah, yaitu tesis, anti tesis dan sintesis[xi]. Seluruh karya Hegel memperlihatkan gerakan tiga langkah tersebut.<br />Langkah metodis Hegel dimulai dengan penegasan. Titik tolak Hegel mengambil salah satu pengertian atau konsep yang dianggap jelas. Pengertian dan konsep yang jelas adalah pengertian empiris inderawi. Pengertian tersebut bersifat spontan dan non-reflektif, abstrak, umum, statis dan konseptual. Tapi dalam proses pemikiran, pengertian tersebut mulai kehilangan ketegasannya dan mulai bersifat cair. Maka Hegel mulai pada langkah berikutnya yang biasa disebut pengingkaran.<br />Langkah pengingkaran adalah usaha mengingkari langkah pertama. Langkah perlawanan itu mencari bentuk alternatif yang bisa ditambahkan dalam pengertian yang dicapai dalam langkah pertama. Maka terjadi proses dialektika pikiran. Konsep atau pengertian yang muncul dalam langkah kedua itu diperlakukan menurut cara yang sama seperti langkah pertama. Setelah menemukan perlawanan konseptual yang berhubungan dengan pengertian pertama maka pengertian dan konsep itu bergerak dinamis.<br />Dinamika dalam langkah kedua tidak membawa pikiran kembali pada titik pertama. Langkah pertama telah memuat langkah kedua secara implisit (dalam perlawanannya). Jadi dua pengertian konseptual mulai dipikirkan bersama-sama, dan dengan demikian dua konsep itu saling mengisi, memperkaya, memperbaharui. Kedua konsep itu menjadi satu konsep yang lebih padat. Itulah yang disebut langkah sintesis.<br />Menurut Hegel, perlawanan adalah motor dialektika. Perlawanan adalah jalan atau tahap mutlak yang harus dialami dulu untuk mencapai kebenaran.<br />METODE EKSISTENSIAL<br />Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menolak pemutlakan akal budi dan pemikiran konsep abstrak murni. Metode eksistensial berupaya untuk memahami manusia yang berada dalam dunia, yaitu manusia yang berada pada situasi yang khusus dan unik.<br />Metode eksistensial pertama diungkapkan oleh Kierkegaard. Pemikiran Kierkegaard merupakan reaksi yang terutama tertuju dan bereaksi pada rasionalisme idealis Hegel yang dianggapnya tidak berguna. Dalam filsafat, menurut pemikir eksistensialisme, yang paling penting adalah kebenaran subjektif. Tapi tentu saja tidak berarti setiap keyakinan subjektif adalah kebenaran. Kebenaran selalu bersifat personal dan tidak sekedar proposisional.<br />Menurut pemikiran eksistensial, kebenaran dicapai dengan partisipasi manusia dalam setiap realitas yang mau diselidiki. Kebenaran hanya dapat ditemukan dalam realitas yang konkret. Secara umum, metode eksistensial adalah kebalikan pemikiran filsafat tradisional. Pemikiran eksistensial selalu menempatkan subjektivitas di atas objektivitas dan nilai lebih perlu daripada fakta.<br />METODE FENOMENOLOGIS<br />Peletak dasar metode fenomenologis adalah Edmund Husserl. Salah satu pemikir fenomenologis terkenal adalah Martin Heidegger. Fenomenologi berinspirasi pada pembedaan yang dilakukan oleh Immanuel Kant antaranoumenal dan phenomenal serta pengembangan kritis teori idealisme Hegel.<br />Husserl mau menentukan metode filosofis ilmiah yang lepas dari prasangka metafisis. Metode itu harus menjamin filsafat sebagai suatu sistem pengetahuan yang terjalin oleh alasan-alasan sedemikian rupa sehingga setiap langkah berdasarkan langkah sebelumnya secara niscaya.<br />Pengembangan metode fenomenologis mengarah pada pemusatan perhatian kepada fenomena tanpa praduga. Ungkapan terkenal proses tersebut adalah zu den sachen selbst (terarah kepada benda itu sendiri). Dalam keterarahan ke benda itu, sesungguhnya realitas itu dibiarkan untuk mengungkapkan hakikat dirinya sendiri.<br />Hakikat fenomena yang sesungguhnya berada di balik yang menampakkan diri. Pengamatan pertama belum tentu sanggup membuat fenomena itu mengungkapkan hakikat dirinya. Karena itu, diperlukan pengamatan kedua yang disebut sebagai pengamatan intuitif. Pengamatan intuitif ini melalui tiga tahap reduksi, yaitu reduksi fenomenologis, eidetis dan transendental[xii].<br />METODE ANALITIKA-BAHASA<br />Filsafat analitik adalah aliran filsafat yang berasal dari kelompok filsuf yang menyebut diri mereka sebagaiLingkaran Wina. Filsafat analitik menolak metafisika karena mereka berpendapat bahwa metafisika tidak dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Salah satu tokoh filsuf analitik adalah Ludwig Wittgenstein.<br />Metode yang digunakan para filsuf analitik berbeda satu dengan yang lain. Tapi yang jelas ada dua aliran besar dalam metode analitika yang berkembang sampai sekarang. Kedua metode itu adalah metode verifikasi dan klarifikasi.<br />Metode verifikasi dikembangkan oleh gerakan positivisme logis. Salah satu tokoh verifikasi adalah A. Y. Ayer (1910-1970). Ayer mencoba untuk mengeliminasi metafisika berdasarkan prinsip verifikasi. Prinsip verifikasi Ayer menyatakan bahwa pernyataan benar-benar penuh apabila pernyataan itu dapat diverifikasikan secara sintetik oleh satu atau lebih dari panca indera manusia[xiii]. Ayer membagi verifikasi dalam dua dasar, yaitu verifikasi kuat dan verifikasi lemah.<br />Metode klarifikasi bersumber pada prinsip-prinsip analisa yang dikembangkan oleh Ludwig Wittgenstein. Wittgenstein yakin bahwa kekacauan dalam filsafat bisa diatasi dengan analisis bahasa. Wittgenstein berpendapat bahwa kalau ada pertanyaan yang diajukan maka harus ada jawaban yang tersedia. Tapi tidak semua pertanyaan mempunyai makna. Agar tidak terjebak dalam persoalan filosofis yang tak bermakna maka harus ada peraturan-peraturan yang mendasar dalam bahasa yang terungkap dalam &quot;permainan bahasa&quot;. Wittgenstein menyatakan bahwa manusia harus mendengar apa arti yang terkandung dalam suatu ungkapan bahasa. Maka manusia harus menganalisis bentuk hidup hingga dasar terdalam setiap permainan bahasa[xiv]. Makna ditentukan oleh kata yang digunakan dalam konteksnya. Lewat analisa bahasa, seseorang dapat membuat jelas arti bahasa sebagaimana yang dimaksudkan oleh yang menggunakan bahasa itu. Metode klarifikasi tidak memuat pengandaian filosofis, epistemologis atau metafisis. Analisis bahasa didasarkan semata-mata pada penelitian bahasa secara logis tanpa mendeduksikan sesuatu sehingga pada prinsipnya hanya membuat jelas apa yang dikatakan lewat suatu ungkapan bahasa.<br />Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan hadir kembali di tengah-tengah perkembangan IPTEK yang telah begitu plural. Adapun kepentingan yang begitu mendesak ini adalah meluruskan arah proses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya arah pemanfaatannya.<br />Filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu bidang studi mengenai ilmu pengetahuan. Hal ini, karena filsafat itu adalah ilmu pengetahuan yang selalu mencari hakekat, berarti filsafat ilmu pngetahuan berusaha mencari ?keseragaman? daripada ?keanekaragaman? ilmu pengetahuan.<br />Farmasi sebagai seni dan ilmu dalam penyediaan obat dari bahan alam, dan bahan sintetis yang sesuai untuk didistribusikan, dan digunakan dalam pengobatan dan pencegahan penyakit, hadir di tengah-tengah pluralitas ilmu pengetahuan. Kehadirannya sebagai disiplin ilmu pengetahuan yang teoritis sampai pada yang praktis teknologis diharapkan senantiasa mengalami pencerahan sesuai tujuan awal dari keberadaannya.<br />Melihat adanya fenomena yang di dalam proses perkembangannya, farmasi mengalami pergeseran nilai, sehingga diperlukan sebuah rekonstruksi dalam perspektif filsafat ilmu pengetahuan.<br /><br />contoh kasus pelanggaran psikologi pasal 10/blog/post/93/contoh-kasus-pelanggaran-psikologi-pasal-10.htmlTue, 07 Jun 2011 00:25:50 +0700/blog/post/93/contoh-kasus-pelanggaran-psikologi-pasal-10.htmlKASUS PENYIMPANGAN KODE ETIK PSIKOLOGI PASAL 10<br /><br />Pasal 10<br />INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN<br /><br />Interpretasi hasil pemeriksaan psikologik tentang klien atau pemakai jasa psikologi hanya boleh dilakukan oleh Psikolog berdasarkan kompetensi dan kewenangan.<br /><br /><br />Dalam Prakteknya, seorang psikolog melakukan tes seleksi (Psikotes) untuk calon karyawan di sebuah perusahaan, namun karena seorang peserta tes merupakan kerabat dekat sang psikolog, maka calon karyawan itu meminta pada sang psikolog untuk memberikan hasil yang maksimal pada Psikotes tersebut, karena Psikolog tersebut merasa tidak enak dengan kerabat dekatnya itu, akhirnya ia memberikan hasil sesuai dengan pesanan si kerabat tadi sehingga kerabat dekatnya itu dapat diterima pada perusahaan tersebut.<br /><br />Dari contoh kasus di atas telah terjadi penyimpangan data tes diagnostik, yaitu telah terjadi manipulasi data dengan cara merubah sebagian atau seluruhnya data hasil pengetesan, sehingga hasil akhir harus cocok dengan permintaan klien/ penerima jasa. <br /><br />Dengan kata lain bahwa pelaksanaan tes hanya formalitas belaka karena hasil akhir sudah dipesan/ dibuat sesuai kehendak/ kebutuhan klien. Sehingga melanggar pasal 10, karena seharusnya intepretasi ditentukan oleh psikolog yang kompeten dan berwenang bukan berdasar pesanan pihak tertentu.<br /><br />Dalam penanganan kasus pelanggaran Kode Etik Psikologi Indonesia, Majelis Psikologi merupakan badan yang memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan mengenai bentuk sanksi yang akan dijatuhkan terhadap kasus pelanggaran tersebut. Dalam kaitan ini Majelis Psikologi mengacu pada pedoman yang memuat ketentuan mengenai terapan ilmu dan profesi psikologi, bentuk pelanggaran yang dilakukan, dan bentuk sanksi yang bisa dijatuhkan terhadap anggota atau pihak yang melakukan pelanggaran.<br />Apabila dalam pelaksanaan tugasnya selaku Ilmuwan Psikologi dan atau Psikolog ternyata terjadi tindakan yang dianggap melanggar hukum, maka penyelesaian masalahnya diproses menurut hukum yang berlaku, sebagai ungkapan tanggung jawab dalam terapan psikologi.<br /><br /><br />Metode Filsafat/blog/post/92/metode-filsafat.htmlTue, 07 Jun 2011 00:24:47 +0700/blog/post/92/metode-filsafat.htmlMETODE FILSAFAT<br />Metode dan Objek Filsafat. Dalam filsafat, metode dan objek formal filsafat tidak terpisahkan. Masing-masing aliran filsafat menentukan objek formalnya. Dengan demikian, aliran filsafat menentukan metode dan logikanya sendiri. Setiap aliran filsafat mempunyai kemandirian dalam bidang ilmiahnya. Kemandirian itu menyebabkan bahwa filsafat menjelaskan, mempertanggungjawabkan dan membela metode yang dipakainya.<br />Filsafat mengajukan claims of discovery of the correct method[ii]. Tapi di pihak lain sering kali ada perbedaan mendasar antara apa yang benar-benar dikerjakan seorang filsuf, dan tuntutan metodologisnya.<br />Pemakaian metode ilmiah umum. Meskipun filsafat mempunyai metodenya sendiri, dengan sendirinya filsafat memakai unsur-unsur metode umum. Setiap paham filsafat menerapkan unsur metodologi umum ini menurut caranya sendiri. Ada beberapa tekanan yang nampak dalam paham filsafat. Segi subjektif: rasionalisme, pragmatisme, fenomenologi, positivisme, empirisme. Segi objektif: realisme, idealisme, materialisme, monisme dan lainnya.<br />Metode-metode Filsafat. Dalam sejarah filsafat, banyak metode yang telah dikembangkan. Beberapa metode filsafat yang sempat tercatat dalam sejarah filsafat adalah sebagai berikut.<br />METODE REDUCTIO AD ABSURDUM<br />Metode ini dikembangkan oleh Zeno, salah seorang murid Parmenides. Zeno sering disebut sebagai Bapak Metafisika Barat yang pertama. Metode ini adalah metode yang ingin meraih kebenaran, dengan membuktikan kesalahan premis-premis lawan, yang caranya dengan mereduksi premis lawan menjadi kontradiksi sehingga kesimpulannya menjadi mustahil. Inilah reductio ad absurdum.<br />Zeno mengikuti argumentasi Parmenides tentang monisme realitas. Argumentasi Zeno ini dipakai untuk mempertahankan serangan dari ide pluralisme. Zeno mengatakan seandainya ada banyak titik yang terdapat di antara titik A dan B, berarti kita harus mengakui adanya titik-titik yang tak terbatas di antara A dan B. Jika titiknya tak terbatas, jarak tak terbatas antara A dan B tidak mungkin tercapai. Tapi jika ada orang yang bisa berjalan dari A ke B, itu berarti jarak A dan B dapat dilintasi. Jika A ke B bisa dilintasi berarti jarak A dan B terbatas. Jadi jika kita menarik hipotesis mula yang mengatakan bahwa ada banyak titik yang terdapat di antara titik A dan titik B adalah salah. Maka, pluralitas adalah absurd, mustahil dan tidak masuk akal.<br />Parmenides pernah mengatakan bahwa tidak ada ruang kosong, yang berarti bahwa yang ada tidak berada dalamada yang lain karena yang ada pasti mengisi seluruh tempat. Zeno melengkapi argumentasi itu dengan pernyataan: jika ada ruang kosong, ruang kosong itu berada dalam ruang kosong yang lain dan ruang kosong yang lain itu berada dalam ruang kosong yang lain pula dan seterusnya sampai tak terbatas. Itu artinya akan ada senantiasa ruang dalam ruang. Oleh karena itu, jika dikatakan bahwa yang ada berada dalam ada yang lain, jelas bahwa pernyataan itu tidak benar. Yang benar adalahyang ada tidak berada dalam ada yang lain. Tegasnya, ruang kosong itu tidak mungkin berada dalam ruang kosong yang lain karena yang ada itu senantiasa mengisi seluruh tempat sehingga hipotesis yang mengatakan bahwa ruang kosong itu ada adalah suatu yang mustahil.<br />Zeno menambahkan jika ruang kosong itu tidak ada, berarti gerak tidak ada. Ini karena jika dikatakan bahwa gerak itu ada, berarti bahwa ruang kosong harus ada karena gerak dimungkinkan jika ada ruang kosong. Zeno membuktikan hal itu dengan empat contoh terkemuka: dikotomi paradoks, Akhiles - si pelari, Anak panah dan Benda yang bergerak bertentangan[iii].<br />Metode Zeno ini memberikan nilai abadi bagi filsafat karena tidak ada pernyataan yang melahirkan pertentangan yang dianggap benar. Hukum tidak ada pertentangan ini merupakan prinsip fundamental dalam logika. Metode Zeno ini berguna dalam orasi dan perdebatan yang rasional dan logis. Zeno adalah orang pertama yang juga menggunakan metode dialektik, dalam arti bahwa orang mencari kebenaran lewat perdebatan dan bersoal secara sistematis.<br />METODE MAIEUTIK DIALEKTIS KRITIS INDUKTIF<br />Metode Maieutik dikembangkan oleh Sokrates. Dalam sejarah filsafat Yunani, Sokrates adalah salah satu filsuf yang terkemuka. Hanya sayang, dia tidak pernah meninggalkan bukti otentik yang bisa dianggap sebagai karya asli Sokrates. Karya Sokrates didapatkan dari beberapa karya Plato dan Aristoteles. Tapi pemikiran Sokrates yang berhasil direkam hanya bisa dilihat dari karya Plato, terutama dalam dialog-dialog yang pertama, yang sering disebut dengan dialog Sokratik[iv].<br />Pemikiran Sokrates berpusat pada manusia. Refleksi filosofis Sokrates berangkat dari kehidupan sehari-hari. Jadi, menurut Sokrates melihat bahwa kehidupan sehari-hari sebagai kebenaran objektif. Sokrates dalam filsafatnya menolak subjektivisme dan relativisme aliran sofisme. Kebenaran objektif yang dicapai bukan sekedar didapatkan dari pengetahuan teoritis tapi justru dari kebajikan manusia. Filsafat Sokrates adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan harus nampak dan mengantar manusia kepada kebahagiaan sejati. Jadi, pengetahuan dan kebenaran objektif selalu menghasilkan tindakan yang benar secara objektif pula. Dan, disitulah kebahagiaan sejati dapat diraih.<br />Untuk mencapai objektivitas maka diperlukan metode yang sesuai. Sokrates percaya bahwa pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa setiap orang sejak masa praeksistensinya. Oleh sebab itu, filsafat Sokrates tidsak mengajarkan kebenaran tapi hanya menolong orang mencapai kebenaran. Filsafat menolong manusia melahirkan kebenaran seperti layaknya ibu melahirkan bayinya. Maka, tugas filsafat adalah tugas untuk menjadi bidan yang menolong manusia melahirkan kebenaran. Metode itu disebut dengan metode teknik kebidanan (maieutika tekhne).<br />Metode kebidanan ini diperoleh dengan percakapan (konversasi). Sokrates selalu berfilsafat justru dalam percakapan. Lewat percakapan, Sokrates melihat ada kebenaran-kebenaran individual yang bersifat universal. Sampai taraf tertentu, percakapan ini akan menghasilkan persepsi induktif yang nantinya akan dikembangkan oleh filsuf yang lain.<br />Dalam dialog, Sokrates melibatkan diri secara aktif dalam memanfaatkan argumentasi rasional dengan analisis yang jelas atas klasifikasi, keyakinan dan opini yang melahirkan kebenaran. Percakapan kritis ala Sokrates bisa membimbing manusia untuk bisa memilah dan menemukan kebenaran yang sesungguhnya.<br />Metode percakapan kritis yang dilakukan Sokrates juga disebut dengan metode dialektis. Sementara yang lain, beranggapan bahwa metode dialektis bisa disebut dengan metode interogasi.<br />METODE DEDUKTIF SPEKULATIF TRANSENDENTAL<br />Metode ini dikembangkan oleh Plato, murid dari Sokrates. Plato meletakkan titik refleksi pemikiran filosofisnya pada bidang yang luas, yaitu ilmu pengetahuan. Dari sekian banyak cabang ilmu pengetahuan, Plato menitikberatkan perhatiannya pada ilmu eksakta. Dari titik refleksi filosofis ini lahirlah penalaran deduktif yang terlihat jelas melalui argumentasi-argumentasi deduktif yang sistematis[v].<br />Dasar seluruh filsafat Plato adalah ajaran ide. Ajaran ide Plato ini melihat bahwa idea adalah realitas yang sejati dibandingkan dengan dunia inderawi yang ditangkap oleh indera. Dunia idea adalah realitas yang tidak bisa dirasa, dilihat dan didengar. Idea adalah dunia objektif dan berada di luar pengalaman manusia. Pengetahuan adalah ingatan terhadap apa yang telah diketahui di dunia idea. Sistem pengetahuan Plato semacam ini bersifat transendental spekulatif.<br />METODE SILOGISME DEDUKTIF<br />Metode ini dikembangkan oleh Aristoteles. Aristoteles menyatakan bahwa ada dua metode yang dapat digunakan untuk menarik kesimpulan yang benar, yaitu metodeinduktif dan deduktif[vi]. Induksi adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat umum dari hal yang khusus. Deduksi adalah cara menarik kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan tak diragukan lagi. Induksi berawal dari pengamatan dan pengetahuan inderawi. Sementara, deduksi terlepas dari pengamatan dan pengetahuan inderawi.<br />Aristoteles dalam filsafat Barat dikenal sebagai Bapak Logika Barat. Logika adalah salah satu karya filsafat besar yang dihasilkan oleh Aristoteles.<br />Sebenarnya, Logika tidak pernah digunakan oleh Aristoteles. Logika dimanfaatkan untuk meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi-proposisi yang benar, yang dipakainya istilah analitika. Adapun untuk meneliti argumentasi-argumentasi yang bertolak dari proposisi-proposisi yang diragukan kebenarannya, dipakainya istilah dialektika.<br />Inti logika adalah silogisme. Silogisme adalah alat dan mekanisme penalaran untuk menarik kesimpulan yang benar berdasarkan premis-premis yang benar adalah bentuk formal penalaran deduktif. Deduksi, menurut Aristoteles, adalah metode terbaik untuk memperoleh kesimpulan untuk meraih pengetahuan dan kebenaran baru. Itulah metode silogisme deduktif.<br />Silogisme adalah bentuk formal deduksi. Silogisme mempunyai tiga proposisi. Proposisi pertama dan kedua disebut premis. Proposisi ketiga disebut kesimpulan yang ditarik dari proposisi pertama dan kedua. Tiap proposisi mempunyai dua term. Maka, setiap silogisme mempunyai enam term. Karena setiap term dalam satu silogisme biasa disebut dua kali, maka dalam setiap silogisme hanya mempunyai tiga term. Apabila proposisi yang ketiga disebut kesimpulan, maka dalam proposisi yangketiga terdapat dua term dari ketiga term yang disebut tadi. Yang menjadi subjek konklusi disebut term minor. Predikat kesimpulan disebut term mayor. Term yang terdapat pada dua proposisi disebut term tengah.<br />Pola dan sistematika penalaran silogisme-deduktif adalah penetapan kebenaran universal kemudian menjabarkannya pada hal yang lebih khusus.<br />METODE INTUITIF-KONTEMPLATIF MISTIS<br />Metode ini berkembang dengan ide Plotinos dengan ajaran Neo-Platonisme. Filsafat Plotinos adalah kulminasi dan sintesa definitif aneka ragam filsafat Yunani. Filsafat Plotinos mengambil ide dasar pemikiran Plato. Pemikiran Plato mengenai ide kebaikan sebagai ide yang tertinggi dalam dunia ide. Tetapi, tidak berarti pemikiran Plotinos tidak murni.<br />Ide kebaikan dalam ajaran Plotinos disebut sebagai to hen(yang esa/the one). Yang Esa meruapakan yang awal atau yang pertama, yang paling baik, yang paling tinggi dan yang kekal. Yang esa tidak dapat dikenali oleh manusia karena hal itu tidak dapat dibandingkan atau disamakan dengan apa pun juga. Yang Esa merupakan pusat daya dan pusat kekuatan. Seluruh realitas memancar keluar dari pusat itu. Proses pancaran dari To Hen disebut Emanasi.Meskipun melalui proses emanasi, eksistensi Yang Esa tidak berkurang atau berubah.<br />Pancaran pertama, menurut Plotinos, disebut nous. Nous disebut juga budi, roh, atau akal. Nous berada paling dekat dengan To Hen. Nous adalah gambaran atau bayangan To Hen. Setelah nous muncul apa yang disebut dengan psykhe atau jiwa. Psykhe terletak di perbatasan antara nous dan materi. Psykhe adalah penghubung antara roh dan materi. Jadi dapat dikatakan pula bahwa psykhe adalah penghubung dan penggabungan antara yang rohani dengan yang jasmani. Psykhe kemudian disusul oleh Me Onatau materi/zat sebagai aliran lingkaran ketiga. Me On hanya merupakan potensi atau suatu kemungkinan bagi perwujudan suatu keberadaan dalam suatu bentuk. Psykhe bertemu dengan materi menghasilkan tubuh, yang pada hakikatnya berlawanan dengan nous dan To Hen.<br />Perlawanan dalam tubuh ini menghasilkan penyimpangan. Ini berarti penyimpangan terhadap kebenaran. Untuk kembali kepada kebenaran maka manusia harus kembali kepada To Hen dan menyatu dengannya. Inilah yang menjadi tujuan manusia. Jika dalam proses emanasi, manusia meninggalkan terang dan kebenaran mutlak masuk ke dalam kegelapan mutlak. Maka untuk mencapai kebenaran dan terang mutlak, manusia harus menempuh jalan kontemplasi. Kontemplasi merupakan jalan pembersihan untuk bersatu dengan kebenaran mutlak. Manusia harus berani berpikir sebaliknya, yaitu tidak memikirkan hal inderawi. Hal inderawi menjadi penghalang dalam proses pemersatuan manusia dengan To Hen. Kontemplasi adalah proses pembersihan jiwa manusia yang merupakan kondisi bagi kesatuan mistis dengan To Hen.<br />Filsafat Plotinos tidak berhenti pada ajaran. Tapi ajaran Plotinos mengarah pada suatu cara hidup. Ini berarti bahwa ajaran Plotinos tidak berhenti pada masalah benar tidaknya ajaran yang disampaikan tapi lebih dari itu, ajaran Plotinos harus mengarah pada suatu sikap hidup yang tidak terikat pada hal duniawi. Itulah sebabnya ajaran Plotinos sering disebut ajaran yang kontemplatif-mistis.<br />METODE SKOLASTIK: SINTETIS-DEDUKTIF<br />Filsafat Skolastik menemukan puncak kejayaannya waktu Thomas Aquinas menjadi filsuf pokoknya. Filsafat skolastik dikembangkan dalam sekolah-sekolah biara dan keuskupan. Para filsuf skolastik tidak memisahkan filsafat dari teologi kristiani. Jadi dapat dikatakan bahwa filsafat integral dalam ajaran teologi.<br />Gaya filsafat abad pertengahan adalah sintesa ajaran filsafat sebelumnya. Sistem skolastik mengarah pada jalan tengah ekstrem-ekstrem ajaran filsafat waktu itu. Sintesa filsafat skolastik terdiri dari ajaran neoplatonis, ajaran Agustinus, Boetius, Ibn Sina, Ibn Rushd dan Maimonides. Selain ajaran-ajaran di atas, aliran filsafat pokok yang dianut oleh filsuf skolastik, terutama Thomas Aquinas adalah filsafat Aristotelian. Filsafat Aristoteles memberikan perspektif baru mengenai manusia dan kosmos. Thomas Aquinas mendasarkan filsafatnya pada filsafat Aristotelian terutama dalam ajaran potentia dan actus.<br />Prinsip metode skolastik adalah sintesis-deduktif. Prinsip ini menekankan segi yang sebenarnya terdapat pada semua filsafat dan ilmu. Prinsip deduktif adalah prinsip awal dari filsafat skolastikCara berpikir filsafat, Cabang dan Aliran Filsafat/blog/post/91/cara-berpikir-filsafat-cabang-dan-aliran-filsafat.htmlTue, 07 Jun 2011 00:23:01 +0700/blog/post/91/cara-berpikir-filsafat-cabang-dan-aliran-filsafat.html1. Pengertian Berpikir Filsafat:<br />a. Kritis <br />Adalah sikap yang senantiasa mempertanyakan sesuatu (berdialog), mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, hingga akhirnya di temukan hakikat.<br />b. Rasional<br />Sumber penggetahuan yang mencukupi dan yang dapat dipercaya adalah rasio (akal), selalu menggunakan nalar ketika berpikir atau bertindak atau kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri.<br />c. Logis<br />Sikap yang digunakan untuk melakukan pembuktian, berpikir sesuai kenyataan atau kegiatan berpikir yang berjalan menurut pola, alur dan kerangka tertentu.<br />Dalam berpikir membutuhkan ketrampilan untuk bisa mengerti fakta, memahami konsep, saling keterkaitan atau hubungan, sesuatu yang tersurat dan tersirat, alasan, dan menarik kesimpulan.<br />d. Konseptual<br />Merupakan hasil generalisasi dan abstraksi pengalaman manusia, menyingkirkan hal-hal khusus, konkrit, individual, sehingga terbentuk konsep dan teori yang terumuskan secara obyektif, permanen dan universal.<br />e. Radikal<br />Berpikir mendalam atau sampai ke akar-akarnya sampai pada hakikat atau substansi yang dikirkan. <br />f. Koheren<br />Berpikir secara konsisten; tidak acak; tidak kacau; dan tidak fragmentaris, atau<br />sesuai dengan kaidah berpikir logis, menganggap suatu pernyataan benar bila didalamnya tidak ada pertentangan, bersifat koheren dan konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar.<br />g. Sistematis<br />Pendapatnya saling berhubungan secara teratur dan terkandung ada maksud dan tujuan tertentu. <br />h. Komperhensif <br />Mencakup atau menyeluruh dalam menjelaskan alam semesta secara keseluruhan. <br />i. Spekulatif<br />Cara berpikir sistematis tentang segala yang ada, memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneka ragam, atau disebut juga upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.<br />j. Bebas<br />Berpikir sampai batas-batas yang luas, tidak terkekang, bebas dari prasangka sosial, historis, kultural, bahkan religius. <br /><br /><br />2. Cabang-Cabang Filsafat:<br />a. Metafisika/ ontologi<br />Metafisika dan ontologi berkaitan dengan persoalan tentang hakikat terdalam pada suatu realitas atau hakikat yang ada (segala sesuatu yang ada) yang membahas tentang masalah keberadaan sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya. <br />b. Logika<br />Adalah pengkajian untuk berfikir secara sahih.<br />Logika dipakai untuk menarik kesimpulan dari suatu proses berpikir berdasar cara tertentu, yang mana proses berpikir di sini merupakan suatu penalaran untuk menghasilkan suatu pengetahuan.<br />c. Epistemologi <br />Epistemologi mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti ?pengetahuan?). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Epistemologi membicarakan tentang asal muasal, sumber, metode, struktur, dan validitas atau kebenaran pengetahuan.<br />d. Etika<br />Etika berkaitan dengan persoalan moralitas tentang pertimbangan-pertimbangan tindakan-tindakan baik dan buruk, susila dan tidak susila, etis dan tidak etis dalam hubungan antar manusia. <br /><br /><br />3. Aliran-Aliran Filsafat:<br />a. Empirisme<br />(Empereikos = pengalaman), Empirisme adalah aliran yang berpendapat bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman. Empirisme menganggap bahwa pengetahuan tentang kebenaran yang sempurna tidak diperoleh melalui akal, melainkan diperoleh atau bersumber dari panca indera manusia, yaitu mata, lidah, telinga, kulit dan hidung. Dengan kata lain, kebenaran adalah sesuatu yang sesuai dengan pengalaman manusia. Dalam hal ini harus ada 3 hal, yaitu yang mengetahui (subjek), yang diketahui (objek) dan cara mengetahui (pengalaman). <br />b. Rasionalisme<br />Aliran ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar kepastian dan kebenaran pengetahuan, walaupun belum didukung oleh fakta empiris, atau dengan kata lain bahwa pengetahuan hanya berasal dari pikiran atau rasio.<br />c. Idealisme<br />Aliran ini berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif.<br />Menurut idealisme obyektif segala sesuatu baik dalam alam atau masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universil. Pandangan filsafat seperti ini pada dasarnya mengakui sesuatu yang bukan materiil, yang ada secara abadi diluar manusia, sesuatu yang bukan materiil itu ada sebelum dunia alam semesta ini ada, termasuk manusia dan segala pikiran dan perasaannya. Dalam bentuknya yang amat primitif pandangan ini menyatakan bentuknya dalam penyembahan terhadap pohon, batu dan sebagainya.<br />Idealisme subyektif adalah filsafat yang berpandangan idealis dan bertitik tolak pada ide manusia atau ide sendiri. Alam dan masyarakat ini tercipta dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul dan terjadi di alam atau di masyarakat adalah hasil atau karena ciptaan ide manusia atau idenya sendiri, atau dengan kata lain alam dan masyarakat hanyalah sebuah ide/fikiran dari dirinya sendiri atau ide manusia.<br />d. Materialisme<br />Materialisme adalah suatu aliran dalam filsafat yang pandangannya bertitik tolak dari pada materi (benda). Materialisme memandang bahwa benda itu primer sedangkan ide ditempatkan di sekundernya. Sebab materi ada terlebih dahulu baru ada ide. Pandangan ini berdasakan atas kenyataan menurut proses waktu dan zat. Misal, menurut proses waktu, lama sebelum manusia yang mempunyai ide itu ada didunia, alam raya ini sudah ada. Menurut zat, manusia tidak bisa berfikir atau mempunyai ide bila tidak mempunyai otak, otak itu adalah sebuah benda yang bisa dirasakan oleh panca indera kita. Otak atau materi ini yang lebih dulu ada baharu muncul ide dari padanya. Atau seperti kata Marx ?Bukan fikiran yang menentukan pergaulan, melainkan keadaan pergaulan yang menentukan fikiran.? Maksudnya sifat/fikiran seorang individu itu ditentukan oleh keadaan masyarakat sekelilingnya, ?masyarakat sekelilingnya? ?ini menjadi materi atau sebab yang mendorong terciptanya fikiran dalam individu tersebut.<br />e. Fenomenologi<br />Fenomenologi merupakan ilmu pengetahuan (logos) tentang apa yang tampak (phainomenon). Jadi, fenomenologi mempelajari suatu yang tampak atau apa yang menampakkan diri. Fenomenologi berusaha memahami realitas sebagaimana adanya dalam kemurniannya. Terlepas dari kelebihan dan kekurangannya, fenomenologi telah memberikan kontribusi yang berharga bagi dunia ilmu pengetahuan. Fenomenologi berusaha mendekati objek kajiannya secara kritis serta pengamatan yang cermat, dengan tidak berprasangka oleh konsepsi-konsepsi manapun sebelumnya. Oleh karena itu, oleh kaum fenomenolog, fenomenologi dipandang sebagai rigorous science (ilmu yang ketat).<br />f. Eksistensialisme<br />Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret. eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.<br />Aliran Materialisme/blog/post/90/aliran-materialisme.htmlTue, 07 Jun 2011 00:20:34 +0700/blog/post/90/aliran-materialisme.htmlA. MATERIALISME<br />1. PENGERTIAN<br />Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau nature (alam) dan dunia fisik adalah satu.<br /><br />2. PERKEMBANGAN MATERIALISME<br />Pada abad pertama masehi faham Materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan, orang menganggap asing terhadap faham Materialisme ini. Baru pada jaman Aufklarung (pencerahan), Materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropah Barat.<br />Pada abad ke-19 pertengahan, aliran Materialisme tumbuh subur di Barat. Faktir yang menyebabkannya adalah bahwa orang merasa dengan faham Materialisme mempunyai harapan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan alam. Selain itu, faham Materialisme ini praktis tidak memerlukan dalildalil yang muluk-muluk dan abstrak, juga teorinya jelas berpegang pada kenyataankenyataan yang jelas dan mudah dimengerti.<br />Kemajuan aliran ini mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama dimana-mana. Hal ini disebabkan bahwa faham Materialisme ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya Tuhan (atheis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa ini, kritikpun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang Materialisme. Adapun kritik yang dilontarkan adalah sebagai berikut :<br />1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau balau). Padahal kata Hegel. kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya.<br />2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. padahal pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.<br />3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.<br />4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.<br /><br />3. TOKOH-TOKOH<br />a. Anaximenes ( 585 -528)<br />b. Anaximandros ( 610 -545 SM)<br />c. Thales ( 625 -545 SM)<br />d. Demokritos (kl.460 -545 SM)<br />e. Thomas Hobbes ( 1588 -1679)<br />f. Lamettrie (1709 -1715)<br />g. Feuerbach (1804 -1877)<br />h. H. Spencer (1820 -1903)<br />i. Karl Marx (1818 -1883)<br /><br />B. IDEALISME<br />1. PENGERTIAN<br />Idealisme adalah suatu ajaran/faham atau aliran yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh (sukma) atau jiwa. ide-ide dan pikiran atau yang sejenis dengan itu.<br />Kelompok yang mengikuti pandangan ini cenderung menghormati kebudayaan dan tradisi, sebab mereka mempunyai pandangan bahwa nilai-nilai kehidupan itu memiliki tingkat yang lebih tinggi dari sekadar nilai kelompok individu. Ini menunjukkan bahwa kekuatan idealisme terletak pada segi mental dan spiritual kehidupan.<br /><br />2. PERKEMBANGAN IDEALISME<br />Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat Barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato. Yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.<br />Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai sesuatu tenaga (entelechie) yang berada dalam benda-benda dan menjalankan pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan sepanjang masa tidak pernah faham idealisme hilang sarna sekali. Di masa abad pertengahan malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah dasar idealisme ini.<br />Pada jaman Aufklarung ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling setia sepanjang masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman Idealiasme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode Idealisme. Jerman sedang besar sekali pengaruhnya di Eropa.<br /><br />3. TOKOH-TOKOHNYA<br />1.Plato (477 -347 Sb.M)<br />2.B. Spinoza (1632 -1677)<br />3.Liebniz (1685 -1753)<br />4.Berkeley (1685 -1753)<br />5.Immanuel Kant (1724 -1881)<br />6.J. Fichte (1762 -1814)<br />7.F. Schelling (1755 -1854)<br />8.G. Hegel (1770 -1831)<br /><br />C. EMPIRISME<br />1. PENGERTIAN<br />Asal kata empirisme adalah empiria yang berarti kepercayaan terhadap pengalaman. Bahan yang diperoleh dari pengalaman diolah oleh akal, sedangkan yang merupakan sumber pengetahuan adalah pengalaman karena pengalamanlah yang memberikan kepastian yang diambil dari dunia fakta. Empirisme berpandangan bahwa pernyataan yang tidak dapat dibuktikan melalui pengalaman adalah tidak berarti atau tanpa arti. Ilmu haru sdapat diuji melalui pengalaman. Dengan demikian, kebenaran yang diperoleh bersifat a posteriori yang berarti setelah pengalaman (post to experience).<br /><br />2. TOKOH-TOKOHNYA<br />Francis Bacon (1561-1626), Thomas Hobbes (1588-1679), dan John Locke (1632-1704). Francis Bacon telah meletakkan dasar-dasar empirisme dan menyarankan agar penemuan-penemuan dilakukan dengan metode induksi. Menurutnya ilmu akan berkembang melalui pengamatan dalam ekperimen serta menyusun fakta-fakta sebagai hasil eksperimen.<br />Pandangan Thomas Hobbes sangat mekanistik. Karena mrupakan bagian dari dunia, apa yang terjadi pada manusia atau yang dialaminya dapat diterangkan secara mekanik. Ini yang menyebabkan Thomas Hobbes dipandang sebagai penganjur materialisme. Sesuai dengan kodratnya manusia berkeinginan mempertahankan kebebasan dan menguasai orang lain. Hal ini menyebabkan adanya ungkapan homo homini lupus yang berarti bahwa manusia adalah srigala bagi manusia lain.<br /><br />D. RASIONALISME<br />1. PENGERTIAN<br />Rasionalisme adalah merupakan faham atau aliran atau ajaran yang berdasarkan ratio, ide-ide yang masuk akal.Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki.<br />Zaman Rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke XVII sampai akhir abad ke XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran.<br />Ternyata, penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu alam. Maka tidak mengherankan bahwa pada abad-abad berikut orang-orang yang terpelajar Makin percaya pada akal budi mereka sebagai sumber kebenaran tentang hidup dan dunia. Hal ini menjadi menampak lagi pada bagian kedua abad ke XVII dan lebih lagi selama abad XVIII antara lain karena pandangan baru terhadap dunia yang diberikan oleh Isaac Newton (1643 -1727). Berkat sarjana geniaal Fisika Inggeris ini yaitu menurutnya Fisika itu terdiri dari bagian-bagian kevil (atom) yang berhubungan satu sama lain menurut hukum sebab akibat. <br />Semua gejala alam harus diterangkan menurut jalan mekanis ini. Harus diakui bahwa Newton sendiri memiliki suatu keinsyafan yang mendalam tentang batas akal budi dalam mengejar kebenaran melalui ilmu pengetahuan. Berdasarkan kepercayaan yang makin kuat akan kekuasaan akal budi lama kelamaan orang-orang abad itu berpandangan dalam kegelapan. Baru dalam abad mereka menaikkan obor terang yang menciptakan manusia dan masyarakat modern yang telah dirindukan, karena kepercayaan itu pada abad XVIII disebut juga zaman Aufklarung (pencerahan).<br /><br />2. TOKOH-TOKOHNYA<br />1. Rene Descartes (1596 -1650)<br />2. Nicholas Malerbranche (1638 -1775)<br />3. B. De Spinoza (1632 -1677 M)<br />4. G.W.Leibniz (1946-1716)<br />5. Christian Wolff (1679 -1754)<br />6. Blaise Pascal (1623 -1662 M)<br /><br />E. EKSISTENSIALISME<br />Suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.<br />Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat cara manusia berada, eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan berdasarkan pengalaman yang konkret.<br />Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.<br /><br />F. FENOMENOLOGI<br />Istilah fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, yang asal katanya adalah ?phenomenon?? dan ?logos?. Phenomenon berarti: yaitu yang muncul dalam kesadaran manusia. Sedangkan logos, berarti ilmu. Phenomenologi berarti studi tentang phenomenon, atau yang muncul dengan sendirinya. Fenomenologi berarti uraian tentang phenomenon. Atau sesuatu yang sedang menampilkan diri, atau sesuatu yang sedang menggejala. Dengan keterangan ini mulai tampaklah tendensi yang terdalam dari aliran phenomenologi yang sebenarnya merupakan jiwa dan cita-cita dari semua filsafat, yaitu mendapatkan pengertian yang benar, yang menangkap realitas itu sendiri.<br />Objek fenomenologi adalah fakta atau gejala, atau keadaan, kejadian, atau benda, atau realitas yang sedang menggejala. Phenomenologi berpegang atau berpendirian bahwa segala pikiran dan gambaran dalam pikiran kesadaran manusia menunjuk pada sesuatu, hal atau keadaan seperti ini, yaitu pikiran dan gambaran yang tertuju atau mengenai sesuatu tadi disebut intensional.<br />Secara umum dapat dikatakan bahwa fenomenologi adalah cara dan bentuk berpikir, atau apa yang disebut dengan ?the styie of thingking?. Biasanya dikatakan bahwa dasar pikiran itu ialah intensionalisme. Menurut Edmund Husserl sebagai salah satu tokoh filsafat fenomenologi bahwa, intention, kesengajaan mengarahkan kesadaran dan reduksi. Edmund Husserl memang berbagi jenis reduksi ; reduksi fenomenologis, editis, dunia dan kebudayaan menjadi lebenswelt, dan reduksi transedental. Akan tetapi tokoh fenomenologi yang lain, seperti Martin Heidegger dan Maurice Morleau Ponty menolak reduksi-reduksi itu.<br />Ungkapan fenomenologi adalah slogan gerakan dalam pemikiran filsafat dan penelitian ilmiah. Walaupun di kalangan ilmuwan bisa saja terdapat banyak variasi antara satu dengan lainnya, namun semuanya cukup representatif. Dalam hal tertentu, fenomenologi adalah berkenaan dengan kesadaran di mana manusia mendapat dunia, mendapatkan selain dirinya dan mendapatkan dirinya sendiri.<br />Fenomenologi di satu pihak adalah hubungan antara menusia dengan dunia, dan di pihak lain, ia merupakan hubungan antara dirinya dengan dirinya sendiri. Dalam masalah keagamaan, fenomenologi adalah cara untuk memahami hal ekspresi manusiawi terhadap latar belakang hubungan yang fundamental. Sebagai suatu usaha pemikiran, fenomenologi mencoba memahami manusia dalam kerangka filsafat antropologi. Sebagai suatu usaha riset ilmiah, fenomenologi berusaha untuk mengklarisifikasikan seluk-beluk kumpulan fenomena, termasuk fenomena keagamaan. Dengan cara demikian, fenomenologi menentukan terhadap pengertian mereka sendiri.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><a href="http://kuliahfilsafat.blogspot.com">http://kuliahfilsafat.blogspot.com</a><br /><a href="http://eka.web.id">http://eka.web.id</a><br />Filsafat Ilmu/blog/post/89/filsafat-ilmu.htmlTue, 07 Jun 2011 00:16:05 +0700/blog/post/89/filsafat-ilmu.html? FILSAFAT ILMU<br /><br /><br />1. PENGERTIAN<br />Filsafat Ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperolehnya.<br />a. Lewis White Beck <br />Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.<br />b. A.Cornelius Benjamin <br />Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.<br />c. Michael V. Berry <br />Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.<br /><br />2. KAJIAN FILSAFAT ILMU <br />a. Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu ( ontologi ).<br />b. Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut ( epistemologi ).<br />c. Untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi).<br /><br /><br />3. FUNGSI FILSAFAT ILMU<br />? untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. <br /><br />4. SUBSTANSI FILSAFAT ILMU<br />? fakta atau kenyataan,<br />Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi. <br /><br />? kebenaran (truth),<br />a. Kebenaran koherensi <br />yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi dari sesuatu unsur tersebut.<br />b. Berfikir benar korespondensial <br />Berfikir tentang terbuktinya sesuatu itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang diharapkan.<br />c. Performatif<br />Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan menyatukan apapun yang ada dibaliknya.<br />d. Pragmatik<br />Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan memiliki kegunaan praktis.<br />e. Proposisi <br />Suatu kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar.<br />f. Kebenaran struktural paradigmatik <br />Merupakan perkembangan dari kebenaran korespondensi. Karena akan mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.<br /><br />? Konfirmasi<br />Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang akan datang, atau memberikan pemaknaan. <br />? Logika inferensi<br />? Penarikan kesimpulan baru dianggap sah kalau penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika. <br /><br /><br />J Objek Material Filsafat Ilmu adalah pengetahuan ilmiah <br />J Filsafat ilmu menjadi dasar keilmuan yang bersifat universal.<br /><br /><br />Filsafat ilmu merupakan suatu filsafat berbungan dengan pengetahuan ilmiah yang disebut dengan ilmu, dan juga merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan).<br />Supaya mempermudah pembahasan Filsafat Ilmu, untuk itu akan diuraikan terlebih dahulu apa yang disebut ilmu, kemudian Filsafat, selanjutnya pada Filsafat Ilmu tentang kebenaran ilmiah yang dihubungkan dengan Ilmu Hukum.<br />1. Ilmu :<br />Ilmu merupakan pengetahuan teoritis dibidang Pengetahuan Alamiah (fisika), Sosial, Humaniora dan Commonsense atau akal sehat, dan juga merupakan pengetahuan ilmiah didasari dengan berpikir logika yang dimulai dengan rasa ingin tahu, dan suatu kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.<br />Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri tentang :<br />1. Apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu ?<br />2. Apakah ciri-ciri yang hakiki yang membedakan ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu ?<br />3. Bagaimana saya ketahui bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar ?<br />4. Kriteria apa yang kita pakai dalam menentukan kebenaran secara ilmiah ?<br />5. Mengapa kita mesti mempelajari ilmu dan apakah kegunaan yang sebenarnya ?<br />2. FILSAFAT.<br />Filsafat menurut arti kata adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia).<br />Filsafat mempunyai nilai sebagai ilmu pengetahuan, dan berbeda dengan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman hidup.<br />Pengalaman hidup dapat menghasilkan kebijakan dalam suatu kehidupan, tetapi kebijakan itu belum mempunyai nilai sebagai filsafat, karena untuk menjadi ilmu pengetahuan, maka pengalaman hidup itu harus selalu diselidiki dan diuji secara terus menerus dengan mengikuti metode-metode dan sistem-sistem menurut hukum-hukum logika.<br />Meskipun demikian, Filsafat tetap mempunyai perbedaan dengan ilmu pengetahuan lainnya, karena filsafat mempunyai obyek sendiri.<br />Ilmu pengetahuan mempunyai batasan-batasan tertentu dari salah satu gejala hidup antara lain sosiologi mempelajari tentang struktur-struktur masyarakat, botani mempelajari unsur-unsur tumbuh-tumbuhan, psikologi mempelajari tentang perilaku orang, sedangkan Filsafat tidak mengenal batasan - batasan satu bidang kehidupan, melainkan memberi pandangan-pandangan hidup secara menyeluruh.<br />Filsafat adalah ilmu tentang perpikir kritis, radikal, sistematik, memahami realitas secara menyeluruh-utuh (totalitas) yang juga disebut dengan philosophy berasal dari dua kata gabungan berasal dari Yunani yakni philein (cinta) dan sophia (kebijakan) sehingga philosophy mempunyai arti cinta atau pencari kebijaksanaan.<br />Filsafat merupakan pioner dari ilmu pengetahuan, menurut pemikiran Will Duran, Filsafat dapat diibaratkan pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri.<br />Pasukan infanteri ini adalah sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Setelah itu ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan, menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.<br />Setelah penyerahan dilakukan maka filsafatpun pergi. Filsafat kembali menjelajah laut lepas; berspekulasi dan meneratas.<br />Sebagai suatu kesimpulan dapat dikatakan; filsafat adalah suatu pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui jalan refleksi hendak menangkap makna yang hakiki dari hidup dan dari gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya.<br />2. 1. Cabang-cabang Filsafat.<br />Tiga cabang utama permasalahan yang dikaji oleh Filsafat yakni :<br />1. Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika).<br />2. Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk ( etika ).<br />3. Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek ( estetika ).<br />Kemudian dari tiga pokok tersebut bertambah lagi yakni :<br />1. Teori tentang ada-tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang semuanya terangkum dalam metafisika.<br />2. Teory tentang politik-yakni kajian mengenai organisasi sosial/peme-intahan yang ideal.<br />Kelima cabang utama kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang fisafat yang mempunyai kajian lebih spesifik lagi diantaranya Filsafat Ilmu.<br />Cabang-cabang Filsafat tersebut mencakup antara lain :<br />1. Filsafat Pengetahuan ( Epistemologi ).<br />2. Filsafat Moral (Etika).<br />3. Filsafat Seni (Estetika)<br />4. Metafisika.<br />5. Filsafat Pemerintahan (Politik).<br />6. Filsafat Agama.<br />7. Filsafat Ilmu.<br />8. Filsafat Pendidikan.<br />9. Filsafat Hukum.<br />10. Filsafat Sejarah.<br />11. Filsafat Matematika.<br />3. Filsafat Ilmu :<br />Filsafat Ilmu adalah filsafat khusus mengkaji ilmu dengan segenap pemikiran reflektif mengenai landasan Ilmu dan hubungan Ilmu dengan segala segi kehidupan manusia, juga merupakan bagian dari episte-mologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah) dan Ilmu juga merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu).<br />Filsafat ilmu merupakan telaahan filsafat yang ingin menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu seperti :<br />1. a. Obyek apa yang ditelaah ilmu ?<br />b. Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut ?<br />c. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan ?<br />Landasan 1. a - s/d - 1. c disebut Ontologis.<br />2. a. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu ?<br />b. Bagaimana prosedurnya ?<br />c. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar ?<br />d. Apa yang disebut kebenaran itu sendiri ?<br />e. Apakah kriterianya ?<br />f. Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu ?<br />Landasan 2. a - s/d - 2. f disebut Epistemologis.<br />3. a. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan ?<br />b. Bagaimana kaitan antara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral ?<br />c. Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ?<br />d. Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ?<br />Landasan 3. a - s/d - 3. d disebut Aksiologis.<br />Untuk membedakan jenis pengetahuan yang satu dari pengetahuan-pengetahuan yang lainya maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :<br />1. Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu ( ontologi ).<br />2. Bagaimana caranya mendapatkan pengetahuan tersebut ( epistemologi ).<br />3. Untuk apa pengetahuan termaksud dipergunakan (aksiologi).<br /><br /><br /><br />A. FILSAFAT SEBAGAI ILMU ATAU PROSES<br /><br />1. PENGERTIAN ILMU<br />Ilmu secara nyata dan khas merupakan suatu aktivitas manusia yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia, ilmu tidak hanya aktivitas tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan suatu proses.<br /> Ilmu merupakan pengetahuan teoritis dibidang Pengetahuan Alamiah (fisika), Sosial, Humaniora dan Commonsense atau akal sehat, dan juga merupakan pengetahuan ilmiah didasari dengan berpikir logika yang dimulai dengan rasa ingin tahu, dan suatu kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai dengan kedua-duanya.<br /> Pengetahuan yang dapat disepakati sehingga menjadi suatu ?ilmu?, menurut Archie J. Bahm dapat diuji dengan enam komponen utama yang disebut dengan six kind of science, yang meliputi problems, attitude, method, activity, conclusions, dan effects.<br /> Seringkali ilmu diartikan sebagai pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan dapat dinamakan sebagai ilmu, melainkan pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu berdasarkan-kesepakatan para ilmuwan.<br /> Akhirnya Ilmu dapat didefinisikan : Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau individu untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.<br /><br />2. ILMU SEBAGAI PROSES<br /> Ilmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat rasional, kognitif, dan teleologis.<br /><br />a. Rasional<br />Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan dan naluri. Ilmu menampakkan diri sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.<br />Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakannya bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan berpikir bukan dengan perasaan, meskipun seperti itu dikatakan Pascal, hati pun mempunyai logika tersendiri. Meskipun demikian patut kita sadari bahwa tidak semua kegiatan berfikir menyandarkan diri pada penalaran. Jadi penalaran merupakan kegiatan berfikir yang mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran.<br />Berpangkal pada hasrat kognitif dan kebutuhan intelektualnya, manusia melakukan rangkaian pemikiran dan kegiatan rasional dengan lingkungan atau masyarakat yang kemudian melahirkan ilmu.<br />b. Kognitif<br />Pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan proses mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif (cognition) adalah suatu rangkaian aktivitas seperti pengenalan, penyerapan, pengkonsepsian, dan penalaran (antara lain) yang dengannya manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan tentang suatu hal.<br />Menurut Piaget menyatakan bahwa di dalam diri individu terjadi adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu asimilasi dan akomodasi.<br />? Asimilasi<br />Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya; proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru pengertian orang itu berkembang. Dalam contoh di atas, melihat burung kenari dan memberinya label ?burung? adalah contoh mengasimilasi binatang itu pada skema burung si anak.<br />? Akomodasi<br />Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi terjadi untuk membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu kesetimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah ketidaksetimbangan (disequilibrium). Akibat ketidaksetimbangan itu maka tercapailah akomodasi dan struktur kognitif yang ada yang akan mengalami atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses terus menerus tentang keadaan ketidaksetimbangan dan keadaan setimbang (disequilibrium-equilibrium). Tetapi bila terjadi keseimbangan maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.<br />Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas, melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label ?burung? adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung pada fikiran si anak.<br />Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua proses penyesuaian di atas.<br />Dengan demikian, kognitif seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.<br />c. Teleologis<br />Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masing-<br />masing ilmuwan.<br /><br /> <br />B. ILMU SEBAGAI PROSESUR<br /><br />Ilmu sebagai prosedur berarti ilmu merupakan kegiatan penelitian yang menggunakan metode ilmiah. Apa itu metode ilmiah? Ada banyak definisi, tetapi di sini kita cukup mengutip satu saja. Menurut The World of Science Encyclopedia, metode ilmiah ialah prosedur yang digunakan oleh ilmuwan dalam mencari secara sistematis pengetahuan baru dan peninjauan kembali pengetahuan yang ada. Dari berbagai definisi yang pernah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa metode ilmiah pada umumnya menyangkut empat hal yakni: pola prosedural, tata langkah, teknik-teknik, dan alat-alat. Unsur yang termasuk dalam pola prosedural ialah pengamatan, percobaan, pengukuran, survai, deduksi, induksi, dan analisa. Unsur yang termasuk dalam tata langkah ialah penentuan masalah, perumusan hipotesis, pengumpulan data, kesimpulan, dan pengujian hasil. Unsur yang termasuk dalam teknik-teknik antara lain questional, wawancara, perhitungan, dan pemanasan. Alat-alat yang digunakan antara lain timbangan, meteran, perapian, komputer.<br /><br /><br />C. ILMU SEBAGAI PRODUK/PANDANGAN HIDUP<br /><br />Pengertian inilah yang paling sering digunakan. Dalam arti ketiga ini, ilmu merupakan kumpulan pengetahuan sistematis yang merupakan produk dari aktivitas penelitian dengan metode ilmiah/ sebagai sistem pengetahuan, ilmu mempunyai obyek material dan obyek formal. Obyek material sering disebut pokok soal (subject matter), sedangkan obyek material dinamakan titik perhatian (focus of interest) atau sikap pikiran (attitude of mind). Lebih lazim, obyek formal dinamakan sudut pandang. Sebagai sistem pengetahuan atau pengetahuan sistematis, ilmu memiliki ciri- ciri empiris, sistematis, obyektif, analitis, dan verifikatif. Ciri empiris mengandaikan pengamatan (observasi) atau percobaan (eksperimen). Ilmu berbeda dari pengetahuan karena ciri sistematis, dan berbeda dari filsafat karena ciri empirisnya. Ciri sistematis berarti bahwa kumpulan pengetahuan-pengetahuan itu memiliki hubungan-hubungan ketergantungan dan teratur. Ciri obyektif ilmu berarti bahwa pengetahuan ilmiah bebas dari rasangka perseorangan (personal bias) dan pamrih pribadi. ilmu arus berisi data yang menggambarkan secara tepat gejala-gejala. ilmu berciri analitis artinya ilmu melakukan pemilahan-pemilahan atas pokok soal ke dalam bagian-bagian untuk mengetahui sifat dan hubungan bagian-bagian tersebut. Ciri verifikatif ilmu berarti bahwa tujuan yang ingin dicapai ilmu ialah kebenaran ilmiah. Kebenaran ini dapat berupa kaidah-kaidah atau azas-azas yang universal. Dengan demikian, manusia dapat membuat ramalan dan menguasai alam. Berdasarkan uraian-uraian di atas, The Liang Gie memberikan definisi sebagai berikut tentang ilmu. Dia mengatakan: &quot; ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan -pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh, pemahaman, memberikan penjelasan, ataupun melakukan penerapan. &quot;<br /><br />? Empiris<br />Pengetahuan yang didapatkan berdasarkan pengamatan dan percobaan.<br />? Sistematis<br />Berbagai keterangan dan data yang tersusun sebagai kumpulan pengetahuan itu yang mempunyai hubungan ketergantungan dan teratur.<br />? Objektif <br />Pengetahuan itu bebas dari prasangka perseorangan.<br />? Analitis<br />Pengetahuan ilmu itu berusaha membeda-bedakan pokok soalnya ke dalam bagian-bagiannya yang terperinciuntuk memahami berbagai sifat, hubungan, dan peranan dari bagian-bagian itu.<br />? Verifikatif<br />Senantiasa mengarah kepada tercapainya kebenaran.<br />Dengan demikian dari semua penjelasan dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu dipahami dari segi berbagai serangkaian aktivitas yang rasional, kognitif, dan bertujuan, akan tetapi suatu aktivitas dapat mencapai tujuannya jika dilaksanakan dengan metode yang tepat, dan akhirnya dapat membuahkan hasil berupa keterangan baru yang disebut dengan pengetahuan.<br />D. Kesimpulan<br /><br /> Ilmu hanya terdapat dan dimulai dari aktivitas manusia, sebab hanya manusia yang memiliki kemampuan rasional dalam melakukan aktivitas kognitif yang menyangkut pengetahuan, dan selalu mendambakan berbagai tujuan yang berkaitan dengan ilmu.<br />Dalam wujudnya ilmu dibagi ke dalam tiga bagian yaitu ilmu sebagai proses, prosedur, dan produk.<br />Ilmu sebagai proses memiliki arti suatu aktivitas manusia, yakni perbuatan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh manusia, dan ilmu itu sendiri terdiri dari satu atau rangkaian aktivitas yang merupakan sebuah proses yang bersifat rasional, kognitif, dan teleologis. Sedangkan Ilmu sebagai prosedur atau ilmu sebagai metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup pikiran, pola kerja, tata langkah, dan cara teknik untuk memperoleh kebenaran ilmiah. Terakhir yaitu ilmu sebagai produk bermakna pengetahuan ilmiah yg kebenarannya dapat diuji secara ilmiah, yg mencakup Jenis-jenis sasaran; bentuk-bentuk pernyataan; Ragam-ragam proposisi; ciri-ciri pokok; Pembagian secara sistematis.<br /><br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Jujun. S. Sumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Popuker, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000<br />Kunjtojo, Makalah dalam Presentasi Ilmiah, Paradigma Ilmu sebagai Proses, Prosedur, dan Produk.<br />The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu, Jogjakarta: Liberty, 1996<br />Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007<br /><a href="http://www.anneahira.com">http://www.anneahira.com</a><br /><a href="http://www.scribd.com">http://www.scribd.com</a><br /><br /><br /><br />Aliran Eksistensialisme/blog/post/88/aliran-eksistensialisme.htmlTue, 07 Jun 2011 00:12:22 +0700/blog/post/88/aliran-eksistensialisme.htmlEksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.<br />Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat cara manusia berada, eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi, manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan berdasarkan pengalaman yang konkret.<br />Jadi dapat disimpulkan bahwa eksistensialisme memandang manusia sebagai suatu yang tinggi, dan keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara menempatkan dirinya.<br />Dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan eksistensialisme ini saya kita ilmu-ilmu yang berkaitan dengan manusia seperti sosiologi (berkaitan dengan manusia dan keberadaannya didalam lingkungan sosial), antropologi (berkaitan anatar manusia dengan lingkungan budayanya)<br />Latar Belakang Historis munculnya Eksistensialisme.<br />Secara umum eksistensialisme merupakan suatu aliran filsafat yang lahir karena ketidakpuasan beberapa filusuf yang memandang bahwa filsafat pada masa yunani hingga modern, seperti protes terhadap rasionalisme Yunani, khususnya pandangan tentang spekulatif tentang manusia. Intinya adalah Penolakan untuk mengikuti suatu aliran, penolakan terhadap kemampuan suatu kumpulan keyakinan, khususnya kemampuan sistem, rasa tidak puas terhadap filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademik dan jauh dari kehidupan, juga pemberontakan terhadap alam yang impersonal yang memandang manusia terbelenggu dengan aktifitas teknologi yang membuat manusia kehilangan hakekat hidupnya sebagai manusia yang bereksistensi.<br />Tokoh-tokoh Eksistensialisme:<br /><br />Soren Aabye Kiekeegaard<br />Inti pemikirannya adalah eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.<br />Menurut Kier-kegaard (1813-1855), ?kebenaran adalah subjektifitas.? Maksudnya bukan setiap kebenaran adalah subjektif, namun kalau seseorang tidak mempercayai sesuatu secara subjektif, ia tidak memiliki kebenaran. Kebenaran itu selalu bersifat pribadi dan bukan hanya berupa teori. Seseorang tidak pernah mencapai kebenaran hanya dengan mengamati, tetapi dengan mematuhi; tidak pernah dengan menjadi penonton, tetapi dengan mengambil bagian dalam hidup; kebenaran ditemukan dalam bentuk nyata, bukan dalam bentuk abstrak; dalam eksistensi dan bukan dalam rasio.<br /><br />Kierkegaard, sebagai Bapak Eksistensialisme, banyak membahas tentang manusia, khususnya eksistensinya. Beberapa point yang penting dalam filsafatnya antara lain bahwa menurutnya individu tidak ditempatkan di hadapan ketiadaan, melainkan di hadapan Tuhan. Dia menganggap Hegelianisme sebagai ancaman besar untuk individu, untuk manusia selaku persona. Yang harus dipersoalkan terutama subyektivitas dari kebenaran, yaitu bagaimana kebenaran dapat menjelma dalam kehidupan individu. Kebenaran obyektif ?termasuk agama? harus mendarah daging dalam ?si individu?. Kierkegaard mencari kebenaran yang konkret serta eksistensial, suatu pengetahuan yang dihayati (connaissance v?cue, a real knowledge). <br />Kierkegaard membedakan manusia dalam stadium estetis, etis dan religius. Pada stadium estetis manusia membiarkan diri dipimpin oleh sejumlah besar kesan-kesan indrawi, mengikuti prinsip kesenangannya, lebih dijadikan hidup daripada ia hidup sendiri. Manusia menyibukkan diri dengan rupa-rupa hal, tetapi ia tidak melibatkan diri; ia hanya tinggal seorang penonton yang berminat. Ia bisa menjadi seorang hedonis yang sempurna, seorang ?perayu? seperti Don Juan, atau seorang yang ?sok tahu? dan seorang Sofis (misal: mendalami filsafat dan teologi).<br />Kebosanan, kekurangsenangan dan kecemasan memimpin seseorang ke arah stadium etis. Mulai mekar keinsafan akan kemungkinan-kemungkinan kita, akan kebebasan, tanggung jawab dan kewajiban kita. Kita sampai pada diri kita sendiri, menggantungkan kehidupan kita pada norma, bertumbuh menjadi persona. Kita semakin mengikat diri, dari penonton menjadi pelaku, kita melibatkan diri. Dalam stadium ini juga, manusia menyadari keadaannya yang tragis dan bercacat; ia menginsafi bahwa ia penuh kekurangan. Ia akan merasa jengkel karena ketidaksempurnaannya serta ketidaksanggupan morilnya dan mungkin akan memberontak terhadap seluruh tatanan etis.<br /><br />Friedrich Nietzsche<br />Menurutnya masuai yang berkesistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super (uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.<br /><br />Karl Jaspers<br />Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri. Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan semua pengetahuan obyektif serta mengatasi pengetahuan obyektif itu, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri. Ada dua fokus pemikiran Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.<br /><br />Martin Heidegger<br />Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-benda yang ada diluar manusia baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia karena itu benda0benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan dan tujuan mereka.<br /><br />Jean Paul Sartre<br />Menekankan pada kebebasan manusia, manusia setelah diciptakan mempunyai kebebasan untuk menetukan dan mengatur dirinya. Konsep manusia yang bereksistensi adalah makhluk yang hidup dan berada dengan sadar dan bebas bagi diri sendiri<br /> Jean Paul Sartre (1905-1980) yang berpandangan atheistik. Sartre adalah salah satu tokoh terkemuka dalam Filsafat Eksistensialis. Dia adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa eksistensi mendahului esensi. <br /><br />Atheisme adalah salah satu inti dari filsafat Sartre. Menurutnya, Tuhan tidak ada, atau sekurang-kurangnya manusia bukan ciptaan Tuhan. Eksistensi manusia mendahului esensinya; manusia bebas menentukan semuanya untuk dirinya dan untuk seluruh manusia.<br /><br />Dalam filsafat dibedakan antara esensia dan eksistensia. Esensia membuat benda, tumbuhan, binatang dan manusia. Oleh esensia, sosok dari segala yang ada mendapatkan bentuknya. Oleh esensia, kursi menjadi kursi. Pohon mangga menjadi pohon mangga. Harimau menjadi harimau. Manusia menjadi manusia. Namun, dengan esensia saja, segala yang ada belum tentu berada. Kita dapat membayangkan kursi, pohon mangga, harimau, atau manusia. Namun, belum pasti apakah semua itu sungguh ada, sungguh tampil, sungguh hadir. Di sinilah peran eksistensia.<br />Eksistensia membuat yang ada dan bersosok jelas bentuknya, mampu berada, eksis. Oleh eksistensia kursi dapat berada di tempat. Pohon mangga dapat tertanam, tumbuh, berkembang. Harimau dapat hidup dan merajai hutan. Manusia dapat hidup, bekerja, berbakti, dan membentuk kelompok bersama manusia lain. Selama masih bereksistensia, segala yang ada dapat ada, hidup, tampil, hadir. Namun, ketika eksistensia meninggalkannya, segala yang ada menjadi tidak ada, tidak hidup, tidak tampil, tidak hadir. Kursi lenyap. Pohon mangga menjadi kayu mangga. Harimau menjadi bangkai. Manusia mati. Demikianlah penting peranan eksistensia. Olehnya, segalanya dapat nyata ada, hidup, tampil, dan berperan.<br />Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang menekankan eksistensia. Para pengamat eksistensialisme tidak mempersoalkan esensia dari segala yang ada.<br />Pengertian Filsafat/blog/post/87/pengertian-filsafat.htmlTue, 07 Jun 2011 00:10:39 +0700/blog/post/87/pengertian-filsafat.htmlA. Pengertian Filsafat<br />1. Secara Etimologi<br />? Filsafat (Bhs Indonesia); falsafah (Bhs Arab); philosophy (Bhs Inggris); philosophie (Bhs Belanda); philosophia (Bhs Latin)<br />? Berasal dari bahasa Yunani, yaitu Philos-Philien (cinta; sahabat) sophos; Sophia (kebijaksanaan; pengetahuan yang bijaksana)<br />? Philosophy &gt; philien; to love; Sophia; wisdom<br /><br />2. Secara Terminologis adalah:<br />? Pengetahuan segala yang ada (Plato)<br />? Penjelasan rasional dari segala yang ada; penjajagan terhadap realitas yang terakhir, puncak hakiki (James K Faibleman)<br />? Usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan (Harold H Titus)<br />? Teori tentang pembicaraan kritis (John Passmore)<br />? Sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan secara radikal, sistematik dan universal (Sidi Gazalba)<br />? Refleksi menyeluruh tentang segala sesuatu yang disusun secara sistematis, diuji secara kritis demi hakikat kebenarannya yang terdalam serta demi makna kehidupan manusia di tengah-tengah alam semesta (Damardjati Supadjar)<br />Filsafat VS Idiologi<br />Sejarah pemikiran filsafat bermula ketika ada peristiwa dimana terdapat suatu kaum yang mengaku atau mengklem diri mereka paling bijak. Kaum tersebut adalah kaum Sofhis. Kemudian muncul pemikiran baru yang kontra melahirkan suatu kelompok kaum lain yaitu kaum filosofis. Kaum tersebut mengcounter pengakuan kaum Sofhis menjadi cinta kebjaksanaan, bagaimana mencapai suatu kebijaksanaan Filsafat adalah alat untuk mencapai kebenaran sejati. <br />Filsafat adalah alat untuk mencapai kebenaran sejati tapi penekanannya lebih pada substansi pikir atau usaha untuk mencapai kebijaksanaan. Filsafat tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, sebab hanya manusia yang dapat menyeimbangkan kehidupan di muka bumi. Manusia sebagai episentrum. <br />Berbeda tipis dengan filsafat, Idiologi lebih mengikat suatu kelompok yang mempercayai suatu pemikiran. Bagaimana mengikatnya suatu pemikiran untuk sekelompok orang yang memedominya.<br />B. Objek Filsafat<br />1. Objek material<br />Objek material filsafat merupakan sasaran kajian filsafat; yakni segala yang ?ada?, konkrit-abstrak, maujud-tidak maujud; materiil-immateriil; phisik-non phisik; manifest-laten.<br />2. Objek Formal<br />Objek formal filsafat adalah sudut pandang kefilsafatan dalam mengkaji objek materialnya itu, misalnya dari sudut ontologi (hakikat ada), epistimologi (hakikat pengetahuan), aksiologi (filsafat nilai) dll<br /><br />Proses dan Dimensi Filsafat<br />Proses berfilsafat bermula dari apa yang terjadi kemudian bagaimana itu terjadi dan lebih dalamnya adalah mengapa itu terjadi (what-how-why). Filsafat mamiliki dua dimensi yaitu dimensi proses dan dimensi hasil/filosofi.<br />C. Ciri-Ciri Berfikir Filsafat<br />Berfikir filsafat merupakan dimensi filsafat sebagai proses.<br />Berfilsafat adalah kegiatan berfikir atau merenung, memiliki beberapa ciri:<br />1. Kritis<br />Senantiasa mempertanyakan sesuatu<br />2. Radikat<br />Mendalam; sampai ke akar-akarnya<br />3. Konseptual<br />Generalisasi dan abstraksi dari berbagai pengalaman khusus<br />4. Koheren<br />Runtut; konsisten; tidak acak; tidak kacau; dan tidak fragmentaris<br />5. Rasional<br />Sesuai dengan nalar; hubungan logis antar bagian-bagian<br />6. Komprehensif<br />Menyeluruh; tidak parsial; tidak fragmentaris<br />7. Universal<br />Berlaku dimanapun; kapanpun; dalam situasi bagaimanapun<br />8. Spekulatif<br />Kebenarannya bersifat dugaan, tapi rasional<br />9. Sistematis<br />Ada hubungan abtar unsur; keseluruhan runtut<br />10. Bebas<br />Tidak terkekang; kreatif<br />Filsafat adalah alat untuk mencapai kebenaran sejati tapi tidak semua kebenaran dapat difilsafati<br />Contohnya Agama, karena kebenaran hanyalah Tuhan yang sepenuhnya tahu semua tapi Agama dapat dilogika atau dinalarkan (beberapa aspek)<br />Komprehensif VS Koheren<br />Komprehensif adalah keseluruhan tentang suatu hal-hal menurut bagian-bagian yang berbeda. Sedangkan koheren lebih runtut.<br /><br />D. Sifat-sifat Dasar Filsafat<br />1. Mempunyai tingkat keumuman yang tinggi<br />2. Tidak faktawi (mendasarkan pada fakta-fakta)<br />3. Berkaitan dengan nilai<br />4. Mencengangkan<br />Bermula dari rasa heran, kekurangan bukti-bukti, kontemplasi (merenung)<br />5. Implikatif<br />Memunculkan pertanyaan-pertanyaan baru karena jawaban yang diperoleh tidak pernah pernah final (memuaskan)<br />6. Berkaitan dengan makna<br /><br /><br />E. Metode Filsafat<br />1. Metode Analisis<br />Yaitu melakukan perincian terhadap istilah-istilah atau pernyataan-pernyataan ke dalam bagian-bagiannya agar dapat menangkap makna yang dikandungnya. Memahami komponen terlebih dahulu kemudian menguraikan komponen<br />2. Metode Sintesis<br />Yaitu melakukan penggabungan semua pengetahuan yang diperoleh untuk menyusun suatu pandangan dunia<br />Metode ini kebalikan dari Analisis<br />Bukan dari sesuatu yang bulat, tapi dari serpihan atau bagian-bagian untuk mengambil suatu kesimpulan atau pemahaman yang utuh<br />Mikro cosmos : bentuknya tidak kasat mata <br />Contohnya : literature tentang spiritualisme-dunia kecil dalam diri kita<br />Pola tesis, antitesis, oleh Hegel disebut dialektika Hegel yang merupakan dialektika Matrealis<br />Contoh<br />o Tesis : Borjuasi<br />o Antitesis : Ploretarian<br />o Sintesis : non class society (masyarakat tanpa kelas)<br />3. Metode Analitiko-sintesis<br />Adalah penggabungan antara motode analisis dan sintesis dengan melakukan perincian terhadap istilah atau pernyataan, kemudian mengumpulkan kembali suatu istilah atau pengetahuan itu untuk menyusun suatu rumusan umum.<br />4. Metode Dialog Sokrates<br />Yaitu dialog antara dua pendirian yang berbeda. Metode dasar untuk penyelidikan filsafat adalah metode dialog Sokrates.<br />F. Perangkat Metode Filsafat<br />Perangkatnya adalah logika yaitu cara-cara atau aturan-aturan berfikir untuk mencapai kesimpulan setelah didahului oleh premis. Logika dibagi dua, yaitu:<br /><br />1. Logika Deduktif<br />Berangkat dari pernyataan umum yang tidak dipertanyakan lagi (dalil) untuk memperoleh kesimpulan khusus. Pembuktian logika deduktif dijelaskan dalam silogisme kategoris, terdiri dari tiga pernyataan:<br />a. Premis mayor<br />b. Premis minor<br />c. kesimpulan<br />2. Logika Induktif<br />Penarikan kesimpulan yang berasal dari pernyataan-pernyataan khusus. Keberadaan dari kesimpulan induktif bersifat riteria y .<br /><br />G. Aliran Filsafat<br /> Aliran Filsafat (aspek Geo-kultur)?<br />1. Barat<br />Berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani Kuno dan dipelajari secara akademis di Eropa dan daerah-daerah jajahannya. Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam filsafat yang menyangkut tema tertentu. Tema-tema itu adalah: riteria, riteria y, dan aksiologi. Tema pertama adalah ontologi. <br />Ontologi membahas tentang masalah ?keberadaan? sesuatu yang dapat dilihat dan dibedakan secara empiris (kasat mata), misalnya tentang keberadaan alam semesta, makhluk hidup, atau tata surya. Tema kedua adalah epistemologi. Epistemologi adalah tema yang mengkaji tentang pengetahuan (episteme secara harafiah berarti ?pengetahuan?). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan. Tema ketiga adalah aksiologi, yaitu tema yang membahas tentang masalah nilai atau norma sosial yang berlaku pada kehidupan manusia. (http://id.wikipedia.org)<br />Filsafat Barat terbagi :<br />? Klasik<br />Tokohnya : Thales, Socrates, Plato, Aristoteles, dyl<br />? Pertengahan<br />Tokohnya : Thomas Aquino<br />? Modern<br />Yaitu pada jaman Renaisance<br />Tokohnya : Descartes, Leibniz, Pascal, Spinoza, Hobbes, dll<br />? Kontemporer<br />Tokohnya : Foucault Camus, Sartre, Hubermas, Heidegger, dsb<br />2. Timur<br />Berkembang di Asia, (khususnya di India dan Tiongkok) dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Satu cirinya khasnya kedekatan hubungan filsafat dengan agama.<br />3. Timur Tengah<br />Ahli waris tradisi filsafat Barat. Orang-orang Arab/Islam (juga beberapa orang Yahudi) yang menaklukkan daerah sekitar Laut Tengah, menjumpai kebudayaan Yunani dengan Tradisi falsafi mereka.<br />Masih ada dua pembagian filsafat jika dilihat dari sudut pandang berbeda, yaitu:<br />1. Filsafat Islam<br />Filsafat Islam bukanlah filsafat Timur Tengah. Bila memang disebut ada beberapa nama Yahudi dan Nasrani dalam filsafat Timur Tengah, dalam filsafat Islam tentu seluruhnya adalah muslim. Ada perbedaan besar antara filsafat Islam dengan filsafat lain. Pertama, meski semula filsuf-filsuf muslim klasik menggali kembali karya filsafat Yunani terutama Aristoteles dan Plotinus, namun kemudian menyesuaikannya dengan ajaran Islam. Kedua, Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain masih ?mencari Tuhan?, dalam filsafat Islam justru Tuhan ?sudah ditemukan.?<br />2. Filsafat Kristen<br />Filsafat Kristen mulanya disusun oleh para bapa gereja untuk menghadapi tantangan zaman di abad pertengahan. Saat itu dunia barat yang Kristen tengah berada dalam zaman kegelapan (dark age). Masyarakat mulai mempertanyakan kembali kepercayaan agamanya. Filsafat Kristen banyak berkutat pada masalah riteria dan filsafat ketuhanan. Hampir semua filsuf Kristen adalah riteria atau ahli masalah agama. Sebagai contoh: Santo Thomas Aquinas, Santo Bonaventura, dsb.<br /><br /> Aliran Filsafat?<br />Beberapa aliran filsafat oleh filusuf antara lain:<br />1. Materialisme<br />Adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa tidak ada hal yang nyata kecuali materi. Pikiran dan kesadaran adalah hanya penjelmaan dari materi dan dapat dikembalikan pada unsure-unsur fisis.<br />Tokoh aliran ini antara lain: Demokritos (460-370 SM), Thomas Hobbes (1588-1679)<br />2. Rasionalisme<br />Aliran rasionalisme berpendapat bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal piker atau ratio.<br />Tokoh-tokohnya adalah Rene Descartes (159-1650), Spinoza (1632-1677), Leibniz (1646-1716)<br />3. Empirisme<br />Empirisme adalah aliran yang berpendirian bahwa semua pengetahuan manusia diperoleh melalui pengalaman indera dari alam empiris selanjutnya terkumpul dalam diri manusia sehingga menjadi pengalaman.<br />Tokoh-tokoh empiris antara lain: John Locke (1632-1704), David Hume (1711-1776)<br />4. Pragmatisme<br />Aliran ini tidak mempersoalkan tentang hakikat pengetahuan tapi mempertanyakan tentang pengetahuan dengan manfaat dan guna dari pengetahuan tersebut.<br />Tokoh aliran ini adalah C. S. Pierce (1839-1914), William James (182-1910)<br />5. Hedonisme<br />Aliran ini menyatakan bahwa kebahagiaan yang didasarkan pada suatu kenikmatan merupakan suatu tujuan dari tindakan manusia.<br />Aliran ini dihidupkan Jeremy Bentham pada akhir abad 18<br />6. Utilatianisme<br />Aliran ini menyatakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menimbulkan jumlah yang sebanyak-banyaknya kenikmatan atau kebahagiaan dalam dunia.<br />Aliran ini dikembangkan oleh Bentham dan Mill bersaudara<br />II. Tambahan Materi<br />Berdasarkan objek material dan formal filsafat maka lingkup pengertian filsafat menjadi sangat luas. Bidang lingkup pengertian filsafat antara lain: (Drs. Kaelan, 2002: 7-9)<br />1. Filsafat sebagai suatu kebijaksanaan yang rasional dari segala sesuatu<br />Filsafat sebagai suatu kebijaksanaan yang rasional tentang segala sesuatu tertentu dalam kaitannya dengan hidup manusia. Manusia dalam hidupnya senantiasa menghadapi berbagai macam problema hidup.<br />2. Filsafat sebagai suatu sikap dan pandangan hidup<br />Dalam menyelesaikan permasalahan, manusia harus berdasarkan sikap dan pandangan hidunya. Oleh karena itu manusia harus harus memiliki prinsip-prinsip sebagai suatu sikap dan pandangan hidup agar tidak terombang-ambing, mendalam, kritis dan terbuka.<br />3. Filsafat sebagai suatu kelompok persoalan<br />Persoalanpersoalan manusia dalam hidup memerlukan jawaban. Namun tidak semua persoalan manusia dikatakan filsafat. Persolan manusia yang termasuk dalam lingkup filsafat adalah bersifat fundamental, mendalam, hakiki serta memerlukan jawaban yang mendalam hakiki sampai pada tingkat hakikatnya.<br />4. Filsafat sebagai suatu kelompok teori dan sistem pemikiran<br />Filsafat dalam pengertian ini mengacu kepada suatu hasil atau teori yang dihasilkan oleh para filsuf.<br />5. Filsafat sebagai suatu proses kritis dan sistematis dari segala pengetahuan manusia<br />Filsafat berupaya untuk meninjau secara kritis segala pengetahuan manusia terutama ilmu pengetahuan yang berkembang dewasa ini.<br />6. Filsafat sebagai usaha untuk memperoleh pandangan yang komprehensif<br />Menurut para ahli filsafat spekulatif, tujuan filsafat adalah berupaya menyatu-padukan hasil-hasil pengalaman manusia dalam bidang keagamaan, etika derta ilmu pengetahuan yang dilakukan secara menyeluruh. Pemecahan masalah dengan cara berfikir yang khas menghasilkan himpunan pengetahuan khas juga dan kemudian berfungsi ganda bagi manusi yang berfilsafat, yaitu merupakan umban balik dalam menghadapi dan mengusahakan pemecahan masalah secara memuaskan.<br />Pengertian filsafat dari filsuf dapat disederhanakan menjadi dua pemikiran pokok, yaitu: (Drs. Kaelan, 2002: 10-11)<br /><br /><br />1. Filsafat sebagai produk<br />Pengertian filsafat yang mencakup arti-arti filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep dari para filsuf pada zaman dahulu, teori riter atau tertentu yang merupakan hasil dari proses berfilsafat dan yang mempunyai cirri-ciri tertentu.<br />Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil aktivitas berfilsafat dengan rite-ciri khas tertentu sebagai suatu hasil kegiatan berfilsafat dan pada umumnya proses pemecahan masalah filsafat ini diselesaikan dengan kegiatan berfilsafat sebagai proses yang dinamis.<br />2. Filsafat sebagai suatu proses<br />Filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat dengan menggunakan suatu cara dan metode tertentu yang sesuai dengan objek permasalahannya. Filsafat merupakan suatu riter pengetahuan yang dinamis tidak hanya sekumpulan dogma yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu riter nilai tertentu tetapi lebih merupakan suatu aktivitas berfilsafat, suatu proses yang dinamis dengan menggunakan suatu cara dan metode tersendiri.<br /><br />Analisis Abstraksi (Drs. Kaelan, 2002: 20-21)<br />Segala sesuatu di alam semesta ini pada intinya memiliki kuantitas, yaitu luas, bentuk berat serta jumlah. Kualitas, yaitu segala suatu yang melekat pada segala sesuatu. Selain itu, segala benda dan makluk hidup tidak berada secara sendirinya melainkan bersama-sama dengan benda-benda lainnya yang senantiasa mengelilinginya. Maka dalam hubungannya dengan benda-benda atau segala sesuatu yang lain terdapat aksidensia antara lain aksi, yaitu menyangkut perubahan segala sesuatu yang ada dari yang mungkin terjadi. Passi, menyangkut penerimaan perubahan yang dikatkan oleh suatu hal atau benda lain. Relasi, dimana setiap dalam hubungannya memiliki causa serta akibat.Tempat, segala sesuatu di alam semesta mengambil ruang. Waktu, segala sesuatu senantiasa berada dalam suatu waktu tertentu. Keadaan, bagaimana sesuatu iru ada peda tempatnya. Dan kedudukan, yaitu bagaimana sesuatu itu berada di samping benda atau sesuatu lain.<br />Proses analisis abstraksi dilakukan dengan menyisihkan setingkat demi setingkat aksidensia kemudian sampailah pada pengertian benda atau sesuatu itu sendiri memiliki kualitas dan kuantitas itu disingkirkan maka sampailah pada suatu inti yang terdalam yaitu substansi atau disebut hakikat segala sesuatu yang sifatnya tetap.<br /><br />Cabang-cabang Filsafat (Drs. Kaelan, 2002: 22-35)<br />Filsafat timbul karena adanya persoalan-persoalan yang dihadapi manusia. Maka muncullah cabang-cabang filsafat sesuai dengan pemikiran dan problema yang dihadapi oleh manusia. Cabang-cabang filsafat yang tradisional terdiri atas logika, metafisika, epistemology dan etika. Namun demikian berangsur-angsur berkembang sejalan dengan persoalan yang dihadapi oleh manusia. Cabang-cabang filsafat yang pokok antara lain :<br /><br />1. Metafisika<br />Yang berkaitan dengan persoalan tentang hakikat yang ada (segala sesuatu yang ada). Persoalan metafisika dapat diperinci menjadi tiga persoalan, yaitu riteria membahas tentang sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, kosmologi membahas tentang hakikat alam semesta sebagai suatu riter yang teratur dan antropologi yang membahas bagaimana hakikat perbedaan makluk hidup manusia dengan makhluk hidup lain.<br />Aliran dalam Metafisika antara lain dari segi kwantitas adalah monisme dengan tokohnya Thales (625-545), Anaximander (610-647), dan Anaximenes (585-528). Dualisme oleh Plato (428-348 SM), Rene Descartes (1596-1650), Leibniz (1946-1716), Leibniz (1946-1716) dan Immanuel Kant (1724-1804). Pluralisme oleh Empedokles (490-430SM), dan Anaxagoras (500-428 SM). Dari segi kwalitas antara lain Spiritualisme, tokohnya Plato dan Leibniz serta aliran materialism. Dari segi proses, yaitu Mekanisme oleh Leucippus dan Demokritus, serta Republik Descartes. Telelogis oleh Plato dan Aristoteles. Vitalisme tokohnya Hans Adolf Edward Driesch (1867-1940) dan Bergson (1859-1941).<br />2. Epistemologi<br />Yang berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan, yaitu tentang sumber, watak, dan kebenaran pengetahuan. Aliran-aliran dalam bidang pengetahuan antara lain Rasionalisme oleh Rene Descartes, Spinoza dan Leibniz. Empirisme oleh John Locke dan David Hume. Realisme tokohnya Aristoteles George Edward Moore dan Bertand Russell. Kritisme oleh Immanual Kant. Positivism dengan tokoh August Comte. Skeptisisme oleh Rene Descrates. Pragmatime oleh C.S Pierce dan William James.<br />3. Metodologi<br />Yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode ilmiah. Hal ini sangat penting dalam ilmu pengetahuan terutama dalam proses perkembangannya. <br /><br />4. Logika<br />Yang berkaitan dengan persoalan penyimpulan<br />5. Etika<br />Yang berkaitan dengan persoalan moralitas tentang pertimbangan-pertimbangan tindakan-tindakan baik dan buruk, susila dan tidak susila, etis dan tidak etis dalam hubungan antar manusia. Etika dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu etika riteria , etika deduktif, dan metaetika. <br />Aliran-aliran dalam bidang etika antara lain adalah Idealisme atau yang disebut Idealisme Etis oleh Immanuel Kant. Etika riteria misalnya Utilitarisme. Hedonisme oleh Jeremy Bentham. Utilatianisme oleh Bentam dan Mill bersaudara. Intuisionisme, tokoh-tokohnya H.A Prichard E.F Carrit dan W.D Ross.<br />6. Estetika <br />Yang berkaitan dengan persoalan keindahan, membicarakan tentang definisi, susunan dan peranan keindahan terutama dalam seni. Filsafat berkembang sesuai dangan perkembangan peradaban manusia, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Cabang-cabang filsafat yang beru atau yang disebut filsafat khusus antara lain Filsafat hukum yang membahas hakikat hokum, filsafat bahasa tentang hakikat bahasa, filsafat social yaitu membahas tentang hakikat hubungan atau interaksi manusia dalam masyarakat, filsafat ilmu yaitu membahas tentang hakikat ilmu pengetahuan, filsafat politik membahas tentang hakikat mesyarakat dan Negara dengan segala aspeknya, filsafat kebudayaan yaitu membahas tentang hakikat kebudayaan, filsafat lingkungan membahas tentang hakikat hugbungan manusia dengan lingkungannya, dll.<br /><br />Hubungan Filsafat dengan Ilmu Pengetahuan dan Agama<br />Ilmu filsafat bukanlah suatu ilmu praktis, bukan ilmu terapan. Semua ilmu pengetahuan memiliki rite-ciri ysiyu mrmiliki objek, metode, sistematis, dan riteria kebenaran yang universal.ilmu filsafat bersifat reflektif. Sedangkan ilmu-ilmu yang lain hanya membahas objek ilmu tersebut namun tidak pernah mempertanyakan dirinya sendiri. Baik filsafat maupun ilmu merupakan pengetahuan manusia. Keduanya berpangkal pada akal manusia untuk mencapai kebenaran. Keduanya memiliki syarat-syarat ilmiah. Merupakan suatu system pengetahuan manusia yang bersifat rasional dan sistematis. Perbedaannya adalah filsafat merupakan induk ilmu pengetahuan, filsafat bersifat spekulatif. Ilmu hanya menjelaskan fakta terutama fakta empiris sedangkan filsafat memahami, menginterpletasikan dan menafsirkan fakta secara rasional. Filsafat membahas objek secara menyeluruh baik meliputi gejala empiris maupun nonempiris, adapun ilmu hanya membahas gejala-gejala empiris saja dan bersifat khusus.<br />Hubungan dan perbedaan antara filsafat dan agama adalah baik agama maupun filsafat merupakan suatu usaha untuk mendapatkan suatu kebenaran yang hakiki melalui kegiatan akal budinya dengan segala kemampuan batiniyah. Namun filsafat berpangkal tolak pada akal budi beserta seluruh potensi batiniah manusia. Adapun agama kebenarannya bersumber pada wahyu Tuhan, manusia hanya menerima dengan suatu iman dan ketaqwaan. Agama hanya mampu dipahami dengan hukum Tuhan. Filsafat dalam memperoleh kebenaran hakiki adalah dengan cara mempertanyakan dan mempermasalahkan segala hal yang dihadapi manusia, kemudian diupayakan pemecahan dengan segala kemampuan akal budinya. Sedangkan agama berbeda, untuk sampai pada kebenaran hakiki maka manusia tidak dibenarkan untuk mempermasalahkan, mempertanyakan dan meragukan kebenaran yang diwahyukan Tuhan lewat utusannya. Dengan demikian agama harus berangkat dari kepercayaan, keimanan dan ketaqwaan manusia.<br />B. filsafat adalah pandangan hidup<br />C. <br />Masalah negeri ini tak kunjung usai, mulai dari persoalan sosial, korupsi, pelanggaran hukum, rendah diri terhadap bangsa lain, penyalahgunaan jabatan, sampai pada maraknya penculikan anak-anak. Rakyatnya masih bergumul dengan masalah pribadi, mulai dari krisis ekonomi sampai krisis identitas. <br /><br />Beragam masalah diatas kerap dikaji dalam ruang-ruang diskusi, seminar dan simposium tapi semua analisis masalah belum membuahkan hasil, seolah ada yang hilang dalam mengobservasi masalah tersebut. Yakni cara memaknai kehidupan. Problematika bangsa terlalu rumit untuk diselesaikan dengan pendekatan satu dimensi. Akar masalahnya bukan ketiadaan uang. Bangsa kita punya banyak sekali asset yang bisa dimanfaatkan.<br />D. <br />Persoalan pokoknya adalah cara berpikir, dan cara memaknai hidup. Masalah material di Indonesia, mulai dari kemiskinan sampai korupsi, bisa lenyap dengan mengubah persepsi warganya tentang hidup. Filsafat sebagai landasan hidup bisa memberikan sumbangan besar dalam hal ini.<br /><br />Filsafat<br /><br />Filsafat bukan sesuatu yang abstrak. Filsafat berangkat dari pergulatan hidup manusia di dunia. Berangkat dari realitas kehidupan yag kemudian merefleksi pemikiran untuk melakukan perubahan-perubahan untuk menjadi lebih baik.<br /><br />Filsafat juga bukan soal ateisme. Filsafat mengajak orang condong untuk memahami imannya secara tepat dan mendalam. Untuk itu kedangkalan hidup beriman harus dibongkar. Filsafat bisa menjadi godam yang efektif untuk tujuan itu.<br /><br />Filsafat tidak hadir untuk menyesatkan. Filsafat mengajak orang untuk berpikir secara mendalam tentang hidup mereka. Hasil dari filsafat adalah cara berpikir yang mendalam dan tepat tentang kehidupan. Filsafat mencerahkan orang melalui pikiran dan tindakan, apapun profesi yang digelutinya.<br /><br />Filsafat juga bukan hanya milik orang Eropa. Filsafat adalah dorongan dasar manusia untuk memahami dunia secara rasional dan sistematik. Filsafat hadir di sanubari setiap orang tanpa kecuali. Filsafat membuat hidup menjadi menggairahkan, bagaikan petualangan intelektual yang membahagiakan.<br /><br />Pandangan Hidup<br /><br />Filsafat tidak melulu soal berkutat dengan buku-buku sulit. Filsafat bisa menjadi pandangan hidup yang membahagiakan. Filsafat dimulai dengan pertanyaan yang mendasar tentang kehidupan, lalu dilanjutkan dengan penggalian yang seru dan menegangkan. Jalan hidup filsafat adalah jalan hidup yang penuh dengan petualangan.<br /><br />Dimulai dengan pertanyaan, dilanjutkan dengan penggalian, itulah kiranya cara hidup orang yang berfilsafat, apapun profesi resminya, bisa tukang sayur, tukang buah, manajer, direktur, guru, akuntan, dosen, atau apapun. Orang yang berfilsafat akan berpikir rasional. Ia tidak mudah percaya mistik, ataupun pendapat-pendapat umum yang menyesatkan dan menggelisahkan. Ia tidak terjebak pada gosip ataupun rumor yang berkeliaran.<br /><br />Orang yang berfilsafat menyampaikan pemikirannya secara sistematis. Tulisan dan pembicaraannya mudah untuk dimengerti. Ia runtut dalam berpikir. Ia runtut di dalam membuat keputusan. Ia akan menjadi orang yang komunikatif dan terbuka. Ia akan menjadi pemimpin yang bijaksana.<br /><br />Orang yang berfilsafat tidak pernah puas pada kedangkalan. Ia selalu mencari yang lebih dalam di balik segala sesuatu, apapun profesi hidupnya, entah itu manajer, akuntan, guru, tukang sayur, dan sebagainya. Ia akan menjadi seorang wirausahawan yang cemerlang. Ia akan menjadi manusia yang berkualitas.<br /><br />Orang yang berfilsafat percaya akan proses. Mereka bertekun dalam hening dan kesulitan untuk mencapai hidup yang dewasa, apapun profesinya. Orang yang berfilsafat percaya, bahwa kebaikan adalah suatu proses yang lambat dan berliku. Di dalam proses tersebut, ia akan bahagia.<br /><br />Beragam masalah di Indonesia tidak akan bisa selesai dengan pendekatan-pendekatan teknis, seperti pendekatan ekonomi teknis, pendekatan politik teknis, pendekatan teknologi teknis, ataupun pendekatan budaya teknis. Beragam masalah tersebut bisa selesai dengan sendirinya, jika setiap orang Indonesia mau berfilsafat, yakni menjadikan filsafat sebagai jalan hidup, apapun profesi sehari-hari mereka. Jalan hidup filsafat menawarkan pencerahan yang menggairahkan.<br />Persepsi, Bayangan, Fantasi/blog/post/86/persepsi-bayangan-fantasi.htmlTue, 07 Jun 2011 00:03:10 +0700/blog/post/86/persepsi-bayangan-fantasi.html1. PERSEPSI<br />a. Pengantar <br />Persepsi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang dimulai dengan diterimanya rangsangan, sampai rangsangan itu disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengenali dirinya sendiri dan keadaan sekitarnya (Bimo Walgito).<br />Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga didapatkan sesuatu yang berarti yang merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Dafidoff).<br />Pesepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu (Gibson).<br /><br />b. Proses Terjadinya Persepsi<br /> Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Obyek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indra merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima alat indra kemudian diteruuskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut dengan proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pussat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi di otak atau pusat kesadaran inilah yang disebut dengan proses psikologis. Dengan demikian dapat diketahui bahwa proses akhir dari proses persepsi adalah individu menyadari tentang apa yang dilihat, atau apa yang dingar, atau apa yang diraba. <br /><br />c. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi<br /> Faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu :<br />1. Obyek yang dipersepsikan<br /> Obyek persepsi dibedakan atas obyek yang nonmanusia dengan obyek manusia. Obyek persepsi yang berujud manusia disebut person perception /social perception. Sedangkan persepsi yang berobyek nonmanusia disebut dengan things perception / nonsocial perception. Obyek persepsi manusia dapat mempengaruhi orang yang mempersepsi karena manusia yang dipersepsikan mempunyai kemampuan-kamampuan, perasaan, ataupun aspek-aspek lain seperti halnya orang yang mempersepsikan. <br /> Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar atau dari dalam individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerimaan yang bekerja sebagai reseptor. Stimulus mempunyai batas kekuatan minimal yang dapat mempengaruhi kesadaran pada individu, disebut ambang absolute sebelah bawah ( Underwood,1949) atau juga disebut ambang stimulus (Townsend 1953) yaitu kekuatan stimulus minimal yang dapat disadari oleh individu. Dan kemampuan individu dalam membedakan stimulus yang satu dengan stimulus yang lain yang berbeda kekuatannya disebut dengan ambang perbedaan.<br />2. Individu <br /> Jika stimulus merupakan faktor eksternal dalam proses persepsi, maka faktor individu adalah faktor internal. Individu bersikap selektif untuk menentukan stimulus stimulus mana yang akan diperhatikan sehingga menimbulkan kesadaran pada individu yang bersangkutan. Keadaan individu pada suatu waktu ditentukan oleh :<br />a) Sifat structural individu, yaitu keadaan individu yang lebih bersifat permanen.<br />b) Sifat temporer dari individu, yaitu keadaan individu pada suatu waktu.<br />c) Aktivitas yang sedang berjalan pada individu.<br />3. Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf<br /> Alat indra atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.<br />4. Perhatian<br /> Untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, perhatian merupakan langkah pertama sebagai sesuatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditujukan pada suatu kumpulan obyek. <br /> Ditijau dari segi timbulnya perhatian, perhatian dapat dibedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.<br />1) Perhatian Spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya. Perhatian ini erat hubungannya dengan minat individu, apabila individu telah mempunyai minat terhadap suatu obyek, maka terhadap obyek itu biasanya timbul perhatian yang spontan. Misalnya apabila seseorang mempunyai minat terhadap musik, maka secara spontan perhatian akan tertuju kepada musik yang didengarkan.<br />2) Perhatian Tidak Spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sengaja, karena itu harus ada kemauan untuk menimbulkannya. Misalnya seorang murid yang tidak suka dengan pelajaran sejarah, dan diharuskan untuk mengikuti pelajaran sejarah maka dalam belajar ia harus dengan sengaja menimbulkan perhatian. <br /> Dilihat dari banyaknya obyek yang dapat ditangkap dicakup oleh perhatian pada suatu waktu, perhatian dapat dibedakan, perhatian yang sempit dan perhatian yang luas.<br />1) Perhatian yang sempit, yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatikan sedikit obyek.<br />2) Perhatian yang Luas, yaitu perhatian individu yang suatu waktu dapat memperhatikan banyak obyek sedikitpun.<br /> Perhatian juga dapat dibedakan atas perhatian yang terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi.<br />1) Perhatian yang terpusat, yaitu inndividu pada suatu waktu hanya hanya dapat memusatkan perhatiannya hanya pada satu obyrk saja.<br />2) Perhatian yang begi-bagi, yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau obyek.<br /> Dilihat dari frekuensi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis.<br />1) Perhatian yang statis, yaitu itu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju pada obyek tertentu saja.<br />2) Perhatian yang dinamis, yaitu individu dapat memindah perhatiannya secara lincah dari satu obyek ke obyek lain. <br /> Macam-macam perhatian dapat diketahui dengan menggunakan tes yaitu:<br />1) Tes Bourdon, yaitu tes yang berwujud sekumpulan titik yang tertentu jumlahnya.<br />2) Tes Kraepelin, yaitu tes yang berwujud sederetan angka-angka, dan testee ditugaskan untuk menjumlahkan angka-angka yang berderetan.<br />Baik dengan tes bourdon maupun tes kraepelin akan dapat diketahui tentang :<br />? Pengruh gangguan terhadap perhatian<br />? Macam perhatian apa yang ada dalam individu<br />? Ritme individu bekerja<br />? Tempo individu bekerja<br />? Ketelitian individu bekerja<br /> Dari hal-hal tersebut dapat dikemukakan bahwa untuk mengadakan persepsi dibutuhkan beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadinya persepsi, yaitu (1) obyek atau stimulus yang dipersepsikan, (2) alat indra serta syaraf-syaraf serta susunan syaraf, yang merupakan syarat fisiologis, (3) perhatian yang merupakan syarat psikologis.<br /><br />d. Gangguan Pada Persepsi<br />Manusia yang mempunyai ego yang sehat dapat membedakan antara<br />fantasi dan kenyataaan. Mereka dalap menggunakan proses pikir yang logis, membedakan dengan pengalaman dan dapat memvalidasikan serta mengevaluasinya secara akurat. Jika ego diliputi rasa kecemasan yang berat maka kemampuan untuk menilai realitas dapat terganggu. Persepsi mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus eksternal.<br />Misalnya sensoris terhadap rangsang, pengenalan dan pengertian akan perasaan seperti : ucapan orang, objek atau pemikiran. Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang dirasakan.<br />Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensoris dari pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Gangguan ini dapat<br />bersifat ringan, berat, sementara atau lama. (Harber, Judith, 1987,).<br /><br /><br /><br />? Halusinasi<br />Merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi pengalaman panca indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi indra yang<br />salah). Menurut Cook dan Fotaine (1987), halusinasi adalah persepsi<br />sensorik tentang suatu objek, gambaran dan pikiran yang sering terjadi<br />tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem<br />penginderaan (pendengaran, penglihatan, penciuman, perabaan atau<br />pengecapan), sedangkan menurut Wilson (1983), halusinasi adalah<br />gangguan penyerapan/persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari<br />luar yang dapat terjadi pada sistem penginderaan dimana terjadi pada saat<br />kesadaran individu itu penuh dan baik. Maksudnya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsangan dari luar dan dari<br />individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.<br />Halusinasi yang tidak normal (patologis) adalah halusinasi yang sesuai dengan panca indra, yaitu :<br />Halusinasi auditorik (pendengaran), jenis ini paling sering terjadi dibandingkan dengan jenis lainnya. Penderita mendengar suara-suara orang yang berbicara atau mendengar suara-suara kacau balau yang tidak jelas yang sebenarnya tidak ada.<br />Halusinasi visual (penglihatan), penderita melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada seperti melihat bayangan, kilatan sinar suci atau melihat sesorang yang telah meninggal.<br />Halusinasi olfaktorik (pembauan), penderita mencium bau tertentu yang sebenarnya tidak ada di tempat tersebut.<br />Halusinasi taktil (perabaan), penderita merasakan adanya sentuhan baik yang membuatnya merasa nikmat atau tidak nyaman yang sebenarnya rangsangan tersebut tidak ada.<br />Halusinasi gustatorik (pengecapan), penderita merasakan ada rasa makanan atau rasa suatu zat yang sebenarnya hal tersebut tidak ada.<br /><br /><br /><br /><br />? Ilusi<br />adalah suatu persepsi panca indera yang disebabkan adanya rangsangan panca indera yang ditafsirkan secara salah. Dengan kata lain, ilusi adalah interpretasi yang salah dari suatu rangsangan pada panca indera. Sebagai contoh, seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat meng-interpretasikan suara gemerisik daun-daun sebagai suara yang mendekatinya. Ilusi sering terjadi pada saat terjadinya ketakutan yang luar biasa pada penderita atau karena intoksikasi, baik yang disebabkan oleh racun, infeksi, maupun pemakaian narkotika dan zat adiktif. Ilusi terjadi dalam bermacam-macam bentuk, yaitu ilusi visual (penglihatan), akustik (pendengaran), olfaktorik (pembauan), gustatorik (pengecapan), dan ilusi taktil (perabaan).<br /><br /><br /><br />2. BAYANGAN<br />a. Pengantar <br /> Bayangan sering disebut juga dengan tanggapan. Dalam persepsi telah dikemukakan bahwa dengan perantara alat indra orang dapat menyadari tantang hal-hal dan keadaan di sekitarnya. Dalam proses persepsi terjadilah gambaran dalam jiwa seseorang. Ternyata gambaran itu tidak hilang begitu saja, tetapi dapat disimpan dalam jiwa individu. Dan sewaktu-waktu gambaran itu dapat dibayangkan atau di timbulkan kembali atau yang disabut dengan representasi. Gambaran yang dibentuk bayangan biasanya kurang jelas bila dibandingkan dengan gambaran yang dibentuk pesrepsi.<br />b. Bayangan Eidetik<br /> Bayangan eidetik adalah bayangan yang terang dan jelas seperti menghadapi obyreknya sendiri. Bayangan eidetik dikemukakan oleh Urbantschnitssh yang kemudian diteliti lebih lanjut oleh Erich dan Walter Jeansch yang kemudian digunakan dalam ajaran karakterologi. Bayangan eidetik ini banyak terdapat pada kalangan anak-anak, tetapi tidak berarti bahwa pada orang dewasa tidak ada yang mempunyai bayangan semacam ini. Pada orang dewasapun kadang-kadang dijumpai bayangan eidetik. Bayang eidetik dan bayangan pengiring (afterimage) adalah bayangan yang berbeda sekalipun kedua bayangan itu sama-sama jelas. Erich dan Walter Jaensch membedakan bayangan eidetik menjadi dua yaitu : <br />1) Tipe T (tetanoide)<br />Pada tipe ini bayangan lebih menyerupai bayangan piringan. Sesudah melihat sesuatu benda seakan-akan benda masih terlihat di hadapannya. Biasanya bayangan ini manampak dengan warna yang komplementer. <br />2) Tipe B (basedoide)<br /> Bayangan pada tipe ini dapat muncul dengan sendirinya, dan dapat pula dapat timbul dengan sengaja. Pada umumnya bersifat hidup, bergerak dan dengan warna yang asli.<br />c. Halusinasi dan Bayangan Eidetik<br />Pada saat seseorang berhalusinasi ia merasakan bahwa seakan-akan ia menerima suatu stimulus yang sebenarnya secara obyektif stimulus tersebut tidak ada. Pada saat halusinasi terjadi bayangan yang jelas (bayangan eidetik) seperti pada persepsi. Tetapi individu tahu bahwa itu hanyalah merupakan bayangan saja, obyekknya sendiri pada waktu itu tidaka ada. Jadi individu pada waktu itu tahu dan sadar bahwa stimulus pada waktu itu tidak ada sekalipun bayangan sangat jelas.<br />d. Asosiasi dan Reproduksi<br />Individu dapat mempersepsi sesuatu yang ada di sekitarnya, dan hasil dari persepsi tersimpan dalam jiwanya, bilamana perilaku dapat ditimbulkan kembali dalam alam kesadaran. Bagaimana caranya menimbulkan kembali dapat terjadi :<br />1) Menurut kemauan sendiri, yaitu jika bayangan-bayangan itu dengan sengaja ditimbulkan.<br />2) Tidak menurut kemauan individu, yaitu apabila bayangan itu dengan sendirinya mendesak dan muncul dalam alam kesadaran.<br /> Pada umumnya bayangan satu berhubungan dengan bayangan yang lain. Apabila ini terjadi maka akan terjadi asosiasi antara bayangan satu dengan bayangan yang lain. Kekuataan untuk menghubungkan antara bayangan satu dengan bayangan yang lain diseMotivasi dan Agresi/blog/post/85/motivasi-dan-agresi.htmlTue, 07 Jun 2011 00:01:38 +0700/blog/post/85/motivasi-dan-agresi.htmlA. MOTIVASI<br />1. DEFINISI MOTIVASI<br />Apakah motif itu? Apa bedanya dengan motivasi?<br />Pada dasarnya, motif merupakan dorongan atau daya upaya yang mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah penggerak dari motif itu sendiri. Hal-hal yang mempengaruhi motif itulah yang disebut motivasi.<br />? Pengertian Motivasi Menurut Psikologi<br />Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama. Kekuatan yang memberikan energi dan mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan (Baron 1992). Keadaan internal yang mendorong, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Berikut adalah pengertian motivasi dari berbagai perspektif dalam psikologi:<br />1. Perspektif Behavioral, menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi. Insentif adalah stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan. Dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer, dkk, 2000).<br />2. Perspektif Humanistis, menekankan pada kapasitas individu untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka dan peka terhadap orang lain. Berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan tertinggi dan sulit dalam hierarki Maslow diberi perhatian khusus yaitu aktualisasi diri.<br />3. Perspektif Kognitif, pemikiran individu akan memandu motivasinya, juga menekankan arti penting dari penentuan tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan (Schunk &amp; Ertmer, 2000; Zimmerman &amp; Schunk, 2001).<br />4. Perspektif Sosial, kebutuhan afiliasi adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab.<br />Menurut Mc. Donald motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Di sini, dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang kompleks.<br />Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan 3 hal yang sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi, yaitu : keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).<br />Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Motivasi dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.<br />Thomas L. Good dan Jere B. Braphy (1986) mendefinisikan motivasi sebagai suatu energi penggerak dan pengarah, yang dapat memperkuat dan mendorong seseorang untuk bertingkah laku. Ini berarti perbuatan seseorang tergantung motivasi yang mendasarinya.<br />Motivasi secara harafiah yaitu dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar, untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Sedangkan secara psikologi, berarti usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya, atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya.<br />Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh individu dapat tercapai.<br /><br />2. FAKTOR PENDORONG MOTIVASI<br />? Motiv untuk berhubungan dengan orang lain<br />? Motiv untuk berkuasa<br />? Motiv untuk berprestasi<br />? Motiv untuk bergabung<br />? Motiv untuk keamanan<br />? Motiv status<br /><br />3. BENTUK MOTIVASI<br />Memotivasi orang lain, bukan sekedar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh motivasinya. Berdasar tingkatannya motivasi dibagi menjadi :<br />1. Fear motivation, motivasi yang didasarkan atas ketakutan. Dia melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi, misalnya orang patuh pada bos karena takut dipecat.<br />2. Achievement motivation, motivasi karena ingin mencapai sesuatu. Motivasi ini sudah ada tujuan di dalamnya. Seseorang mau melakukan sesuatu karena dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu.<br />3. Inner motivation, motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam, yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan nilai (values) yang diyakininya. Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love) pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya.<br />Berdasar asalnya, motivasi dibagi menjadi :<br />1. Motivasi Intrinsik, adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu (tujuan) itu sendiri, motivasi yang didasarkan pada sebuah ?nilai? dari kegiatan yang dilakukan tanpa melihat penghargaan dari luar. Misalnya: murid mungkin belajar menghadapi ujian karena dia senang pada mata pelajaran yang diujikan itu sendiri. Ada 2 jenis motivasi intrinsik:<br />a. Determinasi diri, individu ingin percaya bahwa ia melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal.<br />b. Pilihan personal, pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Pengalaman optimal ini terjadi ketika individu terlibat dalam tantangan yang mereka anggap tidak terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.<br />2. Motivasi Ekstrinsik, melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan (reward) dan hukuman. Contohnya : guru memberi reward permen kalau murid bisa menjawab pertanyaan dengan baik. Karena dengan memberikan pujian atau hadiah dapat meningkatkan perasaan bahwa dirinya kompeten.<br /><br />4. TEORI-TEORI MOTIVASI<br />1. Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)<br />Maslow pendapat bahwa manusia mempunyai 5 tingkat (hierarki kebutuhan), yaitu : kebutuhan fisiologikal (physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan akan harga diri (esteem needs), aktualisasi diri (self actualization).<br />Istilah ?hierarki? dapat diartikan sebagai tingkatan. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua, sebelum kebutuhan tingkat pertama terpenuhi, yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.<br />Namun, kenyataan pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam dan pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.<br />2. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)<br />Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Menurutnya karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat, (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka.<br />3. Teori Clyton Alderfer (Teori ?ERG)<br />Teori Alderfer dikenal dengan akronim ?ERG? . Akronim ?ERG? merupakan dari : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)<br />Pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.<br />4. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)<br />Teori yang dikembangkan dikenal dengan ? Model Dua Faktor? dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau ?pemeliharaan?.<br />Faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku.<br />5. Teori Keadilan<br />Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Misal, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu : Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.<br />6. Teori penetapan tujuan (goal setting theory)<br />Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.<br />7. Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )<br />Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul ?Work And Motivation? mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai ? Teori Harapan?. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.<br />8. Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku<br />Dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku. Dalam hal ini berlakulah upaya yang dikenal dengan ?hukum pengaruh? yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekuensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekuensi yang merugikan.<br />9. Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.<br />Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, para ilmuwan terus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model. Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .<br />Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhaan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan. Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.<br />10. Optimal Arousal Theory<br />Robert M. Yerkes dan J.D. Dodson, pada tahun 1908 menyampaikan Optimal Arousal Theory atau teori tentang tingkat motivasi optimal, yang menggambarkan hubungan empiris antara rangsangan (arousal) dan kinerja (performance). Teori ini menyatakan bahwa kinerja meningkat sesuai dengan rangsangan tetapi hanya sampai pada titik tertentu, ketika tingkat rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu (Yerkes &amp; Dodson, 1908).<br />Homeostatis adalah proses suatu sistem menstabilkan dirinya sendiri dan isi-isinya dalam suatu rentangan keterbatasan yang dapat ditoleransi dan bahkan berubah-ubah dengan cara menurunkan tegangan.<br /><br />? HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN DAN MOTIVASI<br />Motivasi pada dasarnya bukan hanya merupakan suatu dorongan fisik, tetapi juga orientasi yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.<br /><br /><br />B. AGRESI<br />1. DEFINISI AGRESI<br />Buss (dalam Edmund &amp; Kendrick 1980) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah suatu respon memberikan stimulasi yang berbahaya kepada orang lain termasuk semua penyerangan fisik, menghina dan umpatan verbal. Berkowitz (1995) menyebutkan bahwa secara umum para ahli yang menulis mengenai masalah agresi.yang berorientasi penelitian mengartikan agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental. Scheneiders (1955), ia mengatakan bahwa agresif merupakan luapan emosi sebagai reaksi terhadap kegagalan individu yang ditampakkan dalam bentuk pengrusakan terhadap orang atau benda dengan unsur kesengajaan yang diekspresikan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.<br />Agresif menurut Baron (dalam Koeswara,1988) adalah tingkah laku yang ditunjukkan untuk melukai dan mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangya tingkah laku tersebut.<br />Perilaku agresif menurut David O. Sars (1985) adalah setiap perilaku yang bertujuan menyakiti orang lain, dapat juga ditujukan kepada perasaan ingin menyakiti orang lain dalam diri seseorang.<br />Agresi menurut Murray, didefinisikan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain. Atau secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain<br />Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai suatu pemuasan atau tujuan yang dapat ditujukan kepada orang atau benda yang biasa dilakukan dengan kata-kata (verbal) dan perilaku non verbal.<br /><br /><br /><br />2. FAKTOR PENYEBAB AGRESI<br />Menurut Sears, Taylor dan Peplau (1997), perilaku agresif disebabkan oleh dua faktor utama yaitu adanya serangan serta frustasi. Serangan merupakan salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam bentuk serangan verbal atau serangan fisik. Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, penghargaan atau tindakan tertentu.<br />Menurut Berkowitz (2003) dalam bukunya yang berjudul emosional behavior menyatakan bahwa adanya persaingan atau kompetisi juga dapat menjadi penyebab munculnya perilaku agresif.<br />Menurut Koeswara (1998), faktor penyebab individu berperilaku agresif bermacam-macam, sehingga dapat dikelompokkan menjadi faktor sosial, faktor lingkungan, faktor situasional, faktor hormon, alkohol, obat-obatan (faktor yang berasal dari luar individu ) dan sifat kepribadian (faktor-faktor yang berasal dari dalam individu), yaitu :<br />a. Penyebab social<br />? Frustasi, yakni suatu situasi yang menghambat individu dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya.<br />? Profokasi, dilihat sebagai ancaman yang harus dihadapi dengan respon agersif untuk meniadakan bahaya yang diisaratkan oleh ancaman tersebut.<br />b. Penyebab dari lingkungan<br />? Polusi Udara, bau busuk dan kebisingan dapat menimbulkan perilaku agresi tetapi tidak selalu demikian tergantung dari berbagai faktor lain.<br />? Kesesakan (crowding), meningkatkan kemungkinan untuk perilaku agresif terutama bila sering timbul kejengkelan, iritasi, dan frustasi karenanya.<br />c. Penyebab situasional<br />? Bangkitan seksual, yaitu film porno yang ?ringan? dapat mengurangi tingkat agresif, film porno yang ?keras? dapat menambah agresif.<br />? Rasa nyeri dapat menimbulkan dorongan agresi yaitu untuk melukai atau mencelakakan orang lain. Dorongan itu kemudian dapat tertuju kepada sasaran apa saja yang ada.<br />d. Alkohol dan obat-obatan<br />Ada petunjuk bahwa agresi berhubungan dengan kadar alkhohol dan obat-obatan. Individu yang menerima alkohol dalam takaran yang tinggi menunjukkan taraf agresifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang tidak menerima alkhohol atau menerima alkhohol dalam taraf yang rendah. Alkohol dapat melemahkan kendali diri peminumnya.<br />e. Sifat kepribadian<br />Menurut Baron, setiap individu akan berbeda dalam cara menentukan dirinya untuk mendekati atau menjauhi perilaku agresif. Ada beberapa yang memiliki sifat karakteristik yang berortientasi untuk menjauhkan diri dari pelanggaran-pelanggaran.<br />Menurut Davidoff perilaku agresif dipengaruhi oleh beberapa faktor :<br /><br />1. Faktor biologis<br />? Gen, berpengaruh pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresif.<br />? Sistem otak, sistem otak yang tidak terlibat dalam agersi ternyata dapat memperkuat atau menghambat sirkuit netral yang mengendalikan agresi.<br />? Kimia darah, (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.<br />2. Faktor lingkungan<br />? Kemiskinan, individu yang hidup dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan.<br />? Anoniomitas, terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak punya identiras diri). Jika seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri, karena ia merasa tidak terikat dengan norma masyarakat dan kurang bersimpati dengan orang lain.<br />? Suhu udara yang panas, suhu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresifitas.<br />3. Kesenjangan generasi<br />Adanya perbedaan atau jurang pemisah antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi antara keduanya adalah salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada anak.<br />4. Amarah<br />Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas system saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat yang biasanya disebabkan karena adanya kesalahan yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin tidak (Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, 1991). Pada saat amarah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam. Bila hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku agresif.<br />5. Peran belajar model kekerasan<br />Model pahlawan-pahlawan di film-film seringkali mendapat imbalan setelah mereka melakukan tindak kekerasan. Hal bisa menjadikan penonton akan semakin mendapat penguatan bahwa hal tersebut merupakan hal yang menyenangkan dan dapat dijadikan suatu sistem nilai bagi dirinya. Dengan menyaksikan adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresif.<br />6. Proses pendisiplinan yang keliru<br />Pendidikan disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk. Keadaan seperti akan membuat individu menjadi seorang penakut, tidak ramah dengan orang lain, membenci orang yang memberi hukuman, kehilangan spontanitas serta kehilangan inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan kemarahannya dalam bentuk agresi.<br /><br />3. BENTUK AGRESI<br />Murray (dalam Nurmaliah 1995) mengelompokan bentuk-bentuk perilaku agresif menjadi tiga yaitu<br />a. Bentuk emosional verbal, meliputi sikap membenci, baik yang diekspresikan dalam kata-kata maupun tidak, seperti marah, terlibat dalam pertengkaran, mengutuki, mengkritik di depan umum, mencemooh, mencaci maki, menghina, menyalahkan, menertawakan, dan menuduh secara jahat.<br />b. Bentuk fisik bersifat sosial, meliputi perbuatan berkelahi atau membunuh dalam rangka mempertahankan diri atau mempertahankan objek cinta, balas dendam terhadap penghinaan, berjuang dan berkelahi untuk mempertahankan negara, dan membalas orang yang melakukan penyerangan.<br />c. Bentuk fisik bersifat anti sosial (fisik asosial), meliputi perbuatan perampokan, menyerang, membunuh, melukai, berkelahi tanpa alasan, membalas penderitaan secara brutal dengan pengrusakan yang berlebihan, menentang otoritas resmi, melawan atau mengkhianati negara dan perilaku kekerasan secara seksual.<br /><br />4. TEORI-TEORI AGRESI<br />1. Teori Frustasi-agresi (frustration-aggression hypothesis)<br />2. Teori bawaan<br />a Teori Naluri<br />? Freud dalam teori psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri Agresi atau tanatos ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros. Jika Naluri Sex berfungsi untuk melanjutkan keturunan , Naluri Agresi berfungsi untuk mempertahankan jenis. Kedua Naluri tersebut berada dalam alam ketidak sadaran Khususnya pada bagian dari kepribadian yang disebut id dapat dipenuhi. Kendalinya terletak pada bagian lain dari kepribadian yang dinamakan Super ego yang mewakili norma norma yang ada dalam masyarakat dan ego yang berhadapan dengan kenyataan.<br />? K Lorenz 1976 Agresi merupakan bagian dari naluri hewan yang diperlukan untuk survival ( bertahan ), dalam proses evolusi. Agresi ini bersifat adaptif menyesuaikan diri terhadap lingkungan, bukan destruktif ( merusak lingkungan ).<br />b Teori Biologi<br />Teori biologi menjelaskan agresi dari proses faal maupun teori genetika (ilmu keturunan). Yang mengajukan proses faal antara lain adalah Moyer 1976 yang berpendapat bahwa perilaku agresif ditentukan oleh proses tertentu yang terjadi di otak dan susunan syaraf pusat. Demikian pula hormon laki-laki ( testoteron ) dipercaya sebagai pembawa sifat agresif .<br />Teori biologi yang meninjau perilaku agresif dari ilmu genetika dikemukakan oleh Lagerspetz ( 1979 ). Ia mengawinkan sejumlah tikus putih yang agresif dan tikus putih yang tidak agresif. Sesuai dengan hukum Mendel setelah 26 generasi diperoleh 50% tikus yang agresif dan 50% yang tidak agresif. Teori genetika ini juga dibuktikan melalui identifikasi ciri-ciri agresif pada pasangan pasangan kembar identik, kembar non identik dan saudara saudara kandung non kembar.Hasilnya adalah bahwa ciri-ciri yang sama paling banyak terdapat antara pasangan kembar identik ( Rushton Russel &amp; Wells 1984 )<br />3. Teori Lingkungan<br />a Teori Frustrasi ?Agresi Klasik<br />Teori ini dikemukakan oleh Dollard dkk (1939) dan Miller (1941) ini berpendapat bahwa agresi dipicu oleh frustasi. Frustasi itu sendiri artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Sehingga akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau objek. Dengan demikian agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi. Menurut formulasi ini, agresi bukan dorongan bawaan, tetapi karena frustasi merupakan kondisi yang cukup universal, agresi merupakan dorongan yang harus disalurkan.<br />b Teori Frustasi ? Agresi Baru.<br />Burnstein &amp; Worchel (1962) yang membedakan frustasi dan iritasi. Iritasi (gelisah, sebal), frustasi (kecewa, putus asa). Frustasi lebih memicu agresi daripada iritasi. Selanjutnya Berkowitz (1978, 1989) mengatakan bahwa frustasi menimbulkan kemarahan dan emosi marah inilah yang memicu agresi. Marah itu sendiri baru timbul jika sumber frustasi dinilai mempunyai alternatif perilaku lain dari pada perilaku yang menimbulkan frustasi itu.<br />c Teori direct experience / teori balajar sosial<br />Anderson &amp; Bushman menyatakn bahwa manusia tidak lahir dengan sejumlah respons-respons agresif tetapi mereka harus memperoleh respons ini dengan cara mengalaminya secara langsung (direct experience) atau dengan mengobservasi tingkah laku manusia lainnya. Individu yang tidak mempunyai sifat agresif cenderung akan menampilkan perilaku agresif jika ia telah mempelajarinya dari lingkungannya. Sebaliknya, individu yang mempunyai sifat agresif cenderung tidak akan menampilkan perilaku agresif jika lingkungannya tidak mendukung atau mengajarinya berperilaku agresif. Hal ini dibuktikan melalui eksperimen klasik dengan boneka Bobo yang dilakukan oleh Bandura &amp; Ross (Bandura, Ross, &amp; Ross, 1961). Dalam eksperimen ini, pada kelompok murid TK yang pertama ditampillkan video yang berisi perilaku agresif (memukul, menendang, membanting boneka Bobo) sedangkan pada kelompok murid TK yang kedua ditampilkan video yang tidak berisi perilaku agresif. Hasilnya, kelompok murid TK yang pertama berperilaku jauh lebih agresif dibandingkan dengan kelompok murid TK yang kedua bahkan mereka meniru adegan-adegan yang terdapat dalam video yang berisi perilaku agresif.<br />Selain itu, penelitian lainnya juga menunjukkan bahwa pada hewan yang lebih rendah, banyak respons yang selama ini dianggap instinctive murni ternyata sebenarnya adalah respons yang dipelajari. Contoh: seekor kucing muda memburu tikus bukan karena instingnya tetapi karena mereka mempelajari perilaku itu dengan melihat kucing lain yang lebih tua (Kuo, 1930). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif lebih merupakan perilaku yang dipelajari dari lingkungan (nurture) daripada perilaku yang diwariskan (nature).<br />4. Teori Kualitas Lingkungan<br />Menentukan reaksi positif atau negatif terhadap lingkungan. Salah satu dari teori ini adalah Teori Kualitas Fisik (ambient condition). Rihardjani dan Ancok menyajikan beberapa kualitas fisik yang mempengaruhi perilaku, yaitu : kebisigan, temperature, kualitas udara, pencahayaan dan warna. Menurut Ancok, keadaan bising dan temperature yang tinggi akan mempengaruhi emosi para penghuni. Sedangkan menurut Holahan tingginya suhu atau polisi udara paling tidak dapat menimbulkan dua efek yaitu efek kesehatan dan efek perilaku<br /> <br />KESIMPULAN<br />Motivasi adalah upaya penggerak motif untuk mencapai tujuan dan pemberi semangat. Sedangkan agresi adalah suatu penyerangan yang menimbulkan rasa ketidaknyaman pada objek yang diserang.<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />1. Santrock, John, W. 2004. Educational Psychology. New York: McGraw-Hill Co.<br />Santrock, John, W. 2008. Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.<br />2. http://www.psikologizone.com/motivasi-dalam-pendidikan<br />3. http://belajarpsikologi.com/pengertian-motivasi-belajar/<br />4. Baron, R.A., Byrne, D., &amp; Branscombe, N.R. (2006). Social psychology (11th ed.). Boston: Pearson Education, Inc.<br />5. Sarwono, S.W. (2002). Psikologi sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial. Jakarta: Balai Pustaka.<br />6. Sarwono, S.W. (2002). Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.<br />7. Wortman, C.B., Loftus, E.F., &amp; Weaver, C. (1999). Psychology (5th ed.). Boston: McGraw-Hill College.<br />8. http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2005/01/01/brk,20050101-01,id.html<br />9. http://ruangpsikologi.com/perilaku-agresi<br />10. http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html<br />11. Scheneider, Alexander. A. 1955. Personal Adjusment and Mental Healty. New York : Holt, Rinehart dan winston.<br />12. Koeswara, E. 1998. Agresi Manusia. Bandung : PT Erasco.<br />13. David, Jonathan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.<br />14. Abidin, Zainal. 2005. Penghakiman Massa. Jakarta : Erlangga.<br />15. Berkowitz, Leonard. 2003. Emotional Behavior ( buku kesatu ). Terjemahkan oleh Hartantni waro susiatni. Jakarta : PPM.<br />16. http: // <a href="http://www.">www.</a> E- psikologi. Com/ epsi/ individual detail. Asp ?id= 380.<br />17. http://www.a741k.web44.net/PERILAKU%20AGRESIF%20REMAJA.htm<br />18. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/<br />19. http://betterandthebest.wordpress.com/2010/04/02/teori-teori-agresi/<br />20. http://community.gunadarma.ac.id/blog/view/id_5143/title_teori-motivasi/<br />21. http://niandre7lovely.wordpress.com/category/psikologi/<br />Motif dan Dorongan Dasar Manusia/blog/post/84/motif-dan-dorongan-dasar-manusia.htmlMon, 06 Jun 2011 23:54:16 +0700/blog/post/84/motif-dan-dorongan-dasar-manusia.htmlMOTIF DAN DORONGAN DASAR MANUSIA<br />A. Pengertian Motif<br />Motif adalah dorongan yang sudah terikat pada suatu tujuan. Misalnya, apabila seseorang merasa lapar, itu berarti kita membutuhkan atau menginginkan makanan. Motif menunjuk hubungan sistematik antara suatu respon dengan keadaan dorongan tertentu. Apabila dorongan dasar itu bersifat bawaan, maka motif itu hasil proses belajar.<br /><br />B. Jenis-Jenis Motif pada manusia<br />? Gardner Murphy menggambarkan kebutuhan itu atas empat kategori, yang terdiri dari:<br />1. Kebutuhan dasar yang berkaitan bagian-bagian penting tubuh misalnya kebutuhan untuk makan, minum, udara, dan sejenisnya.<br />2. Kebutuhan akan kegiatan, meliputi kebutuhan untuk tetap bergerak<br />3. Kebutuhan sensorik yang meliputi kebutuhan untuk warna, suara, ritme, kebutuhan yang berorientasi terhadap lingkungan dan sejenisnya.<br />4. Kebutuhan untuk menolak sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti rasa sakit, ancaman, ketakutan, dan sejenisnya.<br />? Erich Fromm mengidentifikasi kebutuhan manusia itu berasal dari kondisi keadaannya, yang meliputi:<br />1. Keterhubungan versus narcissisme<br />2. Transenden-creativitas versus penghancuran<br />3. Kekeluargaan versus non kekelargaan<br />4. Rasa identitas-individualitas versus konformitas kelompok<br />5. Kebutuhan pengabdian rasional versus irrasional<br /><br />? Motif Biogenetis (Motif Fisiologis)<br />Motif-motif yang berasal dari kebutuhan organism demi kelanjutan kehidupannya secara biologis. Motif ini bercorak universal dan kurang terikat pada lingkungan kebudayaan tempat manusia itu kebetulan berada dan berkembang. Motif ini adalah hasil asli dalam diri orang dan berkembang dengan sendirinya.<br />Umumnya berakar pada keadaan jasmani, misal dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan seksual, dorongan untuk mendapatkan udara segar. Dorongan itu berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan untuk melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk hidup. Motif ini sering disebut juga sebagai motif dasar (basic motives) atau motif primer (primary motives), karena motif atau dorongan ini berkaitan erat dengan pertahanan eksistensi kehidupan.<br />Pada umunya motif ini timbul karena tidak adanya balans atau keseimbangan dalam tubuh. Mekanisme fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan ini dilengkapi dengan regulator atau motivated behavior. Misal udara dingin, keadaan ini mendorong manusia untuk mencari kehangatan, mencari selimut, atau benda-benda lain sebagai penghangat. Apabila orang merasa haus maka dia akan mencari minum untuk menyeimbangkannya.<br />Walaupun motif fisiologis merupakan motif alami, motif dasar, tetapi dalam manisfestasinya akan dipengaruhi pula oleh proses belajar. Misal apabila lapar, adanya dorongan atau motif untuk makan. Tetapi bagaimana cara makan dan apa yang akan dimakan sangat dipengaruhi oleh proses belajar, demikian yang lain-lainnya. Maka proses belajar merupakan hal yang penting dalam kaitannya dengan motif, juga dalam tujuan serta dalam kebutuhan-kebutuhan.<br />J Lapar<br />Lapar merupakan sinyal fisik yang menandakan perut harus segera diisi alias makan. Tapi ada beberapa orang yang selalu makan di saat perut sebenarnya tidak lapar. Bagaimana membedakan lapar fisik dan hasrat lapar?<br />Lapar fisik adalah fungsi biologis tubuh untuk makan dan mengganti energi yang hilang. Sedangkan hasrat lapar merupakan salah satu kebutuhan psikologis, yaitu keinginan makan disaat perut tidak merasa lapar.<br />Makan ketika perut tidak merasa lapar dapat menyebabkan seseorang makan berlebihan, makan tidak sehat dan akibatnya banyak masalah atau gangguan-gangguan kesehatan yang diperoleh. Lapar dbedakan menjadi 2, yaitu: <br /><br />a. Lapar secara fisik<br />1. Secara fisiologis seseorang merasakan perut lapar dan tak bertenaga.<br />2. Keinginan makan tidak akan hilang walaupun Anda mencoba untuk menunggu.<br />3. Keinginan makin besar seiring berjalannya waktu.<br />4. Tidak ada kegiatan lain yang dapat menghilangkan lapar, selain makan.<br />b. Hasrat lapar atau keinginan psikologis<br />1. Secara fisiologis Anda tidak merasa lapar.<br />2. Keinginan makan akan menghilang jika mencoba untuk menunggu.<br />3. Keinginan tidak meningkat seiring waktu.<br />4. Melakukan hal yang lain dapat mengalihkan keinginan Anda untuk makan.<br />J Seks<br />Hasrat seksual atau yang umum juga disebut dengan libido bukanlah istilah asing bagi kebanyakan orang. Libido adalah istilah yang biasa digunakan oleh pendiri psikoanalis, Sigmund Freud, untuk menamakan hasrat atau dorongan seksual. Ia mengatakan bahwa dorongan ini dikarakteristikkan dengan bertumbuhnya secara bertahap sampai puncak intensitas, diikuti dengan penurunan tiba-tiba dari rangsangan (Alexander, 1949).<br />Tidak terdapat definisi yang dapat diterima secara universal mengenai hasrat seksual (sexual desire) . Seringkali definisi hasrat seksual dibingungkan dengan aspek lain dari seksualitas manusia. Pada kenyataannya, hasrat seksual dapat diasosiasikan dengan perilaku seksual (sexual behavior) tapi pada dasarnya hasrat seksual terpisah dengan perilaku seksual (DeLamater dan Morgan Sill, 2005).<br />Para teoritisi dan peneliti menggunakan dua kerangka dalam memandang hasrat seksual. Pertama, asumsi yang paling sering dipergunakan mengenai hasrat seksual adalah dorongan alami (innate motivational force) seperti, insting, kebutuhan, tujuan, harapan, atau keinginan. Kedua, menekankan pada aspek relasional dari hasrat seksual. Dalam hal ini konseptualisasi hasrat sebagai salah satu faktor dalam konteks yang lebih luas (DeLamater dan Morgan Sill, 2005),<br />Pada permulaan tahun 1886, Von Krafft-Ebing (dalam, DeLamater dan Morgan Sill, 2005) mendefinisikan hasrat seksual sebagai kekuatan ?hukum fisiologis- physiological law? yang muncul bersama aktifitas otak (cerebral) (mengunakan imajinasi) dan sensasi- sensasi fisikal yang menyenangkan serta berasosiasi dengan aktifitas cerebral. Sependapat dengan Krafft-Ebing, Freud (dalam, DeLamater dan Morgan Sill, 2005) menerima pendapat hasrat seksual sebagai fakta biologis, alami, dorongan motivasional (motivational force).<br />Kaplan (dalam, DeLamater dan Morgan Sill, 2005) juga sependapat dengan definisi hasrat seksual diatas. Menurut Kaplan, hasrat seksual adalah keinginan yang besar (appetite) atau dorongan yang memotivasi kita untuk berperilaku seksual. Ditambahkan oleh Kaplan, seperti dorongan lainnya, seperti lapar, hasrat seksual diatur oleh pencegahan terhadap rasa sakit dan mencari kepuasan dan hasrat seksual diproduksi oleh pengaktifan sistem neural yang spesifik di otak.<br />Peneliti lain memilih mendefinisikan hasrat seksual bukan sebagai dorongan biologis tetapi sebagai kognitif atau pengalaman emosional, seperti kerinduan (longing), dan harapan (wishing). (Everaerd, Schriner-Engel, Schiavi, White, &amp; Ghizzani, dalam DeLamater dan Morgan Sill, 2005). Menurut Heider (dalam, DeLamater dan Morgan Sill, 2005), Hasrat adalah susunan motivasional yang muncul dari dalam (arises from within) dan di hadirkan kembali oleh harapan atau keinginan seseorang. Oleh karenanya, hasrat sangat subjektif, kondisi psikologis yang tidak membutuhkan refleksi dalam potensi tindakan maupun tindakan yang aktual.<br />Senada bahwa hasrat seksual sebagai pengalaman emosional, juga dikemukakan oleh Everaerd (dalam Graham, 2002) yang mengatakan hasrat seksual merupakan munculnya motivasi seksual dan proses ini secara umum tidak disadarai dan tanpa diinginkan oleh seseorang.<br />Harat seksual juga sering didefinisikan sebagai susunan motivasional yang dapat lebih luas dipahami sebagai ketertarikan terhadap objek seksual (semisal manusia) atau aktivitas, atau sebagai harapan, kebutuhan atau dorongan untuk mencari objek seksual atau upaya untuk melakukan aktivitas seksual (Regan dan Berscheid, dalam Regan dan Atkins, 2006).<br />Hasrat seksual juga diasumsikan terpisah dari fisiologis seksual atau peningkatan seksual organ genital seseorang (susunan dari pengaktifan refleks yang melibatkan organ seksual dan sistem saraf); Johnson, &amp; Kolodny dalam Regan dan Atkins, 2006), peningkatan seksualitas subjektif (kesadaran subjektif mengenai peningkatan seksual fisiologis seksual atau peningkatan seksual organ genital; Green &amp; Mosher, dalam Regan dan Atkins, 2006), aktivitas seksual (respon perilaku yang nampak; semisal mencium, petting, persetubuhan), dan perasaan seksual yang diasosiasikan dengan respon yang nampak; semisal, kepuasan, keintiman.<br /><br />? Motif Sosiogenetis<br />Motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkungannya. Motif ini tidak berkembang dengan sendirinya tetapi berdasarkan interaksi social dengan orang-orang atau hasil kebudayaan orang.<br /><br />? Motif Teogenesis<br />Motif yang berasal dari interaksi manusia dengan Tuhan, seperti nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupannya berusaha merealisasi norma-norma agama tertentu.<br /><br />C. TEORI MOTIF DASAR MANUSIA<br />1. Teori Drive ? Reinforcement<br /> Teori ?drive? bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang atau binatang. Contohnya., Freud ( 1940-1949 ) berdasarkan ide-idenya tentang kepribadian pada bawaan, dalam kelahiran, dorongan seksual dan agresif, atau drive (teorinya akan diterangkan secara lebih detail dalam bab kepribadian). Secara umum , teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. <br /> Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu mekanisme dorongan sejak kelahiran (tinbergen, lorenz, dan leyhausen dalam morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari (learned drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orag tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.<br />2. Drive Reduction Theory <br />Pada tahun 1943, Clark Hull mengemukakan yang menyatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus dalam belajar pun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang muncul mungkin bermacam-macam bentuknya (Budiningsih, 2005). Masih menurut Hull, suatu kebutuhan biologis pada makhluk hidup menghasilkan suatu dorongan (drive) untuk melakukan aktivitas memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa makhluk hidup ini akan melakukan respon berupa reduksi kebutuhan (need reduction response). Menurut teori Hull, dorongan (motivators of performance) dan reinforcement bekerja bersama-sama untuk membantu makhluk hidup mendapatkan respon yang sesuai (Wortman, 2004).<br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br /><a href="http://dodidnurianto.blogspot.com">http://dodidnurianto.blogspot.com</a> <br />Sobur, Alex,Drs, M.Si. 2003. Psikologi Umum Dalam. CV. Pustaka Setia. Bandung.<br /><a href="http://duniapsikologi.blogdetik.com">http://duniapsikologi.blogdetik.com</a><br /><br />Intelegensi/blog/post/83/intelegensi.htmlMon, 06 Jun 2011 23:53:09 +0700/blog/post/83/intelegensi.htmlPEMBAHASAN<br /><br />A. KEMAMPUAN MENTAL<br /><br />1. PENGERTIAN<br />Kemampuan mental adalah kemampuan dalam diri manusia yang dapat mempengaruhi perilaku, watak, dan sifat manusia di dalam kehidupan pribadi dan lingkungannya.<br /><br />2. HAL YANG TERMASUK KEMAMPUAN MENTAL DALAM INDIVIDU<br /><br />a. Intelegensi<br />Intelegensi adalah kemampuan individu utk berfikir &amp; bertindak secara terarah, serta mengolah &amp; menguasai lingkungan secara efektif (sarwono, 2000).<br />b. Bakat<br />kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yg sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tsb (Notoatmodjo, 1997).<br />c. Kreativitas<br />kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang diberikan. Sebaliknya, tes inteligensi hanya dirancang untuk mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan. Ini merupakan akibat dari pola pendidikan tradisional yang memang kurang memperhatikan pengembangan proses berpikir divergen walau kemampuan ini terbukti sangat berperan dalam berbagai kemajuan yang dicapai oleh ilmu pengetahuan.<br /><br />B. INTELEGENSI<br /><br />1. PENGERTIAN<br />Intelegensi adalah kemampuan seseorang atau kemampuan mental dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara mental, berfikir abstrak dan rasional dengan menerapkan pengetahuan untuk menghadapi situasi baru sehingga dapat mengatasi tantangan-tantangan yang dihadapinya sebagai upaya dalam memecahkan masalah. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.<br /><br />2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELEGENSI<br /><br />a. Faktor bawaan atau keturunan<br />Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50. sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes Iqnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang di adopsi. IQ mereka berkorelasi antara 0,40 ? 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 ? 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi, walaupun mereka tidak pernah saling kenal.<br /><br />b. Faktor Lingkungan (Faktor Pembentukan)<br />Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.<br />c. Faktor Minat <br />Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar,sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.<br /><br />d. Faktor Kematangan<br />Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik mauapun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.<br />Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak anak belum mampu mengerjakan atau memecahkan soal soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.<br /><br />e. Faktor Kebebasan<br />Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.<br />Kelima faktor diatas saling mempengaruhi dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu faktor saja.<br /><br />3. MACAM-MACAM TES INTELEGENSI<br /><br />a. Stanford-binet inteligence scale<br />Materi yang terdapat dalam Skala Stanford ? Binet berupa sebuah kotak berisi bermacam-macam benda mainan tertentu yang akan disajikan kepada anak-anak, dua buah buku kecil yang memuat cetakan kartu-kartu, sebuah buku catatan untuk mencatat jawaban dan skornya, dan sebuah manual/petunjuk pelaksanaan pemberian tes.<br />Tes-tes dalam skala ini dikelompokkan menurut berbagai level usia mulai dari Usia-II sampai dengab Usia Dewasa-Superior. Diantara Usia-II dan Usia-V, tesnya meningkat dengan interval setengah tahunan, sedangkan diantara Usia-V dan Usia-XIV, level usia mengingkat dengan interval satu tahunan. Level-level selanjutnya dimaksudkan sebagai level Dewasa-Rata-rata dan level Dewasa-Superior I, II, dan III. Setiap level usia dalam skala ini berisi enam tes, kecuali untuk level Dewasa-Rata-rata yang berisi delapan tes. Dalam masing-masing tes untuk setiap level usia terisi soal-soal dengan taraf kesukaran yang tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbedaan taraf kesukaran yang kecil itulah disusun urutan soal dari yang paling mudah sampai yang paling sukar.<br />Skala Stanford-Binet dikenakan secara individual dan soal-soalnya diberikan secara lisan oleh pemberi tes. Oleh karena itu, pemberian tes haruslah orang yang mempunyai latar belakang pendidikan yang cukup di bidang psikologi, sangat terlatih dalam penyajian tesnya, dan mengenal betul isi berbagai tes dalam skala tersebut. Penyajian tesnya sendiri mengandung kerumitan yang spesifik bagi masing-masing individu yang dites. Tidak ada individu yang dikenai semua soal dalam tes karena setiap subjek diberi hanya soal dalam tes yang berada dalam cakupan level usia yang sesuai dengan level intelektualnya masing-masing.<br />Skala ini tidak cocok untuk dikenakan pada orang dewasa (Anastasi, 1976 dalam Azwar 1996) sekalipun terdapat level usia Dewasa Superior dalam tesnya, karena level tersebut merupakan level intelektual dan dimaksudkan hanya sebagai batas-batas usia mental yang mungkin dicapai oleh anak-anak. Untuk memperoleh angka IQ skor pada skala Stanford-binet diubah atau dikonversikan dengan bantuan suatu tabel konversi. IQ yang dihasilkan oleh skala ini merupakan IQ-deviasi yang mempunyai rata-rata (mean) sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 16.<br />Versi terbaru skala Stanford-Binet diterbitkan pada tahun 1986. Dalam revisi terakhir ini konsep inteligensi dikelompokkan menjadi emat tipe penalaran yang masing-masing diwakili oleh beberapa tes, yaitu penalaran verbal (kosakata, keganjilan), penalaran kuantitatif (tes kuantitatif, rangkaian angka), penalaran visual abstrak (melipat kertas, mengkopi), memori jangka pendek (memori kalimat, memori sajian urutan benda).<br /><br />b. The Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)<br />WAIS-R terdiri dari skala verbal dan skala performansi. Skala Verbal terdiri dari:<br />1. Informasi<br />Berisi 29 pertanyaan mengenai pengetahuan umum yang dianggap dapat diperoleh oleh setiap orang dari lingkungan sosial dan budaya sehari-hari dimana ia berada.<br />2. Rentang Angka<br />Berupa rangkaian angka antara 3 sampai 9 angka yang disebutkan secara lisan dan subjek diminta untuk mengulangnya dengan urutan yang benar.<br />3. Kosa Kata<br />Berisi 40 kata-kata yang disajikan dari yang paling mudah didefinisikan sampai kepada yang paling sulit.<br />4. Hitungan<br />Berupa problem hitungan yang setaraf dengan soal hitungan di sekolah dasar.<br />5. Pemahaman<br />Isi subtes ini dirancang untuk mengungkap pemahaman umum.<br />6. Kesamaan<br />Berupa 13 soal yang menghendaki subjek untuk menyatakan pada hal apakah dua benda memiliki kesamaan.<br /><br />Untuk skala performansi adalah sebagai berikut:<br />1. Kelengkapan Gambar<br />Subjek diminta menyebutkan bagian yang hilang dari gambar dalam kartu yang jumlahnya 21 kartu.<br />2. Susunan Gambar<br />Berupa delapan seri gambar yang masing-masing terdiri dari beberapa kartu yang disajikan dalam urutan yang tidak teratur.<br />3. Rancangan Balok<br />Terdiri atas suatu seri pola yang masing-masing tersusun atas pola merah-putih. Setiap macam pola diberikan di atas kartu sebagai soal.<br />4. Perakitan Objek<br />Terdiri dari potongan-potongan langkap bentuk benda yang dikenal sehari-hariyang disajikan dalam susunan tertentu.<br />5. Simbol Angka<br />Berupa Sembilan angka yang masing-masing mempunyai simbolnya sendiri-sendiri. Subjek diminta menulis symbol untuk masing-masing angka di bawah deretan angka yang tersedia sebanyak yang dapat dia lakukan selama 90 detik.<br /><br />c. The Wechsler Inteligence Scale for Children-Revised (WISC-R)<br />Skala Wechsler pertama terbit tahun 1939. Ada tiga macam skala Wechsler:<br />1. WISC (Wechsler Intelligence Scale for Children) di tahun 1949. Banyak soal diambil langsung dari tes orang dewasa. WISC third edition Untuk usia 6-16 tahun 11 bulan.<br />2. WAIS (Wechsler Adult Intelligence Scale) di tahun 1955. Untuk usia 16-74 tahun. <br />3. Wechsler Preeschool and Primary Scale of Intelligence-Revised tahun 1989. Tes ini untuk rentang usia 3-7 tahun 3 bulan.<br />Masing-masing skala terdiri dari minimum lima subtes dan maksimum tujuh subtes. Revisi skala WISC yang dinamai WISC-R diterbitkan tahun 1974 dan dimaksudkan untuk mengukur inteligensi anak-anak usia 6 sampai dengan 16 tahun. WISC-R terdiri atas 12 subtes yang dua diantaranya digunakan hanya sebagai persediaan apabila diperlukan penggantian subtes.<br />Kekurangan skala Wechsler: kurangnya pendasaran teoritis yang menyulitkan penemuan basis interpretasi yang koheren. Selain itu juga komposisi skala-skala ini tampak menganggap bahwa domain kemampuan yang dipilih oleh subtesnya dalam semua tingkat umur sama. <br />Skala Verbal : <br />Information <br />Comprehension <br />Arithmetic <br />Similarities <br />Vocabulary <br />Digit Span <br /><br />Skala Performansi :<br />Picture<br />Picture Arrangement<br />Block Design<br />Object Assembly<br />Coding<br />Mazez<br /><br /><br /><br /><br />Pemberian skor pada subtes WISC-R didasarkan atas kebenaran jawaban dan waktu yang diperlukan oleh subjek dalam memberikan jawaban yang benar tersebut. Skor tersebut kemudian diterjemahkan ke dalam bentuk angka standar melalui table norma sehingga akhirnya diperoleh satu angka IQ-deviasi untuk skala verbal, satu angka IQ-deviasi untuk keseluruhan skala.<br />a. WPPSI-R<br />Yaitu Wechsler Preschool and Primary Scale. Untuk usia 3 tahun sampai 7 tahun 3 bulan.<br /><br />b. Advance Progressive Matrices<br />Disusun oleh J.C Raven pada tahun 1943, <br />J Bentuk yang tersedia: <br />Tes APM terdiri dari 2 set dan bentuknya non-verbal. Set 1 disajikan dalam buku tes yang berisikan 12 butir soal. Set II berisikan 36 butir soal tes. <br />J Aspek yang diukur:<br />Tes APM dimaksudkan untuk mengungkap kemampuam efisiensi intelektual. Tes APM ini sesungguhnya untuk membedakan secara jelas antara individu-individu yang berkemampuan intelektual lebih dari normal bahkan yang berkemampuan intelektual superior. <br />J Tujuan <br />J Untuk mengatur tingkat intelegensi, di samping untuk tujuan analisis klinis.<br /><br />c. Colours Progressive Matrices<br />J Bentuk yang tersedia:<br />Bentuk tes CPM ada dua macam yaitu berbentuk cetakan buku dan yang lainnya berbentuk papan dan gamabr-gambarnya tidak berbeda dengan yang di buku cetak. Materi tes terdiri dari 36 item/gambar. Item ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok atau 3 set yaitu set A, set Ab dan set B. item disusun bertingkat dari item yang mudah ke item yang sukar. Tiap item terdiri dari sebuah gambar besar yang berlubang dan dibawahnya terdapat 6 gambar penutup. Tugas testi adalah memilih salah satu diantara gambar ini yang tepat untuk menutupi kekosongan pada gambar besar. Pada dasarnya kedua bentuk tersebut dalam pelaksanaan tes memberikan hasil yang sama. (Raven, 1974) Kedua bentuk tes CPM dicetak berwarna, dimaksudkan untuk menarik dan memikat perhatian anak-anak kecil. (Raven, 1974)<br />J Aspek yang diukur<br />J Raven berpendapat bahwa tes CPM dimaksudkan untuk mengungkap aspek:<br />1. berpikir logis<br />2. kecakapan pengamatan ruang<br />3. kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa dan kemampuan integrasi<br />4. kemapuan berpikir secara analogi. <br />J Tujuan<br />Tes CPM dapat digunakan untuk mengungkap taraf kecerdasan bagi anak-anak yang berusia 5 samapai 1 tahun. Di samping itu juga digunakan untuk orang-orang yang lanjut usia dan bahkan utnuk anak-anak defective.<br /><br />d. Culture Fair Intelligence Test (CFIT), Scale 2 and 3 From A and From B<br />J Bentuk yang tersedia : Buku soal dan lembar jawaban yang terpisah.<br />J Aspek yang diukur : Tes ini mengukur factor kemampuan mental umum (g-factor)<br />J Tujuan<br />Tes ini dipergunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan factor kemampuan mental umum atau kecerdasan. Skala 2 untuk anak-anak usia 8-14 tahun dan untuk orang dewasa yang memiliki kecerdasan di bawah normal. Skala 3 untuk usia sekolah lanjutan atas dan orang dewasa dengan kecerdasan tinggi.<br /><br />e. The Standard Progressive Matrices (SPM) <br />Merupakan salah satu contoh bentuk skala inteligensi yang dapat diberikan secara individual ataupun kelompok. Skala ini dirancang oleh J.C. Raven dan terbit pada tahun 1960. SPM merupakan tes yang bersifat nonverbal, artinya materi soal-soalnya diberikan tidak dalam bentuk tulisan ataupun bacaan melainkan dalam bentuk gambar-gambar. Raven sendiri menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum.<br />SPM tidak memberikan suatu angka IQ akan tetapi menyatakan hasilnya dalam tingkat atau level intelektualitas dalam beberapa kategori, menurut besarnya skor dan usia subjek yang dites, yaitu:<br />Grade I : Kapasitas intelektual Superior.<br />Grade II : Kapasitas intelektual Di atas rata-rata<br />Grade III : Kapasitas intelektual Rata-rata. <br />Grade V : Kapasitas intelektual Terhambat.<br />Grade IV : Kapasitas intelektual Di bawah rata-rata.<br />f. The Kauffman Assesment Battery for Children (K-ABC)<br />Kumpulan tes ini menghasilkan empat skor global: Pemrosesan Berurutan, Simultan, Komposit, dan Pemrosesan Mental. Pemrosesan Simultan dipresentasikan tujuh subtes sementara Pemrosesan Berurutan dipresentasikan oleh tiga subtes. K-ABC dimaksudkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengetesan bagi kelompok-kelompok khusus, seperti anak-anak cacat dan anak-anak dari kelompok minoritas kultural dan bahasa, dan untuk membantu diagnosis ketidakmampuan belajar. <br />Terfokus pada pengolahan informasi. K-ABC merupakan rangkaian tes yang relatif baru yang diperuntukkan bagi anak-anak usia 2,5 sampai 12,5 tahun. Tes ini diciptakan oleh Alan S. Kaufman dan Nadeen L. Kaufman dari University of Alabama. Karena kurang mengandalkan kemampuan verbal, K-ABC bisa merupakan pengukuran pilihan untuk anak-anak yang kemahiran bahasa inggrisnya terbatas atau pendengarannya rusak. <br />Skala-skala inteligensi dalam baterai ini adalah:<br />? Sequential Processing Scale<br />Yaitu skala yang mengungkap kemampuan memecahkan permasalahan secara bertahap dengan penekanan pada hubungan serial atau hubungan temporal di antara stimulus.<br />? Simultaneous Processing Scale<br />Skala yang bertujuan mengungkap kemampuan anak memecahkan permasalahan dengan cara mengorganisasikan dan memadukan banyak stimuli sekaligus dalam waktu yang sama.<br />Baterai dalam skala ini juga menyajikan kombinasi Sequential dan Simultaneous Processing yang masing-masing disebut Mental Processing Composite Scale, Achievement Scale, dan Non-verbal Scale.<br />a. Kaufman Addolesent And Adult Inteligence Test (KAIT)<br />Tes ini dirancang untuk usia 11 hingga 85 tahun atau lebih. Tes ini menampilkan upaya untuk mengintegrasikan teori tentang inteligensi cair dan kristal. Skala yang dikristalisasikan mengukur konsep-konsep yang didapat dari proses sekolah dan akulturasi. Skala cairan mengukur kemampuan untuk menyelesaikan problem-problem baru. Soal-soal dalam tes ini cenderung menuntut semacam penyelesaian masalah dari pikiran operasional formal Piaget dan fungsi-fungsi evaluatif perencanaan yang menjadi ciri pemikiran orang dewasa.<br /><br />g. Kaufman Brief Inteligence Test (K-BIT)<br />Tes ini mencakup usia 4 hingga 90 tahun. Tes ini dirancang sebagai instrumen penyaringan yang cepat untuk memperkirakan tingkat fungsi intelektual.<br /><br /><br /><br />C. BAKAT<br />1. PENGERTIAN BAKAT<br />Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh kemampuan atau keterampilan, yang relative bisa bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus). Bakat khusus disebut juga talent.<br /><br /><br /><br />2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BAKAT<br /><br />a. Hereditas <br />Faktor hereditas atau bawaan ini biasanya dapat berpengaruh pada bakat seseorang, misal ayahnya seorang pelukis, maka bakat tersebut berkemungkinan untuk menurun pada sang anak.<br /><br />b. Keadaan lingkungan seseorang<br />Misalnya kesempatan, sarana prasarana, dorongan dan dukungan orang tua, taraf social ekonomi orang tua.<br /><br />c. Keadaan diri orang itu sendiri<br />Misalnya minatnya terhadap suatu bidang, keinginan untuk berprestasi.<br /><br />3. MACAM-MACAM TES BAKAT<br /><br />a. DAT (Differential Aptitude Test)<br />Tes ini disusun oleh George K. Binnett, Harold G. Seashore. Alexander G. Wesman<br />Tes ini dibuat dengan maksud untuk mendapat prosedur penilaian yang ilmiah, terintegrasi, dan standard, bagi murid-murid sekolah pria dan wanita pada grade 8-12. karena dengan dasar IQ saja dipandang sudah tidak memadai lagi. Hal tersebut dilatarbelakangi dengan makin sadarnya para ahli psikologi bahwa kemampuan mental tidak hanya terdiri dari satu faktor saja, tapi banyak faktor. Jadi dibutuhkan tes yang mengukur bermacam-macam faktor ini, dan tidak menghasilkan skor tunggal saja, tapi juga beberapa skor sesuai dengan kemampuan yang diukur.<br />DAT ini merupakan seri tes yang terdiri dar 7 tes, yaitu:<br /><br />1. Verbal Reasoning<br />2. Numerical Ability<br />3. Abstract Reasoning<br />4. Space Relation<br />5. Mechanical Reasoning<br />6. Clerical Speed and Accuracy<br />7. Language Usage <br /><br />b. SAT (Scholastic Aptitude Test)<br />Tes bakat yang dirancang untuk mengungkap prestasi belajar pada bidang tertentu.<br />Tes bakat skolastik ini umumnya memiliki empat jenis soal. Yaitu, tes verbal atau bahasa, tes numerik atau angka, tes logika, dan tes spasial atau gambar.<br />Tes bahasa berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, dan tes pengelompokan kata.<br />Tes angka berfungsi mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita.<br />Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika diagram.<br />Sedangkan tes spasial atau tes gambar, berfungsi mengukur daya logika (imajinasi) ruang yang dimiliki seseorang. Tes ini terdiri dari tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan<br />gambar dan tes identifikasi gambar.<br /><br />c. GATB (General Aptitude Test Battery)<br />Diciptakan oleh Charles E. Odell dari United States Employes Services. Tes ini digunakan untuk konseling pekerjaan si States Employment Service Office.<br /><br /><br />D. SYARAT-SYARAT TES YANG BAIK<br /><br />1. Validitas<br />Validitas berarti kualitas yang paling terpenting dalam suatu tes. Validitas tes menunjuk kepada pengertian apakah hasil sesuai dengan kriteria yang telah dirumuskan dan hingga mana tes tersebut telah mengukurnya. Suatu tes dikatakan valid jika tes tersebut dapat tepat mengukur kemampuan testee dengan benar dan sesungguhnya.<br />Terdapat 4 jenis validitas, yaitu:<br />a. Validitas Isi <br />Yaitu untuk mengetahui kajituan dari suatu instrumen ditinjau dari segi isi instrumen tersebut yang dilakukan dengan jalan membandingkan isi instrumen dengan komponen-komponen yang harus diukur.<br />b. Validitas Susunan<br />Untuk mengetahui apakah suatu instrumen memenuhi syarat-syarat validitas susunan atau tidak, maka harus membandingkan susunan instrumen tersebut dengan syarat-syarat penyusunan instrumen yang baik.<br />c. Validitas Bandingan<br />Kejituan suatu instrumen dilihat dari korelasinya terhadap keadaan yang sebenarnya dari responden tersebut saat pengukuran dilakukan.<br />d. Validitas Ramalan<br />Kejituan dari suatu instrumen ditinjau dari kemampuan instrumen tersebut meramalkan keadaan individu pada masa yang akan datang.<br /><br />2. Realibilitas<br />Reliabilitas menunjuk kepada ketetapan dari nilai yang diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan tes yang sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Konsep reliabilitas mendasari kesalahan yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu sebagai susunan dari kelompok itu mungkin berubah karenanya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam reliabilitas adalah:<br />a. Sebelum mengadakan tes harus diperhatikan terlebih dahulu keadaan fisik dan lingkungan di sekitar testi.<br />b. Jika korelasi mendekati satu atau kurang dari satu maka ketetapannya reliable tapi kalau korelasi lebih dari satu maka tidak reliable.<br /><br />3. Kesukaran<br />Tingkat kesukaran dalam suatu tes merupakan suatu hal yang perlu dipertimbangkan, karena tes psikologis berbeda dengan tes hasil belajar. Jika soal yang diberikan dalam tes psikologis terlalu mudah, maka semua akan dijawab dengan baik. Tapi tidak akan bisa mengungkapkan apa yang sebenarnya begitu juga dengan soal yang begitu rumit. Misalnya pada tes intelegensi (IQ) yang sudah ditentukan tingkat kesukarannya untuk umur tertentu, soal tes IQ untuk murid SD akan berbeda dengan murid SMP. Kesukaran item didefinisikan sebagai persentase manusia yang menjawab item dengan benar.Kesukaran item ditentukan beberapa hal antara lain umur siswa. Dalam keadaan lain kesukaran item digunakan untuk menentukan tingkatan, tujuan testing untuk membedakan antara siswa yang memiliki berbagai tingkat pengetahuan mengenai suatu subyek.<br /><br />4. Diskriminasi<br />Dalam analisis beda, arah kecendrungan alternatif jawaban pada item dipilih menjadi dua, jawaban satu dan dua. Pembagian arah jawaban tes tidak mengandung arti bahwa jawaban satu lebih baik daripada jawaban dua. Pembagian tersebut hanya sebagai kode. Bila kemungkinan jawaban suatu item terdiri dari dua alternatif, maka penentuan arah jawaban dapat dilakukan dengan mudah.<br /><br />5. Balance<br />Suatu tes yang baik harus seimbang. Semua aspek yang akan di ukur tak hanya menumpuk pada suatu item tertentu hingga hasil tes dapat mengukur apa yang akan diukur dan dapat mengungkapkan apa yang sebenarnya yang harus diungkapkan.<br /><br />6. Efisiensi dan Objektivitas<br />Efisiensi dapat berarti waktu yang diperlukan untuk menjawab item-item atau pertanyaan dalam melaksanakan tes dipergunakan dengan secepat mungkin<br />Objetivitas berarti dalam pelaksanaan tes seharusnya diperoleh skor yang sesuai dengan kemampuan testi atau bersifat apa adanya (objektif)<br />Penilaian dengan objektivitas disebut dengan penilaian objektif. Suatu tes yang objektif akan memberikan hasil yang sama bila dinilai oleh tester yang berbeda. Tipe tes yang objektif yang paling lazim adalah beri pertanyaan multiple choice, semua jawabannya bersifat khas dan telah ditentukan sebelumnya. Tipe lainnya yaitu tes yang berisi pertanyaan-pertanyaan ?true and false? dimana seseorang akan mengisi blangko dengan suatu cara atau ungkapan-ungkapan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tipe lain misalnya: <br /><br /><br />a. Multiple choice item<br />Multiple choice item terdiri dari stem dan nomor respon yang mungkin. Stem mungkin kalimat yang tidak lengkap atau pertanyaan. Jika stem merupakan kalimat yang tidak lengkap, tugas siswa adalah melengkapi dengan pernyataan yang paling tepat. Jika item merupakan pertanyaan, kita harus memberikan alternatif jawaban yang mungkin. Siswa disuruh memilih alternatif yang benar atau paling tepat. Alternatif jawaban terdiri dari jawaban yang benar dan beberapa pengecoh.<br />b. True -False item<br />True False item adalah kalimat deklarative, siswa menilai pernyataan yang disajikan benar atau salah. Erdapat beberapa argumen mengenai True-False item ini; pertama True-False item ini hanya dapat mengukur pengetahuan saja. Argumen kedua True-False item bersifat ambigo. Seringkali ke ambigo-an ini dirasakan oleh siswa yang tidak mempunyai pengetahuan yang dibutuhkan untuk menjawapab item. Argumen ketiga pendidik yakin bahwa siswa dapat memperoleh skor tinggi dengan menebak, karena hanya dua pilihan maka siswa mempunyai kesempatan 50 % untuk mendapatkan jawaban benar atau salah dengan menebak.<br />c. Matching Item<br />Matching terdiri dari dua paralel daftar, yang satu berisi stimulus atau stem yang lain berisi respon yang mngkin.Tugas siswa adalah mencocokkkan bentuk dari dua daftar, hal ini adalah menyeleksi respon ang paling cocok untuk setiap stimulus. Stimulus dapat menggunakan pernyataan verbal. Bagaimanapun, matching item cocock untuk beberapa tipe materi.<br />d. Short answer<br />Short answer memberikan beberapa tipe item yang akan direspon siswa dengan kata, phrase, kalimat, simbol atau nomer. Short-answer item yang sering digunakan adalah melengkapi item dengan kalimat atau beberapa kata yang hilang.<br /><br />e. Essay Question.<br />Essai question terdiri dari pernyataan, seringkali beberapa kalimat panjang yang menggambarkan situasi dan atau problem. Tugas siswa adalah menulis essay untuk menjawab problem yang dituju. Jawaban ini mungkin satu paragraf atau beberapa halaman. Perbedaan antara short answer dengan essay question adalah panjangnya respon yang dibutuhkan. Pada essay question lebih ditekankan pada mengorganisasikan dan menggabungkan materi. Problem dapat dilakukan pendekatan dengan berbagai cara.<br /><br /><br />f. Problems<br />Dalam beberapa cara problem memberikan fungsi yang sama dalam kursus matematika dan science sebagai essay question yang dikerjakan dalam studi sosial dan kursus humanity. Situasi dan atau beberapa informasi disajikan dan tugas siswa adalah memberikan solusi.<br /><br />7. Kespesifikan<br />Suatu tes psikologis dilakukan untuk dapat mengungkapkan kompetensi seseorang, seperti tes intelegensi harus dapat mengungkapkan kemampuan dasar dan intelegensi orang tersebut, demikian juga dengan tes bakat yang harus mampu mengungkapkan bakat yang dimiliki seseorang.<br /><br />8. Kecepatan<br />Mengacu kepada waktu dalam pelaksanaan tes. Waktu dalam pelaksanaan tes itu tidak terlalu lama dan tidak terlalu cepat. Untuk menentukan tes yang baik dan efisien<br />maka dapat dipertimbangkan melalui try out. <br /> DAFTAR PUSTAKA<br />Azwar, Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<br />Suryabrata, Sumardi. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Andi.<br />Jaali, H. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara<br />Dewa Ketut Sukardi. 1997. Analisis Tes Psikologis. Jakarta: Rinneka Cipta.<br />Amir Daien Indrakusuma. 1993. Evaluasi Pendidikan. Malang: Penerbit IKIP Malang.<br />Sobur, Alex. (2003) Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia. Manusia dan Lingkungan /blog/post/82/manusia-dan-lingkungan.htmlMon, 06 Jun 2011 23:47:36 +0700/blog/post/82/manusia-dan-lingkungan.htmlA. Definisi Lingkungan<br /><br /> Menurut Wikipedia Lingkungan adalah semua faktor-faktor biotik dan abiotik yang bekerja pada suatu organisme, populasi, atau komunitas ekologi dan mempengaruhi kelangsungan hidup dan pengembangan. Faktor biotik meliputi organisme itu sendiri, makanan mereka, dan interaksi mereka. faktor abiotik meliputi item seperti sinar matahari, tanah, udara, air, iklim, dan polusi. Organisme merespon perubahan dalam lingkungan mereka dengan adaptasi evolusi dalam bentuk dan perilaku.<br />? Lingkungan fisik, yaitu lingkungan yang berupa alam, misalnya keadaan tanah, keadaan musim dan sebagainya. Lingkungan alam yang berada akan memberikan pengaruh yang berbeda pula kepada individu. Misalnya : daerah pegunungan akan memberikan pengaruh yang lain bila dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah dibandingkan dengan daerah pantai. Daerah yang mempunyai musim dingin akan memberikan pengaruh yang berbeda dengan daerah yang penuh dengan musim panas<br />? Lingkungan sosial yaitu merupakan lingkungan masyarakat, dimana dalam lingkungan masyarakat ini adanya interaksi individu satu dengan yang lain. Keadaan masyarakat pun akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan individu.<br />Lingkungan sosial primer, yaitu lingkungan sosial dimana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota yang lainnya, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lain. Oleh karena antara anggota telah ada hubungan yang erat, maka sudah tentu pengaruh dari lingkungan sosialini akan lebih mendalam bila dibandingkan dengan lingkungan sosial yang hubungannya tidak erat<br />Lingkungan sosial sekunder yaitu lingkungan sosial yang hubungan anggota satu dengan yang lainnnya agak longgar. Pada umumnya anggota satu dengan yang lain kurang atau tidak saling mengenal. Karena itu pengaruh lingkungan sosial sekunder akan kurang mendalam bila dibandingkan dengan pengaruh lingkungan sosial primer<br /><br />B. Definisi Manusia<br />Menurut Burke definisi manusia berbeda dari makhluk lain dengan keutamaan dia menggunakan simbol untuk berkomunikasi, pemahaman tentang negasi , pemisahan dari alam dengan teknik sendiri, keberadaannya dalam struktur sosial yang berbeda, dan tujuan untuk menjadi lebih baik daripada dia saat ini.<br />Hakekat manusia adalah sebagai berikut :<br />a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.<br />b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.<br />c. yang mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.<br />d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.<br />e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati<br />f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas<br />g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.<br />h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.<br />Psikologi Modern berpendapat bahwa manusia selain merupakan mahluk biologis yang sama dengan mahluk hidup lainnya, adalah juga mahluk yang mempunyai sifat-sifat<br />tersendiri yang berbeda dari segala mahluk dunia lainya. Oleh karena itu dalam mempelajari manusia kita harus mempunyai sudut pandang yang khusus pula, kita tidak dapat menjadikan manusia hanya sebagai objek seperti pandangan kaum materialis, tetapi kita juga tidak dapat memperlajari manusia hanya dari kesadaran saja seperti pandangan kaum idealis. Manusia adalah objek yang sekaligus juga subjek.<br />Menurut E. Cassiere manusia adalah mahluk simbolis, dan Plato merumuskan : ?Manusia harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan kehidupan politiknya?, sedangkan menurut faham filsafat eksistensialisme : ?Manusia adalah eksistensi?. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini, tetapi ia secara aktif ?mengada?. Manusia tidak semata-mata tunduk pada kodratnya dan secara pasif menerima keadaannya, tetapi ia selalu secara sadar dan aktif menjadikan dirinya sesuatu. Proses perkembangan manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri, berbeda dengan mahluk-mahluk lainnya yang sepenuhnya tergantung pada alam. Kebutuhan untuk terus-menerus menjadi inilah yang khas manusiawi, dan karenanya pulalah manusia bisa berkarya, bisa mengatur dunia untuk kepentingannya, sehingga<br />timbulah kebudayaan dalam segala bentuknya itu, yang tidak terdapat pula pada mahluk lainnya. Bentuk-bentuk kebudayaan ini antara lain adalah sistem perekonomian, kehidupan sosial dengan norma-normanya dan kehidupan politik.<br />Sebelum kita membahas mengenai sifat-sifat manusia yang lain daripada mahluk lainnya itu, kita akan melihat sifat-sifat manusia sebagai mahluk hidup pada umumnya :<br />1. Ikatan-ikatan biologis<br />Sebagai eksistensi manusia, maka manusia adalah mahluk biologis yang sampai pada batas-batas tertentu terikat pada kodrat alam. Manusia membutuhkan udara untuk bernafas, makanan dan minuman untuk mempertahankan hidupnya. Untuk memperkembangkan keturunannya,<br />manusia memerlukan pula hubungan seksual. Susunan syaraf, susunan tulang dan otot, peredaran darah, denyutan jantung, bekerjanya kelenjar-kelenjar dan<br />sebagainya, semuanya sudah diatur secara tertentu dan tidak dapat lagi diubah. Meskipun khalayan kita bisa menembus dimensi ruang dan waktu, tetapi badan kita kasar kita selalu terikat pada ruang dan waktu.<br />Dibandingkan dengan mahluk-mahluk lain, manusia adalah satu-satunya mahluk yang tidak dibekali alat-alat untuk bertahan dalam lingkungannya secara alamiah. Manusia tidak mempunyai buku tebal untuk melawan dingin, manusia tidak dapat berlari berlari cepat, manusia tidak dapat terbang,<br />manusia tidak mempunyai kuku dan taring yang tajam. Semua ini menunjukkan betapa manusia sebagai mahluk biologis yang sangat lemah. Hanya tingkat kecerdasan yang tinggilah satu-satunya modal manusia untuk tetap bertahan dalam dunia ini.<br /> <br />2. Mahluk hidup adalah Satuan Hidup<br />Manusia sebagai mahluk yang mempunyai bagian-bagian tubuh, terdiri dari satu atau dua bagian, ada pula yang lebih sempurna terdiri dari ratusan bagian, namun bagian-bagian itu merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tiap-tiap bagian mempunyai fungsinya sendiri-sendiri dan fungsi-fungsi itu dikoordinasikan agar mahluk yang bersangkutan mampu beradaptasi dan bertahan dalam lingkungannya. Bagian-bagian tubuh itu kalau dilepaskan dari organisasi tubuh secara keseluruhan tidak dapat lagi berfungsi. Misalnya, kaki yang terlepas dari tubuh tidak lagi berfungsi sebagai alat untuk berjalan. Khususnya pada manusia ?jiwa?, kesadaran dan ketidaksadaran juga termasuk dalam satuan hidup tersebut.<br />3. Sistem Energi yang Dinamis<br />Sebagai mahluk hidup, manusia selalu membutuhkan energi untuk mempertahankan hidupnya, untuk mengembangkan keturunan, untuk tumbuh dan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Karena kebutuhan akan energi itu, manusia selalu berusaha untuk mengadakan sejumlah energi dalam tubuhnya. Jumlah energi yang tersedia harus sesuai dengan yang diperlukan. Kalau manusia pada suatu saat demikian aktifnya sehingga membutuhkan energi yang melebihi persediaan yang ada, maka akan terjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan aktivitas tersebut.Perkembangan, Pertumbuhan, Maturasi (Kematangan)/blog/post/81/perkembangan-pertumbuhan-maturasi-kematangan.htmlMon, 06 Jun 2011 23:33:18 +0700/blog/post/81/perkembangan-pertumbuhan-maturasi-kematangan.htmlA. Pengertian Perkembangan<br />Perkembangan adalah bertambah kemampuan (skill) dalam struktur da fungsi tubuhyang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan. Sel-sel tubuh,jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa,sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga emosi,intelektual dan tingkah laku sebagai hasil iteraksi dengan lingkungan (Soetjiningsih, 1988).<br /><br />Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai perubahan ? perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya. (Akhmad Sudrajat : 2008)<br /><br />Perkembangan adalah suatu proses ke arah yang lebih sempurna sifatnya tetap, terus menerus dan tidak dapat terulang kembali ( Monks, dkk 2000 ) <br /><br />Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik suatu kesimpulan umum, bahwa yang dimaksud dengan perkembangan adalah perkembangan itu tidak terbatas pada pengertian pertumbuhan semakin membesar, melainkan di dalamnya juga terkandung serangkai perubahan psikis yang berlangsung terus-menerus dan bersifat tetap dari fungsi-fungsi jasmaniah dan rohaniah yang dimiliki individu. <br /><br />B. Pengertian Pertumbuhan<br />Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Soetjiningsih,1988).<br /><br /> C.P. Chaplin (2002), mengartikan pertumbuhan sebagai satu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian-bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan.<br /><br />Menurut A.E. Sinolungan, (1997), pertumbuhan menunjuk pada perubahan kuantitatif, yaitu yang dapat dihitung atau dapat diukur, seperti panjang atau berat tubuh<br /><br />Sedangkan Ahmad Thonthowi (1993), mengartikan pertumbuhan sebagai perubahan jasad yang meningkat dalam ukuran (size) sebagai akibat dari adanya perbanyakan (multiplication) sel-sel.<br /><br />C. Pengertian Maturasi <br />perkembangan untuk menunjukkan bahwa seseorang merespon keadaan atau lingkungan dengan cara yang tepat (Wikipedia)<br /><br /><br />1.PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PEAGET:<br />Piaget dalam memahami karakteristik perkembangan kognitif didasarkan pada usia tertentu sesuai tahapannya. Tahapan tersebut yaitu:<br />a. Tahap sensorimotorik (0-2 tahun)<br />Bayi menyusun pemahaman dunianya dengan mengkoordinasikan pengalaman indera (sensori) dengan gerakan otot (motorik).<br />b. Tahap preoperasional (2-7 tahun)<br />Dibagi menjadi 2 yaitu:<br />- simbolis (2-4 tahun): Anak mampu mempresentasikan obyek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang.<br />- intuitif (4-7 tahun): Anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan.<br />c. Tahap operasional kongkret (7-11 tahun)<br />Anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkret.<br />d. Tahap operasional formal (11-15 tahun)<br />Anak mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.<br />Perasaan, Emosi, Kesadaran/blog/post/80/perasaan-emosi-kesadaran.htmlMon, 06 Jun 2011 23:30:31 +0700/blog/post/80/perasaan-emosi-kesadaran.htmlA. PERASAAN<br /><br />1. Pengertian Perasaan<br /> Perasaan ialah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subyektif, untuk merasakan senang atau tidak senang, dan yang tidak bergantung pada perangsang dan alat- alat indera. (Drs. Agus Sujanto, 1989: 75).<br /> <br />2. Ciri Khas Perasaan<br />a. Subyektif<br />Setiap orang memil iki selera perasaan yang berbeda-beda.<br />b. Mudah Berubah<br />Apa yang kita benci hari ini, bisa jadi menjadi kita sukai keesokan hari.<br />c. Mudah Berubah<br />Perasaan tidak bisa muncul tanpa adanya stimulasi atau berhubungan dengan proses jiwa yang lain. Perasaan baru muncul ketika kita melakukan pengamatan, atau berfantasi atau berpikir, atau ketika mengindra. Perasaan tidak akan merasakan apa-apa jika tidak ada stimulus apapun.<br />d. Mengandung Penilaian<br />Dalam merasa sebenarnya kita membandingkan dengan perasaan-perasaan yang pernah kita rasakan sebelumnya, sebelum kemudian kita menilai. Ini menyenangkan atau tidak menyenangkan. Apa yang menyenangkan bagi seseorang belum tentu menyenangkan bagi orang lain.<br />e. Bekerja Berdasar Prinsip Kesenangan<br />Perasaan tidak memilih apa yang benar-salah atau baik-buruk. Ia hanya memilih berdasar prinsip kesenangan. Mana yang menyenangkan bagi jiwa itu yang selalu ia pilih. Perasaan tidak pernah memilih jalan penderitaan. Setiap penundaan terhadap kesenangan akan menimbulkan penderitaan, karena itu ia bersifat hedon.<br /><br />3. Penggolongan Perasaan<br />Begitupun juga perasaan dalam buku Psikologi Umum menurut keadaannya dibedakan menjadi dua golongan :<br />1. Golongan eukoloi ialah golongan orang yang selalu merasa tenang, gembira, dan optimis.<br />2. Golongan diskoloi ialah golongan orang yang selalu merasa tidak tenang, murung, dan pesimis (Drs. Agus Sujanto, 1989: 75).<br />Menurut Max Scheler:<br />1. Perasaan penginderaan, yaitu berhubungan denga penginderaan (panas, dingin, sakit)<br />2. Perasaan Vital, yaitu berhubungan dengan keadaan tubuh (segar, lesu)<br />3. Perasaan Psikis, merupakan penyebab perubahan psikis ( senang, sedih)<br />4. Perasaan Pribadi, yang dialami secara prinadi (terasing)<br /><br /><br />B. EMOSI<br />1. Pengertian Emosi<br />Emosi adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu, yang mempengaruhi perubahan dalam kejasmanian.<br /><br /><br />2. Ciri Emosi<br />a. Lebih bersifat subyektif daripada peristiwa psikologis lainnnya seperti pengamatan dan berfikir; <br />b. Bersifat fluktuatif atau tidak tetap, <br />c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera dan subyektif<br /> Menurut Syamsu Yusuf (2003) emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu: emosi sensoris dan emosi psikis. Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan lapar. Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan, seperti : <br />1) Perasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup kebenaran;<br />2) Perasaan sosial, yaitu perasaan yang terkait dengan hubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok; <br />3) Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika (moral); <br />4) Perasaan keindahan, yaitu perasaan yang berhubungan dengan keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian;<br />5) Perasaan ke-Tuhan-an, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious)<br /><br /> Sementara itu, Nana Syaodih Sukadinata (2005) mengetengahkan tentang macam-macam emosi individu, diantaranya: <br />1. Takut, cemas dan khawatir. Ketiga macam emosi ini berkenaan dengan rasa terancam oleh sesuatu;<br />2. Marah dan permusuhan, yang merupakan suatu perayaan yang dihayati seseorang atau sekelompok orang dengan kecenderungan untuk menyerang;<br />3. Rasa bersalah dan duka, yang merupakan emosi akibat dari kegagalan atau kesalahan dalam melakukan perbuatan yang berkenaan norma;<br />4. Cinta, yaitu jenis emosi yang menurut Erich Fromm berkembang dari kesadaran manusia akan keterpisahannya dengan yang lain, dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan karena keterpisahan tersebut.<br />Perubahan Jasmani yang terkait dengan emosi sesorang (Syamsu Yusuf (2003)): <br />Marah &gt;&gt;Peredaran darah bertambah cepat<br /><br />Terkejut &gt;&gt;Denyut jantung bertambah cepat<br /><br />Kecewa &gt;&gt;Bernafas panjang<br /><br />Sakit,marah &gt;&gt;Pupil mata membesar<br /> <br />Cemas &gt;&gt;Air liur mengering<br /><br /><br />Takut &gt;&gt; Berdiri bulu rom<br /><br />3. Hubungan emosi dan motivasi<br />Berkaitan dengan hubungan antara emosi dan motivasi, ada teori yang disebut Teori Arousal.<br />( Berelyne,1971 dalam Walgito,2003;216), yang menyebutkan Organisme mencari arousal atau tension (ketegangan) pada optimal level, Jika terlalu rendah, motivasi minimum dan performance tidak optimal.Jika arousal terlalu tinggi, konsentrasi menurun,performance terganggu.<br /><br />4. Teori-Teori Emosi (Walgito, 1997 dalam Khodijah,2006)<br />a. Teori Sentral, <br />Menurut teori ini, gejala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu; jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan-perubahan dalam kejasmaniannya. Contohnya : orang menangis karena merasa sedih.<br /><br />b. Teori Periferal (James-Lange)<br />Teori ini dikemukakan oleh seorang ahli berasal dari Amerika Serikat bernama William James (1842-1910). Menurut teori ini justru sebaliknya, gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, tetapi malahan emosi yang dialami oleh individu merupakan akibat dari gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini, orang tidak menangis karena susah, tetapi sebaliknya ia susah karena menangis.<br />c. Teori Kepribadian <br />Menurut teori ini, emosi ini merupakan suatu aktifitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian. Misalnya apa yang dikemukakan oleh J. Linchoten.<br />d. Teori Emosi Dua Faktor Schachter-Singer<br />Ketika seseorang mengahadapi kejadian yang membangkitkan emosi, umumnya pertama-tama ia akan mengalami gangguan fisiologis netral dan tidak jelas. Secara teoritis yang terjadi kemudian bergantung apakah ia mengetahui mengapa ia merasa jengkel dan bagaimana perasaannya jika ia tidak yakin mengenai emosi apa yang dirasakannya, ia kemungkinan akan mencari jawabannya pada situasi yang mungkin membantunya memahami apa yang sedang dirasakannya. Bagaimanapun halnya, menurut Schachter dan Singer, orang yang jengkel itu kemudian akan membentuk keyakinan tentang apa yang dirasakannya, dan kognisi ini akan membentuk kejengkelan umum yang tidak jelas menjadi suasana emosional tertentu.<br />e. Teori Emergency Cannon<br />Teori ini menyebutkan, emosi (sebagai pengalaman subjektif psikologik) timbul bersama-sama dengan reaksi fisiologik (hati berdebar, tekanan darah naik, nafas bertambah cepat, adrenalin dialirkan dalam darah, dsb)<br />Teori ini mengatakan pula bahwa, emosi adalah reaksi yang diberikan oleh organisme dalam situasi emergency (darurat).<br />Teori ini didasarkan pada pendapat bahwa ada antagonisme (fungsi yang bertentangan) antara saraf-saraf simpatis dengan cabang-cabang oranial dan sacral daripada susunan saraf otonom. <br /><br />5. Fungsi Emosi<br />a. Survival atau untuk mempertahankan hidup, seperti pada hewan.<br />b. Energizer atau pembangkit energi yang memberikan kegairahan dalam kehidupan<br />c. Messenger atau pembawa pesan (Martin dalam Khodijah, 2006)<br /><br />6. Jenis dan Pengelompokkan Emosi<br />Secara garis besar emosi manusia dibedakan dalam dua bagian yaitu :<br />? Emosi positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan positif pada orang yang mengalaminya, diataranya adalah cinta, sayang, senang, gembira, kagum dan sebagainya.<br />? Emosi negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci, takut dan sebagainya.<br /><br />7. Gangguan Emosional<br />? Teori Lingkungan<br />Teori Lingkungan ini menganggap bahwa penyakit mental diakibatkan oleh berbagai kejadian yang menyebabkan terjadinya stress. Pandangan tersebut beranggapan bahwa kejadian ini sendiri adalah penyebab langsung dari ketegangan emosi.<br />Menurut teori ini sama sekali tidak bisa menjelaskan mengapa pada suatu waktu kejadian tertentu membawa kesedihan, tetapi tidak demikian pada saat lain, atau mengapa seseorang bersikap sangat tenang pada waktu kejadian yang tidak menguntungkan, sedangkan orang lain bilaberhadapan dengan kejadian yang sama akan mengalami kecemasan. Menurut pandangan ini tekanan emosional bisa dihilangkan kalau masalah penyebab ketegangan tersebut ditiadakan.<br />? Teori Afektif<br />Kelepasan hanya dapat dicapai bila perasaan seseorang anak dimaklumi dan dihidupkan kembali dengan seseorang yang tidak akan menghukum anak tersebut atas keinginan-keinginanyang berbahaya. Orang yakin bahwa masalah-masalah tersebut akan hilangsecara berangsur-angsur dari benak segera sesudah yang tidakdisadari dijadikan sadar kepada si anak diperlihatkan bagaimana ia telah enciptakan masalah-masalahnya sendiri tanpa mengetahuinya.<br />? Teori Kognitif<br />Menurut Hauck (1967), perbaikan emosional mencakup tiga langkah. Pertama, kita harus memperlihatkan si anak anggapan-anggapan yang salah, yaitu merupakan suatu bencana bila ia mendapatkan apa yang diinginkannya, dan jika ada perlakuan tidak adil dari orang tuanya itu akan benar-benar mengganggunya. Kedua, kita selanjutnya menunjukkan lewat nalar buka perilakunya, melainkan reaksinya terhadap orang tuanya itulah yang menyebabkan gangguannya, karena ia sebenarnya tidak disiksa secara fisik. Ketiga, Ia akan dinasihati agar bersikap lebih manis dan dapat bekerjasama.<br /><br />8. Macam-Macam Emosi<br />o Takut<br />o Marah<br />o Cinta<br /><br /><br />C. KESADARAN<br />1. Pengertian Kesadaran<br />Dalam psikologi, kesadaran didefinisikan sebagai tingkat kesiagaan individu pada saat ini terhadap rangsangan eksternal dan internal, artinya terhadap persitiwa-peristiwa lingkungan dan suasana tubuh, memori dan pikiran.<br />Kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi (Cambridge International Dictionary of English (1995))<br />Kesadaran dapat juga diartikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat, dsb. yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang.<br /><br />2. Saat-saat rentan kesadaran<br />Ada saat-saat tertentu di mana kesadaran rentan terhadap bajakan emosi dan karenanya harus diwaspadai. Ironisnya di saat-saat inilah justru ?kesadaran? kita harus dibangkitkan atau ?diaktifkan?. Membangkitkan kesadaran di saat-saat kritis itu memerlukan latihan berkeseinambungan (akan dibahas di tempat lain) karena akan sangat membantu mencegah serangan irasionalitas.<br />1. saat kurang percaya diri<br />2. malam hari selama tidur ketika tingkat kesadaran minimal<br />3. ketika sedang sangat mengantuk<br />4. ketika sedang dalam situasi ketakutan<br />5. ketika sedang lapar berat<br />6. ketika sakit atau letih<br />7. ketika dalam kegembiraan/kesedihan/kesulitan/persoalan yang luar biasa<br />8. di tengah keramaian (crowd)<br />9. ketika dikejutkan<br />10. ketika sedang merasa sangat tenang dan nyaman<br />11. ketika kenyang<br />12. ketika keinginan akan sesuatu muncul<br />Dengan kata lain, kerentanan kesadaran terjadi pada saat di mana ?keseimbangan diri? manusia? terganggu yang bisa disebabkan oleh satu atau sejumlah hal di atas. Situasi-situasi di atas akan dialami oleh setiap orang atau kelompok orang dan bisa mempengaruhi sikap atau tindakan yang akan diambil oleh orang atau kelompok orang tersebut.<br /><br /><br />D. TINGKAT KETERBANGKITAN OPTIMAL<br />1. Pengertian Tingkat Keterbangkitan Optimal<br />Robert M. Yerkes dan J.D. Dodson, pada tahun 1908 menyampaikan Optimal Arousal Theory atau teori tentang tingkat motivasi optimal, yang menggambarkan hubungan empiris antara rangsangan (arousal) dan kinerja (performance). Teori ini menyatakan bahwa kinerja meningkat sesuai dengan rangsangan tetapi hanya sampai pada titik tertentu; ketika tingkat rangsangan menjadi terlalu tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan terdapat rangsangan optimal untuk suatu aktivitas tertentu (Yerkes &amp; Dodson, 1908).<br /><br /><br />DAFTAR PUSTAKA<br /><br />Dirgagunarsa, singgih. 1978. Pengantar Psikologi. Jakarta: Mutiara<br />Syaodih, Nana dan Moh. Surya. 1978. Pengantar Psikologi. Bandung: IKIP<br /><a href="http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/26/muda/933870.htm">www.kompas.com/kompas-cetak/0403/26/muda/933870.htm</a><br /><a href="http://www.library.gunadarma.ac.id/~backup/teorijameslange/">www.library.gunadarma.ac.id/~backup/teorijameslange/</a><br /><a href="http://www.psikologi_kosong_empat.blogs.friendster.com/my_blog/2007/02/emosi_1de">www.psikologi_kosong_empat.blogs.friendster.com/my_blog/2007/02/emosi_1de</a><br />finisi.html<br /><a href="http://www.smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/apakah-gangguan-emosi.htm">www.smartpsikologi.blogspot.com/2007/11/apakah-gangguan-emosi.htm</a><br />Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Smith,E.E. &amp; Bem, D.J., Pengantar Psikologi, Ed. 11, Interkasara.<br />Walgito, Bimo. 2003. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta. Andi offset<br />Ahmadi, Abu.1992. psikologi umum. Jakarta. Rineka Cipta.<br />Chaplin, J.P. (terj. Kartini Kartono).2005. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : P.T. Raja<br />Grafindo Persada.<br />Ruwanto, Drs, dkk. 1989. Psikologi Umum Buku Panduan Mahasiswa. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.<br />Sobur Alex,Drs, M.Si. 2003. Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. CV. Pustaka Setia. Bandung.<br />Sujanto, Agus, Drs. 1989. Psikologi Umum. Aksara Baru . Jakarta.<br />Ingatan, Berpikir, Belajar/blog/post/75/ingatan-berpikir-belajar.htmlSat, 28 May 2011 17:32:12 +0700/blog/post/75/ingatan-berpikir-belajar.html<br />A. INGATAN<br /><br />1. Pengertian Ingatan<br /> Ingatan merupakan suatu daya yang dapat menerima, menyimpan, dan memproduksi kembali kesan-kesan/ tanggapan/ pengertian.<br /> Ingatan dalam bahasa Inggris disebut ?memory? adalah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan memperoduksi kesan-kesan. (H. Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Hlm: 70). <br /> Menurut Sumardi Suryabrata (Psikologi Pendidikan Hlm? 44) ingatan yakni kecakapan untuk menerima, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan. Sedangkan ingatan menurut Slameto (Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya Hlm:113) Ingatan adalah penarikan kembali informasi yang pernah dialami sebelumnya. Dalam kamus ilmiah popular ingatan adalah suatu kemampuan jiwa menghubung-hubungkan pengalaman yang telah lampau dengan pengalaman yang sekarang, jadi pengalaman yang telah melekat didalam jiwa seseorang di produksi di dalam masa sekarang.<br /> Kartini Kartono sebagaimana dikutip Suprayetno W (Diktat Psikologi Belajar Hlm:19) menyatakan bahwa ingatan adalah kemampuan untuk mencamkan, menyimpan, memproduksi kembali isi kesadaran. Dari beberapa defenisi di atas, dapat dikatakan mengandung arti yang tidak jauh beda yakni menerima, menyimpan dan memproduksi. <br />Jadi ingatan adalah suatu pengalaman yang pernah/ sudah terjadi sebelumnya kemudian dalam situasi tertentu ia muncul dengan adanya alas an-alasan tertentu yang menarik ia keluar sehingga direproduksi kemabli.Ingatan sangat penting dalam kehidupan manusia karena ia berfungsi sebagai pelengkap dalam berfikir kerena pemikir-pemikir yang baik adalah orang-orang yang telah belajar untuk mengingat kembali pengalaman-pengalamannya. Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia berarti adanya suatu indikasi bahwa manusia mampu menerima menyimpan dan memunculkan kembali dari sesuatu yang pernah dialaminya.<br /><br />2. Bentuk Ingatan<br />Mengingat dapat terjadi dalam beberapa bentuk, yaitu:<br />a. Bentuk yang paling sederhana adalah mengingat sesuatu apabila sesuatu itu dikenakan pada indera. Bentuk ini disebut rekognisi. Misalnya, kita mengingat wajah kawan, komposisi musik, lukisan, dan sebagainya.<br />b. Bentuk mengingat yang lebih sukar adalah recall. Kita me-recall sesuatu apabila kita sadar bahwa kita telah mengalami sesuatu di masa yang lalu,tanpa mengenakan sesuatu itu pada indera kita. Misalnya, kita me-recall nama buku yang telah selesai kita baca minggu lalu.<br />c. Lebih sukar lagi ialah mengingat dengan cukup tepat untuk memproduksi bahan yang pernah dipelajari. Misalnya anda mengenal kembali (rekognisi) sebuah nyanyian dan ingat juga bahwa anda pernah mempelajari nyanyian itu (recall), tetapi apakah anda menyanyikannya kembali (reproduksi)?<br />d. Bentuk mengingat yang keempat ialah melakukan (performance) kebiasaan-kebiasaan yang sangat otomatis.<br />Apabila kita melakukan rekognisi, recall, reproduksi ataupun performance, pertama-tama kita harus memperoleh materinya. Memperoleh materi merupakan langkah pertama dalam keseluruhan proses yang bertitik puncak pada mengingat.<br />Ada beberapa cara untuk mengingat kembali hal-hal yang sudah pernah diketahui sebelumnya:<br />1. Rekoleksi, yaitu menimbulkan kembali ingatan suatu peristiwa, lengkap dengan segala detail dan hal-hal yang terjadi di sekitar tempat peristiwa yang terjadi pada masa lalu. Misalnya: seorang pria mengingat peristiwa pertama kali ia pergi dengan seorang gadis.<br />2. Pembauran ingatan, hampir sama dengan rekoleksi, tetapi ingatannya hanya timbul kalau ada hal yang merangsang ingatan itu. Misalnya dalam contoh di atas ingatan timbul setelah pria tersebut secara kebetulan berjumpa kembali dengan gadis yang bersangkut.<br />3. Memanggil kembali ingatan, yaitu mengingat kembali suatu hal, sama sekali terlepas dari hal-hal lain di masa lalu. Misalnya, mengingat sajak. Yang diingat di sini hanya sajaknya saja, tetapi pada suatu saat apa saja yang dipelajari untuk pertama kalinya, tidak diperhatikan lagi.<br />4. Rekognisi, yaitu mengingat kembali suatu hal setelah menjumpai sebagian dari hal tersebut. Misalnya ingat suatu lagu, setelah mendengar sebagian dari nada lagu tersebut.<br />5. Mempelajari kembali, terjadi kalau kita mempelajari hal sama untuk kedua kalinya, bhanyak hal-hal yang akan diingat kembali, sehingga tempo belajar dapat menjadi jauh lebih singkat.<br /><br />3. Fungsi ingatan ada 3, yaitu:<br />1. Mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan-kesan.<br />2. Menyimpang kesan-kesan.<br />3. Memproduksi kesan-kesan.<br />Sifat-sifat pada ingatan yang baik adalah cepat, setia, kuat, luas, dan siap. Ingatan dikatakan cepat, apabila dalam mencamkan kesan-kesan tidak mengalami kesulitan.Ingatan dikatakan setia, apabila kesan yang telah dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil. Ingatan dikatakan kuat apabila kesan-kesan yang tersimpan bertahan lama. Ingatan dikatakan luas, apabila kesan yang tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya. Ingatan dikatakan siap, apabila kesan-kesan yang tersimpan sewaktu-waktu mudah direproduksi kealam kesadaran.<br />Ingatan kita dipengaruhi oleh:<br />1. Sifat seseorang.<br />2. Alam sekitar.<br />3. Keadaan jasmani.<br />4. Keadaan rohani.<br />5. Umur Manusia .<br /><br />Pencaman terhadap sesuatu kesan akan lebih kuat, apabila:<br />? Kesan- kesan yang dicamkan dibantu dengan penyuaraan<br />? Pikiran subyek lebih terkonsentrasi kepada kesan-kesan itu.<br />? Teknik belajar yang dipakai oleh subyek adalah efektif.<br />? Subyek menggunakan titian ingatan.<br />? Struktur bahan dari kesan-kesan yang dicamkan adalah jelas .<br /><br />Tahapan utama dalam pembentukan dan pengambilan ingatan:<br />? Encoding, merupakan proses dan penggabungan informasi yang diterima.<br />? Penyimpanan, merupakan penciptaan catatan permanen dari ineormasi yang telah di encode.<br />? Pengambilan, memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk digunakan dalam suatu proses atau aktivitas .<br /><br /><br />B. BERPIKIR<br /><br />1. Pengertian Berpikir<br />Berpikir adalah berbicara dengan diri kita sendiri, dalam batin kita, mempertimbangkan, menganalisis, membuktikan sesuatu mengapa dan untuk apa sesuatu terjadi. Kita berfikir untuk menemukan pemahaman/ pengertian terhadap apa yang kita kehendaki.<br />Berpikir adalah berkembangnya ide dan konsep di dalam diri seseorang. ((Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) ). Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam didi seseorang yang berupa pengertian-perngertian. Dari gambaran ini dapat dilihat bahwa berfikir pada dasarnya adalah proses psikologis dengan tahapan-tahapan berikut : (1) pembentukan pengertian, <br />(2) penjalinan pengertian-pengertian, dan <br />(3) penarikan kesimpulan.<br />2. Macam-macam kegiatan berpikir <br />a. Berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir di mana suatu ide merangsang timbulnya ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak ditentukan atau diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas. Jenis-jenis berpikir asosiatif:<br />? Asosiasi bebas: Suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal lain, tanpa ada batasnya. Misalnya, ide tentang makan dapat merangsang timbulnya ide tentang restoran dapur, nasi atau anak yang belum sempat diberi makanan atau hal lainnya.<br />? Asosiasi terkontrol: Satu ide tertentu menimbulkan ide mengenai hal lain dalam batas-batas tertentu. Misalnya, ide tentang membeli mobil, akan merangsang ide-ide lain tentang harganya, pajaknya, pemeliharaannya, mereknya, atau modelnya, tetapi tidak merangsang ide tentang hal-hal lain di luar itu seperti peraturan lalu lintas, polisi lalu lintas, mertua sering meminjam barang-barang, piutang yang belum ditagih, dan sebagainya.<br />? Melamun: yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa batas, juga mengenai hal-hal yang tidak realistis.<br />? Mimpi: ide-ide tentang berbagai hal yang timbul secara tidak disadari pada waktu tidur. Mimpi ini kadang-kadang terlupakan pada waktu terbangun, tetapi kadang-kadang masih dapat diingat.<br />? Berpikir artistik: yaitu proses berpikir yang sangat subjektif. Jalan pikiran sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi tanpa menghiraukan keadaan sekitar. Ini sering dilakukan oleh para seniman dalam mencipta karya-karya seninya.<br />b. Berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumya. Dan diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya persoalan. Dua macam berpikir terarah, yaitu:<br />- Berpikir kritis yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan terhadap suatu keadaan.<br />- Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan hubungan-hubungan baru antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal, menemukan sistem baru, menemukan bentuk artistik baru dan sebagainya.<br /><br />C. BELAJAR<br /><br />1. Pengertian Belajar<br />Skinner (1958) memberikan definisi belajar ?Learning is a process progressive behavior adaptation?. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga memebutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.<br />McGeoch (1956) memberikan definisi belajar ?learning is a change in performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.<br />Kimble memberikan definisi belajar ?Learning is a relative permanent change in behavioral potentiality occur as a result of reinforced practice. Dalam definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang bersifat permanen, yang disebabkan oleh reinforcement practice. <br />Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar ?learning can be defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience? suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman.<br /><br /><br />2. Teori operant conditioning dan classical conditioning<br />Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah ?kotak teka-teki?. Dimana setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis? apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama? yang dikenal dengan hukum akibat? low of effect?<br />Dari teori yang dikemukakan thorndike, skinner telah mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur penguatan kedalam hukum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi kemunculanya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai bapak operant conditioning.<br />Teori operant conditioning juga berbeda dengan classical conditioning. dalam pengkondisian klasik, respon terkondisikan sering kali mirip dengan respon normal bagi stimulus tak terkondisikan. Misalnya salviasi, itu merupakan respon anjing normal terhadap makanan. Tetapi jika ingin mengajar sesuatu yang baru kepada organisme, seperti mengajar anjing keterampilan baru, maka anda tidak dapat menggunakan pengkondisian klasik, tetapi anda lebih duli mempersuasinya untuk melakukan keterampilan itu dan setelahnya member hadiah dengan tepuk tangan atau makanan, jika anda terus menerus melakukannya, akhirnya anjing akan mampu mempelajari keterampilan itu.rita Atkinson.<br />Jadi Inti dari teori Skinner Pengkondisian operan (operant conditioning) dalam kaitanyan dengan psikologi belajar adalah proses belajar dengan mengendalikan semua atau sembarang respon yang muncul sesuai konsekwensi ( resiko) yang mana organisme akan cenderung untuk mengulang respon-respon yang di ikuti oleh penguatan.<br /><br /><br />? Karakteristik Operant Conditioning:<br />1. respondent behavior ( perilaku responden) yakni perilaku yang ditimbulkan oleh suatu stimulus yang dikenali, contohnya adalah semua gerak reflek.<br />2. operant behavior ( perilaku operan) yakni perilaku yang tidak di akibatkan oleh stimulus yang dikenal tetapi dilakukan sendiri oleh organism. Karena perilaku ini pada awalnya tidak berkorelasi dengan stimuli yang dikenali, maka ia Nampak spontan. Contohnya ketika hendak bersiul, berdiri lalu berjalan. Kebanyakan dari aktivitas kita adalah perilaku operan.<br />Dengan dibaginya dua macam perilaku tersebut, maka ada dua jenis pengkondisian, yaitu:<br />1. Respondent conditioning ( pengkondisian responden) atau biasa disebut dengan pengkondisian tipe S. pengkondisian ini menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respon yang diiginkan. <br />2. Operant conditioning ( pengkondisian operan) atau biasa disebut dengan pengkondisian tipe R. dalam pengkondisian ini, penguatan pengkondisianya ditunjukkan dengan tingkat respon.<br /><br />? Konsep utama operant conditioning:<br />a. Penguatan (reinforcement)<br />Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.<br />Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:<br />- Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah , perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).<br />- Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).<br />Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).<br />b. Hukuman (punishment)<br />Hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku atau apa saja yang menyebabkan sesuatu respon atau tingkahlaku menjadi berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau ditinggalkan. <br />Namun menurut skinner hukuman tidak menurunkan probabilitas respon, walaupun hukuman bisa menekan suatu respon selama hukuman itu diterapkan, namun hukuman tidak akan melemahkan kebiasaan. Skinner juga berpendapat bahwa hukuman dalam jangka panjang tidak akan efektif, tampak bahwa hukuman hanya menekan perilaku, dan ketika ancaman dihilangkan, tingkat perilaku akan ke level semula.<br />? Perbedaan antara Classical Conditioning dengan Operant Conditioning antara lain sebbagai berikut:<br />- Dalam Classical Conditioning respon dikontrol oleh pihak luar, pihak inilah yang menentukan kapan dan apa yang akan diberikan sebagai stimulus. Sebaliknya operant conditioning mengatakan bahwa pihak luar yang harus menanti adanya respon yang diharapkan benar. Jika respon semacam ini terlihat maka dapat diberikan penguatan. Disini dibicarakan tentang tingkah laku operan atau operan behavior.<br />- Classical Conditioning pada umumnya memusatkan tingkah laku terjadi apabila ada stimuli khusus. Sedangkan dalam Operant Conditioning tingkah laku hanya menerangkan untuk sebagian kecil dari semua kegiatan. Operant Conditioning memusatkan tingkah laku dengan konsekuen, yaitu konsekuen yang menyenangkan dan tidak menyenangkan dalam mengubah tingkah laku. Jadi konsekuen yang menyenangkan akan mengubah tingkah laku. Sedangkan konsekuen yang tidak menyenangkan akan memperlemah tingkah laku.<br />- Classical Conditioning mengatakan bahwa stimulus yang tidak terkontrol mempunyai hubungan dengan penguatan. Stimulus itu sendirilah yang menyebabkan adanya pengulangan tingkah laku dan berfungsi sebagai reinforcement. Di dalam Operant Conditioning responlah yang merupakan sumber reinforcement. Adanya respon menyebabkan seseorang memperoleh penguatan. Dan hal ini menyebabkan respon tersebut cenderung untuk diulang-ulang.<br /><br /><br />